Kopi TIMES

Teknologi Pangan dalam Drakor

Jumat, 30 Oktober 2020 - 14:58 | 89.54k
Ika Yohanna Pratiwi, Dosen Teknologi Pangan Universitas Ciputra Surabaya.
Ika Yohanna Pratiwi, Dosen Teknologi Pangan Universitas Ciputra Surabaya.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Siapa yang tidak tahu K-POP? Siapa yang tidak suka drakor? Menonton drakor dan K-POP menjadi salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat ini untuk hiburan di masa-masa (pandemic Covid-19) saat ini karena masyarakat sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah. Belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan mencari hiburan dari rumah.

Wajah tampan para aktor dan aktris korea ini sangat menarik untuk dilihat selama berjam-jam dan alur cerita yang menarik serta membuat emosi naik turun serta kisah romantis yang membuat penonton berhalu ria ini menjadi daya tarik dari drakor sehingga peminatnya semakin bertambah dari hari ke hari.

Namun pernah kah kita amati lagi bahwa dari drakor yang ada bahwa ada banyak hal-hal menarik selain wajah tampan dan kisah romantisme mereka yang bisa kita pelajari dan tiru. Sebagai orang Teknologi Pangan, saya justru lebih sering mengamati makanan apa yang ada di drakor dan ternyata ada hal menarik yang bisa kita tiru yaitu kemajuan teknologi dalam pengolahan pangan mereka.

Pernahkah kita amati bahwa orang-orang korea tersebut sering sekali menikmati makan malam mereka dengan nasi instan? Ya, nasi yang sudah diolah dan dikemas sehingga saat akan dimakan hanya cukup dipanaskan dalam waktu singkat. Ini bisa menjadi peluang usaha baru bagi produsen makanan dan minuman karena walaupun kebanyakan masyarakat sekarang bekerja dari rumah namun tidak sedikit juga yang mendapatkan pekerjaan tambahan dari rumah seperti mengajari anak-anak dalam pembelajaran online.

Sehingga jika ada produk nasi instan di Indonesia pasti akan sangat membantu Ibu-Ibu yang sangat sibuk dan para pekerja yang tidak memiliki waktu untuk memasak. Selain itu prosuk nasi instan biasanya di proses di pabrik dan dengan pengawasan mutu yang ketat sesuai prosedur GMP (Good Manufacturing Practice) sehingga dari segi keamanan pangan lebih terpercaya daripada kita membeli nasi di warung terutama di kondisi saat ini.

Bahkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk. (2012), menyatakan bahwa konsumen mampu menerima rasa dan nilai kesukaan dalam sensoris nasi instant sama dengan nasi yang dimasak biasa.

Saya juga menemukan mereka memiliki bawang putih cincang yang dibekukan (frozen minced garlic) sehingga saat akan memasak cukup mengambil dari persediaan bawang putih cincang tersebut. Hal ini sangat menghemat waktu dan membantu kita untuk mengurangi frekuensi kita ke pasar dan bertemu banyak orang bukan?

Saat ini di supermarket di Indonesia memang sudah banyak produk bawang putih bubuk yang bisa kita temukan akan tetapi dari segi rasa dan aroma masih lebih baik produk frozen minced garlic ini karena bawang putih diolah dan disimpan di suhu rendah (beku) sehingga dari segi rasa dan aroma lebih dapat dipertahankan dibandingkan dengan produk bawang putih bubuk yang diproses dengan suhu tinggi (panas). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ratti dkk. (2007), yang menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu pemanasan pada bawang putih maka kehilangan allicin semakin tinggi dan kandungan allicin pada bawang putih lebih baik yang melalui proses freeze-drying.

Lalu kalau kita penonton setia drakor juga pasti tidak asing dengan kimchi. Sayuran fermentasi yang satu ini memang tidak bisa dipisahkan dari budaya kuliner orang korea. Yang menarik adalah kimchi yang biasanya dibuat dengan bahan dasar sawi putih ini merupakan produk pangan fermentasi sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama dan sudah banyak juga diolah menjadi kimchi instant yang praktis sehingga bisa dikonsumsi kapan saja dan dimana saja.

Hal ini juga bisa kita tiru dengan menambah variasi makanan fermentasi di Indonesia sehingga lebih awet saat disimpan. Selain itu produk makanan fermentasi ini juga memiliki manfaat yang lebih bagi kesehatan karena sudah mengalami fermentasi sehingga terdapat mikroba/bakteri baik untuk sistem pencernaan dan makanan jenis ini juga mengandung probiotik, vitamin dan serat yang baik untuk menjaga kesehatan.

Informasi ini sesuai dengan hasil penelitian dari Kon-Young Park dkk. (2014), yang menyebutkan dalam kimchi terdapat BAL (Bakteri Asam Laktat) yang memberikan manfaat Kesehatan sama dengan yoghurt sebagai makanan probiotik. Manfaat Kesehatan dari makanan probiotik ini termasuk antikanker, antiobesitas, antikonstipasi, penurunan kadar kolesterol, antipenuaan, peningkatan kesehatan kulit dan kekebalan tubuh.

Masih banyak lagi produk-produk pangan yang bisa kita olah menggunakan teknologi pengeringan, pembekuan, dan atau enkapsulasi agar kualitas produk tetap terjaga namun menjadi lebih mudah saat akan dikonsumsi. Yang menjadi peer (tugas rumah) terutama di Indonesia adalah mengubah mindset masyarakat yang memandang makanan instant selalu berdampak buruk bagi kesehatan sehingga produk-produk ini dihindari.

Padahal tidak semua seperti itu dan belum tentu yang instant ini kualitasnya lebih rendah daripada yang tidak instan karena jika diamati lebih mendalam banyak produk olahan pangan yang justru sudah difortifikasi sehingga kandungan gizi di dalamnya lebih baik daripada yang diolah sendiri di rumah. 

***

Referensi:

Ali M.A., Hasan S.M.K., Mahomud M.S., Sayed M.A., 2012. Processing and Storage of Instant Cooked Rice. Bangladesh Research Publications Journal. (7):300-305.

Kun-Young Park, Ji-Kang Jeong, Young-Eun Lee, James W.D. 2014. Health Benefits of Kimchi (Korean fermented Vegetables) as a Probiotic food. Journal of Medical Food. (1):6-20.

Ratti C., Araya-Farias M., Mendez-Lagunas L., Makhlouf J. 2007. Drying of Garlic (Allium sativum) and Its Effect on Allicin Retention. Drying Technology. 25:349-346. Taylor & Francis Group,LLC.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES