Peristiwa Daerah

Kisah Pilu Sumrati, 1,5 Tahun Kehilangan Anak Gadisnya Tanpa Jejak

Kamis, 29 Oktober 2020 - 15:39 | 48.80k
Berjualan rujak cingur, Sumrati kadang terlihat gelisah karena menunggu kabar kepulangan putrinya, Kamis (29/10/2020).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Berjualan rujak cingur, Sumrati kadang terlihat gelisah karena menunggu kabar kepulangan putrinya, Kamis (29/10/2020).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYASumrati mengusap keringatnya yang mengucur di dahi. Cuaca di Kawasan Sidotopo Jaya Surabaya sangat panas siang ini, Kamis (29/10/2020).

Tak berapa lama, ia kembali berdiri ketika seorang pria mendekati dagangannya. "Rujak satu bu," tukas pria tersebut.

Bergegas ia berdiri dan melayani pembeli. Sumrati, sudah 15 tahun menjadi penjual rujak cingur. Sesekali pandangan matanya nampak kosong. Meski tersungging senyuman, namun ada yang tak bisa ia sembunyikan. Selama 1,5 tahun terakhir, ia kehilangan anak gadisnya, Siti Maisaroh (17).

Kisah ini terungkap ketika Dini, seorang guru ngaji tetangga kampung sebelah menanyakan kepada Sumrati mengenai Maisaroh yang sudah jarang ikut belajar ngaji.

Sumrati

"Awalnya bude saya yang seorang guru ngaji menanyakan perihal tersebut kepada Bu Sumrati. Dan ternyata Maisaroh sudah tidak ada di rumah. Entah kabur, hilang atau diculik orang. Dan sampai 1,5 tahun, Siti belum juga pulang ke rumah," kata warga Sidotopo Sekolahan Surabaya itu.

Mendengar informasi tersebut, TIMES Indonesia mencoba menelusuri kebenaran kabar itu, hingga pada akhirnya mengarah ke Sumarti.

Di dalam rumah kos, Sumarti tinggal bersama putranya Nur Hadi (30). Ia meretas ulang kisah terakhir sebelum putrinya menghilang.

Pada saat hari kejadian, Maisaroh nampak gelisah. Gadis putus sekolah SMP kelas satu ini kurang bersemangat membantu ibunya berjualan rujak cingur.

Sekitar pukul 20.00 WIB, setelah Maisaroh membuatkan es untuk pembeli, dia pamit kepada orangtuanya pergi ke rumah temannya. Namun hingga saat ini Maisaroh tak kunjung pulang dan entah dimana rimbanya.

"Tak tunggu di warung sampai pukul 10 malam, Maisaroh juga belum pulang. Saya dapat kabar dari tetangga, Maisaroh tadi sempat menitipkan satu tas kresek yang diduga berisi baju dan pergi naik angkutan umum warga Kuning jurusan Wonokromo," tutur Sumarti dan Nur Hadi.

Ibu-ibu yang diperkirakan berusia kepala enam ini mengatakan, keesokan harinya, Maisaroh menghubunginya dan mengatakan bahwa dia saat ini sudah di Bandung, lanjut ke Jakarta bersama teman perempuannya.

"Waktu telepon, saya tidak percaya kalau Maisaroh pergi bersama teman wanita, saya bilang pasti kamu sama laki-laki. Saya juga tidak percaya kalau dia sudah ada di Bandung kemudian di Jakarta," katanya.

Sumrati b

"Saya bilang ke Maisaroh, masa hanya semalam saja sudah sampai ke Bandung terus ke Jakarta. Dia langsung tak suruh pulang tapi sampai saat ini dia belum pulang dan nomor teleponnya sudah tidak aktif lagi," ucapnya.

Dikonfirmasi apakah sebelumnya pernah terjadi masalah dengan Maisaroh, Nur Hadi mengatakan tidak ada masalah. Bahkan dia tanya ke sang ibu, apakah mengusir Maisaroh dan ibu mengatakan tidak.

"Tidak ada masalah mas dan tidak mengusir. Ini sepertinya sudah disengaja dan direncanakan adik saya untuk kabur dari rumah," ujar Nur Hadi.

Handphone dan Medsos Jadi Pemicu

Nur Hadi menuturkan, Maisaroh memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya di SMPN 44 Surabaya, dia memilih untuk fokus membantu sang ibu berjualan rujak cingur di wilayah setempat.

"Saat membantu ibu jualan rujak cingur, adik saya minta dibelikan handphone dan langsung saya belikan," tuturnya.

Nur Hadi mengatakan bahwa adiknya ini mempunyai karakter yang penurut dan lugu. Maisaroh juga tidak pernah kemana-kemana, dia tidak tahu jalan menuju ke Makam Sunan Ampel maupun ke Taman Hiburan Rakyat (THR).

"Dari sejak kecil Maisaroh ini tidak pernah main handphone. Jadi setelah punya handphone ini dia sering telepon-teleponan. Punya kenalan teman perempuan dan laki-laki dari Facebook. Mungkin kecantol sama laki-laki ya kenal di Facebook itu, dia sudah kayak kena hipnotis, sudah kayak orang gila gak nurut sama orangtuanya," ucap Nur Hadi.

"Jangankan mau keluar kota ke Sidoarjo, Bandung atau Jakarta, ke Makam Sunan Ampel yang dekat dari sini saja Maisaroh tidak tahu apalagi ke Sidoarjo, ya pasti nyasar, pasti hilang dia," kata Nur Hadi.

Sementara itu, sang ibu, Sumrati menambahkan bahwa dirinya sempat menegus Maisaroh untuk tidak sering-sering main handphone. Ibu-ibu yang diperkirakan usia berkepala enam ini menyuruh anak gadisnya untuk selalu rajin belajar mengaji dan menawarkan untuk melanjutkan sekolah.

"Saya pernah bilang ke Maisaroh, ayo sekolah lagi, kalau terus begini nanti mau jadi apa, tapi Maisaroh tidak mau dan tetap memilih untuk membantu saya jualan rujak cingur," ucap Sumrati.

"Saya juga bilang ke Maisaroh, apakah kamu sudah punya pacar, jangan sampai pacaran sama laki-laki suami orang. Maisaroh malah mengatakan ada-ada saja emak ini, gitu jawab Maisaroh," imbuh Sumrati. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES