Kopi TIMES

Ahlan Wasahlan, Pompeo

Kamis, 29 Oktober 2020 - 11:41 | 139.15k
Imron Rosyadi Hamid. Mantan Sekretaris GP. Ansor Jawa Timur. Kandidat PhD. Hubungan Internasional Jilin University-China.
Imron Rosyadi Hamid. Mantan Sekretaris GP. Ansor Jawa Timur. Kandidat PhD. Hubungan Internasional Jilin University-China.

TIMESINDONESIA, JAKARTAGERAKAN Pemuda Ansor kedatangan tamu istimewa bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW siang ini (29/10/2020). Ia adalah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo. Kedatangannya sebagai bagian dari muhibah diplomasi menjelang akhir masa jabatannya. 

Amerika Serikat tengah berusaha mendekatkan diri dengan Jakarta termasuk dengan kelompok masyarakat madani Indonesia. Meskipun kunjungan Pompeo ke Gerakan Pemuda Ansor ini dikemas dalam acara bertajuk Nurturing The Shared Civilizational Aspirations Islam Rahmatan li al ‘alamin, tetapi tidak bisa dilepaskan dengan kondisi geopolitik yang tengah terjadi seiring memanasnya hubungan Amerika Serikat dengan China baik dalam konteks perang dagang maupun meningkatnya eskalasi kekuatan di Laut China Selatan. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia sekaligus memiliki posisi strategis di kawasan Indo Pasific semakin penting di mata kekuatan besar dunia. 

Tulisan ini ingin membahas secara singkat latar belakang dan pengaruh kedatangan Pompeo bagi Gerakan Pemuda Ansor dan Nahdlatul Ulama  dalam menghadapi - meminjam istilah Charles Kagley - rivalitas kekuatan besar dunia (World Politics, Trend and Transformation, 2007:91).
Hubungan Amerika Serikat dengan Gerakan Pemuda Ansor
Banyak pihak bertanya tentang apa yang melatar belakangi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mendatangi Gerakan Pemuda Ansor sebagai organisasi keagamaan di Indonesia.

 Pertanyaan ini bisa kita kaitkan dengan apa yang pernah disampaikan Herrington dan McKay dalam pengantar buku Nations Under God (2007:1) tentang dua hal, pertama,  pentingnya peran (kelompok) agama dalam urusan politik luar negeri. Hal ini didasarkan pada temuan bahwa level keagamaan masyarakat di berbagai belahan dunia semakin meningkat dan konsekuensinya, dunia akan menjadi tempat yang semakin agamis. 

Kedua, meskipun agama dan politik dalam berbagai episode sejarah kemanusiaan pernah menampakkan wajah yang berdarah-darah dan brutal, tetapi dalam waktu dan tempat lain, juga menampilkan varian positif yang berhubungan dengan penemuan keilmuan, kampanye Hak Asasi Manusia dan kebebasan bahkan kreativitas kebudayaan. 

Kedatangan Menteri luar negeri Amerika Serikat ke Gerakan Pemuda Ansor merupakan peristiwa pertama dalam sejarah. Meskipun tidak bisa dilepaskan dengan pengenalan negara adidaya itu terhadap organisasi sayap pemuda milik Nahdlatul Ulama ini. 

Catatan lama yang pernah dilbuat Pemerintah Amerika Serikat tentang Gerakan Pemuda Ansor adalah nota intelijen (intelligent memorandum) yang dikeluarkan Central Intelligence Agencies (CIA) bernomor 1586/66 tanggal 29 Juni 1966 dengan judul Indonesian Youth Groups.

Dokumen CIA ini disampaikan ke Gedung Putih untuk dibaca Wakil Presiden Amerika Serikat Hubert Humprey dan Jenderal Maxwell D. Taylor, penasehat khusus Presiden Lyndon Johnson. Selain dianggap berperan dalam kesejarahan Republik Indonesia, CIA juga menyebut Ansor dan Banser disebut lebih ‘blak-blakan’ (forthright) berhadapan dengan kekuatan komunis dibanding organisasi induknya, Nahdlatul Ulama.

Catatan lama intelijen ini menjadi relevan jika kunjungan Menlu Pompeo - yang juga pernah menjadi orang nomer satu di CIA – dianggap sebagai bentuk pengakuan terbuka Amerika Serikat berkait pesatnya perkembangan organisasi Gerakan Pemuda Ansor yang saat ini memiliki anggota Banser (Barisan Ansor Serbaguna) lebih dari lima juta orang.

Di luar catatan lama CIA, dalam kurun tiga tahun terakhir Gerakan Pemuda Ansor juga telah melakukan beberapa kunjungan ke Amerika Serikat. Pada Bulan Juni 2017, Sekretaris Jenderal  Gerakan Pemuda Ansor didampingi Katib ‘Aam PBNU pernah berkunjung ke Washington untuk mempromosikan Humanitarian Islam ke berbagai kelompok strategis di negeri Paman Sam itu.  

Setahun berikutnya, Bulan Mei 2018, KH. Yahya Cholil Tsaquf, Katib ‘Aam PBNU yang juga emissary GP. Ansor untuk dunia Islam menjadi tamu Wakil Presiden Mike Pence di Gedung Putih. Kedatangan Pompeo ke Jakarta bisa diartikan sebagai kunjungan balasan sekaligus pengakuan Amerika Serikat terhadap peran yang dilakukan Gerakan Pemuda Ansor dan Nahdlatul Ulama yang berhasil menampilkan Islam dengan wajah yang moderat, menjunjung kebhinnekaan, sekaligus mampu menjawab tantangan dunia dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme. 

Dalam konteks ini, kunjungan Pompeo bisa dianggap sebagai bagian dari diplomasi Goverment to people.

Nahdlatul Ulama di Tengah Bandul Rivalitas Amerika dan China

Sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang menganut prinsip tawasuth (di tengah), tawazun (berimbang), dan tasamuh (toleran) dalam berinteraksi dengan kelompok lain, maka sulit bagi siapapun untuk menarik Nahdlatul Ulama menjadi partisan dalam menghadapi rivalitas kekuatan dunia saat ini. 

Di tengah bandul politik luar negeri yang cenderung menoleh ke Barat selama orde baru, PBNU menunjukkan sikap moderasinya dengan melakukan perimbangan melalui pendekatan ke Timur sebagai bagian dari wujud dukungan terhadap politik bebas aktif yang dilakukan Pemerintah Indonesia.

Kunjungan resmi PBNU ke China atau sebaliknya, kunjungan delegasi China ke PBNU dalam 3 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan meningkatnya hubungan Indonesia-China melalui comprehensive strategic partnership yang ditandatangani pemimpin kedua negara Tahun 2013. 

Sikap PBNU ini juga tidak bisa dilepaskan dengan legacy Gus Dur ketika menjabat Presiden yang menjadikan China sebagai negara pertama yang dikunjunginya. Sebuah pesan simbolik betapa Negeri Tirai Bambu ini akan menjadi mitra penting bagi Indonesia dalam lanskap politik dunia. 

Secara geopolitik dan geostrategis, kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Presiden Abdurrahman Wahid dianggap lebih assertif dengan melakukan pendekatan hubungan ke negara- negara Asia terutama China, India dan Timur Tengah (Agus S. Rahman, Jurnal LIPI, 2005:59). 

Kita semua berharap kunjungan Menteri Pompeo ke Gerakan Pemuda Ansor selain menjadi sinyal penting bahwa Amerika Serikat ingin membina hubungan baik dengan Nahdlatul Ulama. Terutama sayap pemudanya juga ada manfaat yang bisa diambil Indonesia dalam rangka memainkan peran-peran strategisnya dalam mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemanusiaan dan keadilan serta prinsip bebas aktif. Ahlan Wasahlan, Pak Pompeo! Wallahu a’lam bi asshawab. (*)

* Penulis adalah Imron Rosyadi Hamid. Mantan Sekretaris GP. Ansor Jawa Timur. Kandidat PhD. Hubungan Internasional Jilin University-China.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES