Gaya Hidup

Cerita Nomaden Coffee, Kultur Pasar Hingga Pesan untuk Anak Muda

Kamis, 29 Oktober 2020 - 01:12 | 230.43k
Satya Sandida, pengusaha muda pemilik  kedai Nomaden Coffee (FOTO: Ovan Setiawan / TIMES Indonesia)
Satya Sandida, pengusaha muda pemilik kedai Nomaden Coffee (FOTO: Ovan Setiawan / TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Kesan bersahabat dan ramah nampak saat bertemu dengan Satya Sandida di salah satu cabang usaha Nomaden Coffee miliknya, di Pasar Tawangmangu, Kota Malang.

Diantara riuhnya pelanggan yang asyik berbincang sambil ngopi, kepada TIMES Indonesia Satya bercerita soal perjalanannya mendirikan kedai kopi.

Perjuangan Satya berkecimpung di dunia perkopian dimulai sejak 2014. Saat itu pria asal Semarang ini masih membagi konsentrasi di dua hal, yakni bekerja sebagai karyawan swasta di produk kesehatan dan sisa waktu yang ada digunakan untuk berjualan kopi.

Uniknya,  Satya tidak memulai berjualan kopi di kedai, melainkan menggunakan sepeda kayuh yang dimodifikasi berbentuk gerobak hingga mirip seperti kedai kopi berjalan. Dia tidak memiliki tempat mangkal khusus, hal itu yang kadang membuatnya harus berkejaran dengan Satpol PP yang bertugas untuk menertibkan lingkungan.

Satya-Sandida-2.jpg

Terlanjur mencintai usaha kopi, Satya tidak ingin setengah-setengah dia memilih resign sebagai karyawan dan memilih untuk menekuni usaha kopi. Keyakinannya cukup kuat jika kelak dia akan berhasil di jalur ini.

“Selain menguasai ilmu meracik kopi menjadi alasan utama, peluang usaha usaha kopi juga sangat bagus. Apalagi budaya kopi di Malang sangat kuat. Kopi sekarang sudah menjadi tren anak muda bahkan menjadi kebutuhan pokok yang setiap hari harus dikonsumsi. Semakin kuatkan jadinya usaha ini kedepan.” ungkapnya.

Cita-cita Satya memang bukan sekadar angan-angan, kerja kerasnya membuahkan hasil. Nomaden Coffee di Pasar Tawangmangu adalah kedai kopi kedua yang dia kelola. Kedai pertama yang menurut Satya menjadi lompatan untuk usahanya adalah kedai kopi yang terletak di daerah Kayutangan, Kota Malang.

Kala itu dia mendapatkan tawaran bekerjasama dengan salah satu travel yang memiliki lokasi yang pas untuk kedai kopi sederhana. Hingga lahirlah pada 2016 District x Nomaden. District adalah nama travel yang memiliki lokasi.

Satya-Sandida-3.jpg

Kopi manual brew bisa jadi identik dengan anak muda. Namun jika konsep tersebut diusung ke pasar, seperti apa jadinya? Rasa penasaran Satya membuahkan hasil manis, kedai kedua Nomaden Coffee di Pasar Tawangmangu berhasil mengubah kultur ngopi di pasar menjadi lebih digandrungi anak muda.

 

Hampir setiap hari kedainya menjadi tempat nongkrong anak muda. Menggunakan tempat sederhana dan cenderung menempati teras dengan kursi dan meja yang cukup sederhana hal itu tidak mengurangi nikmatnya ngopi.

“Segmentasi kita mungkin anak muda. Tapi kita memberanikan diri untuk membuka di pasar, Alhamdulillah kok banyak yang berminat,” ujar Satya.

Di sisi lain, menurut Satya biaya sewa untuk lokasi di pasar cenderung masih bisa dijangkau untuk pelaku usaha di level UMKM seperti Nomaden Coffee. “Utamanya sih mungkin biasa sewa lebih terjangkau, dibandingkan di pinggir jalan raya,” imbuh suami Putri Radiyanty ini.

Tak hanya di Pasar Tawangmangu, Nomaden Coffee terus mengembangkan bisnisnya. Pada Agustus 2020 Nomaden Coffee buka di pasar pintar Joyoagung, Merjosari, Kota Malang. Dibandingkan dengan di Pasar Tawangmangu, Nomaden Coffee di Pasar Pintar Joyoagung dikemas lebih modern.

Pesan untuk Anak Muda

Tren ngopi di kedai kopi di kalangan anak muda di Malang diakui Satya memunculkan peluang tersendiri bagi siapa saja yang merintis bisnis kopi. Namun di sisi lain, dalam mengembangkan usaha tidak melulu berjalan mulus.

“Kalau memang serius, dalam bidang apapun termasuk kopi. Perjuangkanlah mimpimu itu sampai titik darah penghabisan,” ungkapnya.

Bagi Satya, mendirikan kedai kopi Nomaden Coffee bukanlah sebuah tren. Tetapi lebih pada ilmu tentang kopi yang harus digali dan dikuasai. “Kalau memang niat usaha kopi ya harus belajar juga ilmu kopinya. Jangan cuma ikut tren buka kedainya saja biar produk kita terus enak. Sebesar Starbucks, ownernya juga paham kopi lho,” paparnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES