Peristiwa Daerah 3M Lawan Covid

Ratu Zulfa Gadis Keraton Kanoman yang Menjadi Garda Terdepan Covid-19 di Wisma Atlit

Jumat, 30 Oktober 2020 - 09:47 | 126.71k
Ratu Zulfa Nur Azzah S. Kep., Ners. Sedang mengabadikan diri di Wisma Atlit, Jakarta Pusat. (Foto: Dokumentasi pribadi For TIMES Indonesia)
Ratu Zulfa Nur Azzah S. Kep., Ners. Sedang mengabadikan diri di Wisma Atlit, Jakarta Pusat. (Foto: Dokumentasi pribadi For TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, CIREBONRatu Zulfa Nur Azzah S. Kep., Ners., menjadi salah satu dari 780 sukarelawan tenaga kesehatan di Wisma Atlit Jakarta.

Ia menceritakan pengalaman pahit getirnya menjadi garda terdepan melawan Covid-19 saat ditemui TIMES Indonesia di kediamannya di Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Gadis cantik berusia 24 tahun berdarah Keraton Kanoman ini bercerita, jiwa kemanusiaannya merasa terpanggil saat Covid-19 masuk ke Indonesia. Kebetulan, Zulfa baru saja menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan di Universitas Padjajaran Bandung tahun 2019 lalu.

Ratu Zulfa Nur Azzah b

Meskipun niat baiknya sempat ditentang oleh kedua orang tua, Zulfa tak patah arang memberikan pengertian pada orang tuanya. Berkat kebesaran hati kedua orang tuanya, Zulfa kemudian memulai perjuangan sebagai tenaga medis yang membantu negara mengatasi Covid-19.

"Sudah saatnya, tenaga kesehatan turun sebagai garda terdepan memerangi Covid-19," ucap gadis berdarah keraton itu.

Menjalankan misi kemanusiaan, yang ia tau hanyalah kata siap untuk masuk k eruang isolasi pasien Covid-19. Menangani semua pasien yang hilir mudik disana. "Random banget. Soalnya jadi relawan tidak ditanya darimana. Yang penting siap, dia masuk," jelasnya pada TIMES Indonesia.

Diantara 7 tower yang ada di Wisma Atlit. Di ruangan berukuran 6x6 meter, di tower dua itulah, Zulfa dan rekan - rekan tenaga medis perempuan tinggal, dan memulai pertarungannya bertemu pasien dengan menggunakan APD lengkap. "Pake double masker, APD lengkap selama 8 jam," ulasnya.

Sejak bertugas pada bulan Maret hingga Juli pasien Covid-19 berdatangan tak kenal usia dan tak kenal waktu mengisi ruangan demi ruangan disudut apartemen.

"Wisma mulai Maret hingga Juli (jumlah pasien) naik, puncaknya di bulan Agustus sampai September mencapai 5.000 pasien, dalam sehari bisa mencapai 100 pasien positif. Tapi alhamdulillah setiap hari ada 50 sampai 150 pasien sembuh," paparnya.

Zulfa tidak sendirian, karena bukan hanya tenaga medis dan pasien positif yang tinggal di unit apartemen di sana. Ada TNI, Mekanikal, Survelensi, Dokter, Ahli Gizi, hingga Koki yang sudah memiliki tugasnya masing-masing.

Ratu Zulfa Nur Azzah c

"Setiap orang disana dipasangi pita sebagai tanda pengenal tugasnya masing-masing. Seperti pita hijau bertugas sebagai keamanan, pita kuning untuk tenaga kesehatan dan orang yang kontak erat (ahli gizi, perawat dokter, survelensi, mekanikal, berada di area redzone). Dan pita merah (ketika naik dinas dari pita kuning ke pita merah, naik dinas artinya perawat dan dokter bekerja di tower yang ada pasien positif) dan Pita putih untuk relawan yang sudah dinyatakan purna tugas," ujarnya.

Masing-masing petugas mendiami satu tower, seperti tower 1 khusus untuk petugas keamanan, tower 2 dan 3 pasien dan petugas kesehatan, tower 4 dan 5 khusus sebagai tempat karantina warga DKI Jakarta, tower 6 dan 7 milik pemerintah pusat, dan untuk umum semua masyarakat yg positif corona dengan gejala atau tanpa gejala. 

Setelah bercerita soal ke 7 tower di Wisma Atlit, Zulfa juga menceritakan bagaimana setiap pasien yang datang mendapat penanganan terbaik dan setiap orang yang hilir mudik harus dikarantina sebelum meninggalkan apartement tersebut.

"Pasien masuk lewat IGD, lalu diberi terapi pertama Covid-19 selama 7 hari menjalani CT Ronsen, hari ke 8 melakukan test swab kembali. Setelah 3 hari kalau hasilnya positif harus kembali menjalani terapi ke dua, ada dua pilihan pemberian obat Avigan Resfar (termasuk obat keras) yang perlu persetujuan pasien, kalau menolak maka kita berikan pilihan lain seperti Calgea, Acetylistein, Becefort, dan Goldtrion. Pemberian obat-obatan tersebut selama 5 hari berturut hingga paisen dinyatakan negatif," ulasnya.

Zulfa mengatakan, dari hasil CT Ronsen pasien Covid-19 bisa diketahui, dilihat dari bercak putih di paru-paru, bercak putih dari virus Covid-19 memiliki sifat yang mematikan yaitu dengan memblok area keluar masuknya oksigen dengan cairan yang terus menerus menumpuk.

"Dikatakan ada atau tidak virus corona ini, kami dari tenaga medis melihatnya dari hasil ronsen, adanya bercak putih yang kemudian dilakukan pemeriksa lanjutan dengan ditest swab. Virus Corona adanya di ujung lubang keluar masuknya oksigen," paparnya.

Gejala awal pasien Covid-19 kata Zulfa bisa dilihat seperti bersin dan batuk dibarengi dengan hilangnya indra perasa juga penciuman.

Walaupun pasien terkonfirmasi sekarang ini mengalami penurunan jumlah, dari 5000 pasien menjadi 1100 pasien, dan pasien sembuh perharinya sebanyak 30 sampai 50 pasien, Zulfa berpesan untuk masyarakat agar patuh terhadap protokol kesehatan yang digaungkan oleh pemerintah daerah.

"Saran nya kita tidak usah panik tetap terapkan 3M, kemana-mana boleh asalkan dengan protokol kesehatan, kalau tidak penting untuk keluar jangan keluar karena belum tentu keluarga dirumah imunnya sama baiknya dengan anak muda," ucap Ratu Zulfa Nur Azzah, yang menjadi relawan di Wisma Atlit Jakarta. (*)

***

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. TIMES Indonesia mengajak seluruh pembaca ikut mengkampanyekan gerakan 3M Lawan Covid, dengan selalu menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas apapun sehari-hari. Ingat pesan Ibu, pakai masker, selalu cuci tangan dan selalu jaga jarak serta hindari kerumunan.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES