Peristiwa Daerah

Aryo Setiawan, Berdayakan Penyandang Tuna Rungu Lewat Batik Wistara

Jumat, 30 Oktober 2020 - 11:14 | 147.95k
Aryo Setiawan saat melakukan proses membatik di tempat usahanya, Batkk Wistara. (FOTO: Aryo Setiawan)
Aryo Setiawan saat melakukan proses membatik di tempat usahanya, Batkk Wistara. (FOTO: Aryo Setiawan)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Tangan-tangan mungil itu bergerak dengan cukup baik, hanya ada deru mesin jahit dan gunting berisik memenuhi ruangan. Sementara para perajinnya sunyi dan diam. Itulah suasana di workshop Batik Wistara, milik Aryo Setiawan yang seluruh pembuatnya adalah penyandang tuna rungu.

Aryo mengerti betul, permasalahan apa yang selama ini dihadapi oleh penyandang disabilitas yakni masalah minimnya kesempatan kerja bagi mereka. Untuk itu, ia mengandeng penyandang disabilitas untuk menjadi sosok produktif di usaha yang digelutinya sejak 2010 lalu itu. 

Aryo-Setiawan-2.jpg

"Dari dulu sampai sekarang konsepnya memang bukan mencari keuntungan dan popularitas, konsepnya lebih ke biar adik-adik ini bisa bekerja, bisa berkarya dan ada sesuatu yang bisa ditunjukkan," ujar Aryo, Jumat (30/10/2020).

Aryo bercerita, ia memulai usaha Batik Wistara hanya diawali 3 orang pegawai, yang penyandang disabilitas. Awalnya, Aryo hanya mengerjakan konveksi batik saja namun seiring berjalannya waktu, akhrinya memproduksi sendiri batik, mulai dari penggambaran batik hingga pemasaran.

"Adik-adik ini kan gak semuanya bisa menjahit, dari pada nganggur akhirnya kita buatkan," tuturnya.

Aryo mengatakan motovasinya membuat konsep sosiopreuner dengan memberdayakan penyandang tuna rungu adalah sebagai panggilan jiwa. Menurutnya, penyandang disabilitas juga memiliki kesempatan yang sama.

"Jadi saya kalau melihat adik-adik ini tidak bisa menahan air mata. Mereka punya masa depan yang bisa menjadikan mereka mandiri tidak bergantung pada orang lain.  Tidak selamanya mereka akan bersama orang tua mereka. Buat orang lain itu remeh,  tapi buat saya itu solusi sekali, bisa merubah sosok orang yang tadinya gak berguna, tidak percaya diri tapi sekarang percaya diri," ungkapnya.

proses-membatik.jpg

Aryo pun berusaha semaksimal mungkin agar seluruh karyawannya bisa bekerja dengan baik, dengan tsngan sabarnya ia mengajari mereka. Suatu saat nanti jika para penyandang tuna runggu yang saat ini ia berdayakan tak lagi di Batik Wistara merka akan memiliki ilmu yang cukup.

"Initinya kita bekerja dengan adik-adik luar biasa, kesulitan banyak tapi itu bukan suatu yang menyurutkan kita berhenti. Memang ada satu waktu menyerah tapi nyerah tapi kembali lagi tujuan kita apa," terang Aryo.

Meski menggandeng penyandang tuna rungu, ia ingin agar orang-orang benar-benar menghargai Batik Wistara sebagai sebuah karya, bukan sebagai kasihan semata. Ia juga tak ingin orang lain melihat Batik Wistara sebagai batik yang mencari polularitas, akan tetapi benar-benar sebagai sebuah karya yang bisa dinimati.

"Kalaupun  harpaan yang terbaik untuk batik wistara, bisa diterima masyarakat umum," ucapnya.

Kini Batik Wistara telah dijual dibeberapa daerah di Indonesia. Bahkan masker Batik Wistara pun telah dipesan orang Indonesia untuk dibawa keluar negeri. PT PLN, BUMN penyedia listrik ini juga menggandeng Batik Wistara dalam mengembangkan usaha. "Saya berharap Batik Wistara bisa menjadi rujukan edukasi batik dari luar, serta menjadi pusat oleh-oleh," ucap Aryo Setiawan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES