Kopi TIMES Universitas Islam Malang

2021, Selamat Menyemaikan Cinta

Rabu, 28 Oktober 2020 - 18:27 | 45.80k
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku Hukum dan Agama.
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku Hukum dan Agama.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – style="text-align:center">sang waktu bergulir,
menapak pasti,
melukis bumi,
meninggalkan senja,
nyanyikan malam,
bercengkrama dengan bulan
menjemput fajar,
masih ada esok
menantang terang,
terbentang duri tak kepalang
mencumbui sejarah,
2021,
darah tak perlu tumpah lagi
menyambut benderang,
tanpa harus asah pedang
tanpa menahbiskan semangat bertikai
lebih baik mengalahkan pekat,
menyingkirkan bara kusumat,
tanpa takut digilas gelap.
Biarlah gelombang menjulang tinggi,
Yang penting senyum kecerdasan mengembang
Memeluk waktu
Demi menyemaikan cinta

Sajak yang penulis beri judul “Memeluk Waktu tersebut patut digunakan sebagai tafsir terhadap perjalanan sang waktu (siang, sore, malam, dan pagi), yang mesti akan dilalui dan diakrabi oleh manusia. Manusia tidak akan bisa menghindari rotasi sang waktu, karena sang waktu akan selalu mengikuti, menuntut, dan membelit dirinya.

Ketika manusia diberi kesempatan (waktu) untuk hidup, maka manusia akan dihadapkan pula dengan waktu untuk meninggalkan dunia, alias kematian. Kesempatan untuk hidup inilah yang seharusnya dijadikan momentum istimewa untuk menghadirkan banyak kegiatan yang bertajuk memberikan yang terbaik bagi sesama manusia dan bangsanya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tahun 2020 sebentar lagi berpisah dengan kita, pergi ke ufuk sejarah, masuk dalam periuk bumi, bercengkrama dengan malaikat pencatat amal, dan menjadi nostalgia yang dikenang oleh manusia sebagai pelakunya. Apa yang diperbuat manusia dalam hidupnya sudah diantarkan dan dilabuhkan oleh sang waktu menuju titian Tuhan. Sesal sudah pasti mengekspresi dalam diri manusia tatkala sang waktu sudah pergi di saat ia merasa kalau selama tahun 2020 belum mampu mendisain dirinya jadi penggali kebenaran (mujtahid),  pembangun gerakan pembaharuan (mujaddid), dan  aktif menunjukkan peran-peran sebagai pejuang (mujahid). Sesal di kemudian hari sudah lazim terjadi, namun demikian harus ada upaya mendisain semangat dan aksi bertemakan kebangkitan.

Meski demikian itu, manusia yang menempatkan dirinya sebagai pembelajar perjalanan sang waktu, tentulah apa yang sudah terjadi di tahun 2020 ini tidak akan dibiarkan berlalu tanpa evaluasi. Evaluasi ini identic dengan “peradilan sejarah” yang mesti dilalui setiap orang. Tahun 2020 dan sebelumnya harus tetap dijadikan sebagai obyek iqra’, bacaan wajib manusia yang tidak ingin menciptakaan kecelakaan atau ragam “keterlukaan” sejarah  di perjalanan sang waktu esoknya (2021).

Logikannya, tatkala manusia dibelit dan merasa dikejar oleh waktu, seharusnya manusia berfikir dan berbuat, bahwa hidup ini tidak boleh dibiarkan berjalan sia-sia. Hidup tidak boleh kosong tanpa kreasi dan inovasi. Hidup harus mengalirkan aktifitas yang bermakna, yang tidak hanya bermanfaar bagi diri dan keluarga, tetapi dominan bermanfaat bagi kepentingan publik.

Dalam QS Al-Ashr disebutkan, bahwa “demi masa (waktu),  manusia akan ditimpa kerugian, kecuali manusia-manusia yang beriman dan beramal saleh”. Firman Allah SWT ini menunjukkan, bahwa hidup manusia di muka bumi ini dipertemukan dengan waktu. Waktu dijadikan oleh Tuhan sebagai pintu pembuka dan tahapan bergulat bagi manusia yang punya obsesi pada kesuksesan, baik kesuksesan ini dalam hubungannya dengan Tuhan (hablum-minallah) maupun sesama manusia (hablum-minannas).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Waktu yang sudah dipertemukan atau disediakan oleh Tuhan akan berlalu tanpa menulis, melukis, dan mengukirkan tinta emas mengenai perjalanan hidup manusia yang hanya atau lebih banyak dihabiskan untuk memproduk dan merajut peran-peran yang tidak bermakna. Sebaliknya, bergembiralah manusia yang bisa menerjemahkan sang waktu dalam realitas kehidupannya.

Tahun 2021 seharusnya menjadi episode yang manis dan pintar bagi manusia yang di tahun 2020 merasa telah gagal berprestasi, lemah berinovasi, dan “miskin” kreasi, atau jalani hidup bermasyarakat dan bernegara tanpa menyemaikan cinta. Kalau di tahun 2021 tidak ada peningkatan dan pembaharuan peran nan bermakna dalam menyemaikan cinta kemanusiaan dan kebangsaan, maka tajamnya sang waktu akan memotong atau memangkasnya lebih cepat menuju bangunan hidup yang sarat ketidakbergunaan dan kesia-siaan.

Kebermakaan hidup dalam konstruksi cinta tersebut hanya bisa diraih lewat memintarkan diri secara langgeng, membeningkan nurani, dan kerja keras dengan kalkulasi waktu yang tepat “Waktu adalah laksana pedang nan tajam, yang bila manusia menyia-nyiakannya, maka waktu akan menggilasnya (memotongnya)’, demikian penegasan Nabi Muhammad SAW. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku Hukum dan Agama.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES