Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Santri Penerus Estafet Kiai

Kamis, 29 Oktober 2020 - 13:01 | 75.75k
Yoyok Amirudin, alumni PP Al Islam Joresan, PP Al Iman Ketajen Sidoarjo, Mahasiswa National Pingtung University Taiwan, dan Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (UNISMA).
Yoyok Amirudin, alumni PP Al Islam Joresan, PP Al Iman Ketajen Sidoarjo, Mahasiswa National Pingtung University Taiwan, dan Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Tersampaikannya ajaran Islam sampai detik ini, itu dikarenakan adanya ketersambungan sanad para kiai dan ulama sampai kepada Rasulullah SAW. Tidak mungkin kita akan belajar langsung kepada Al Quran dan Al Hadits tanpa lantaran Kiai. Tidak mungkin belajar Islam tanpa belajar para ulama terdahulu. Oleh karenanya untuk memahaminya butuh proses yang cukup panjang. Tidak lain dan tidak bukan dengan cara belajar di pesantren (sekolah Islam).  

Sampai akhir bulan Oktober 2020 pelaksanaan hari santri masih diselenggarkan hari santri. Berbagai kota dan negara menyelenggarakan hari santri yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2015. Tidak hanya offline acaranya, namun juga online. Jarak yang jauh tidak menjadi penghambat untuk merayakan bersama moment dimana dulu semangat para kiai dalam menjajah dengan seruan resolusi jihad.  

Momen hari santri kali ini diselimitu 2 (dua) duka. Pertama, bagaimana tidak banyak kiai yang telah meninggal dunia di ambil oleh Allah SWT . Kedua,  musibah covid-19 belum juga selesai. Para kiai yang telah mendahului kita diantaranbya: Gus Sholah (Tebu Ireng), KH. Wahid Hasyim (Tebu Ireng), Kiai Fuad Jazuli (Lirboyo), Gus Farihin (Singosati Malang),  Gus Zaki (Tebu Ireng) dan yang terbaru kemarin KH. Abdullah Syukri Zarkasyi (Gontor). Mereka meninggalkan ilmu kepada santri-santrinya. Tentu kita sebagai santri tidak secerdas dan sealim para almarhum yang telah berjuang membesarkan pondok pesantren.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Bagi para santri yang masih mendalami ilmu keislaman, harus benar-benar mengaji menggali keilmuan dari sosok kiai. Tidak menghabiskan waktunya untuk bermain, namun belajar. Ada ulama yang ditugaskan oleh allah untuk membimbing santrinya dengan sungguh-sungguh. Namun santri, tidak belajar dengan kesungguhan maka keilmuan lambat laun akat terputus. Misal, Kiai ahli tafsir meninggal sebelum santri mengambil seluruh ilmunya. Ada kiai ahli Falaq, santri belum mengambil keilmuan tentang falaq

Sosok kiai kharismatik di Jawa Timur yang masih senantiasa membimbing santri diantaranya Kiai jazuli (Ploso), Kiai Nawawi (Pasuruan), Kiai kafabih Mahrus (Lirboyo), Gus Bed (Langitan), Gus Fahmi, Kiai Jazuli (Ploso Kediri). Selamilah keilmuan agama dari beliau-beliau tersebut. Dari wasilah merekalah ajaran Islam mampu diserap dan di amalkan santri di pelosok negeri.

Santri tidak hanya berkutat pada rutinitas kitab kuning semata. Namun santri dalam hatinya harus memiliki kecintaan pada bangsa. Hal ini sudah diajarkan oleh para ulama terdahulu. Lihat bagaimana resolusi jihad Hadratusy Syaikh untuk mengusir penjajah Inggris dan Belanda dari bumi pertiwi. Darah dan nyawa dipertaruhkan. Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Asad Syamsul Arifin, Kiai Maskur, mereka semua adalah pahlawan nasional. Tentu sebagai santri tidak afdhol kalau tidak meneruskan perjuangan para pahlawan.

Menjadi santri jangan terjebak pada rutinitas pembahasan perbedaan qunut, tidak qunut, tarawih 8 rakaat dan 20 rakaat. Itu juga didiskusikan, namun memikirkan bagaimana berdakwah di era modern ini. Jika para kiai berdakwah offline, maka santrinya berdakwah dengan online. Atau mengorbitkan sosok kiai-kiai baik di kampung maupun di kota untuk dipublikasikan di media sosial.

Banyaknya ustadz dan ulama gadungan yang tidak kompetible bermunculan. Bukannya meneduhkan hati dan pikiran masyarakat namun lebih membuat membahayakan pikiran oramg. Fenomena munculnya kiai tapi bukan kiai, mengaku dirinya ustadz tapi akhlaknya tidak seperti ulama harus disikapi dengan bijak dan dengan menyaingi konten-konten mereka di media sosial.  

Jika ada yang melanggar Undang-undang maka laporkan pihak yang berwajib. Sudah saatnya santri tidak hanya, diam diinjak dan diejek. Tapi dilawan dengan hukum yang sudah diatur konstitusi.

Dulu, teringat semboyan santri yang sangat terkenal di kalangan santri “Kalah rupo, menang dungo, kalah duit, menang wirid, kalah pangkat menang tirakat, kalah kabeh mondok maneh”. Ini yang menjadi pembeda santri dengan yang lain. Diamnya santri bukan berarti tidak bisa atau tidak paham. Namun, masih memiliki sikap andap asor (rendah hati) untuk menghormati dan menghargai orang lain.

Para kyai dan ulama yang sudah dahulu boleh meninggalkan dunia, namun jejak dan ajaran mereka tetap kita teruskan. Inilah yang menjadi tugas penting dari santri, menjaga keilmuan yang telah diwariskan oleh para kiai. Meminjam istilah dari Prof. Dr. Maryam Ait Ahmad selaku Senior Lecture at Ibnu THufail University, Maroco mengatakan hubul ilmu minal iman (mencintai ilmu adalah bagian dari iman). Dengan ilmu maka akan melawan kebodohan.

Musuh yang abadi bukanlah saudara sendiri, bukanlah beradu ngotot saling truth claim (klaim kebenaran) namun kebodohan. Santri senantiasa berperan aktif nantinya ketika sudah terjun di masyarakat. Ia bagaikan matahari yang memberikan cahaya kepada masyarakat. Santri itu membina bukan menghina, jika ada santri yang menghina agama lain. Maka, mereka akan membalas hinaan kepada kita. Santri berdakwah dengan ramah bukan marah. Dakwah dengan meneruskan para kiai dengan sikap keramahan dan ketulusan hati membuat para kiai akan tersenyum di sana. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Yoyok Amirudin, alumni PP Al Islam Joresan, PP Al Iman Ketajen Sidoarjo, Mahasiswa National Pingtung University Taiwan, dan Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES