Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Potter Terbang Bersama Waktu

Rabu, 28 Oktober 2020 - 15:30 | 40.14k
Abdul Wahid, Dosen Ilmu Hukum Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku hukum dan agama.
Abdul Wahid, Dosen Ilmu Hukum Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku hukum dan agama.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Di dunia ini ada banyak kekhilafan atau kesalahan yang diperbuat manusia. Manusia terkadang bahkan sengaja dan bahkan bangga melakukan kesalahan. “Ada dua kenikmatan yang seringkali membuat manusia lupa, yakni kesehatan dan waktu luang”, demikian titah Nabi Muhammad SAW di hadapan sahabat-sahabatnya tentang makna pentingnya waktu bagi kehidupan manusia.

Tuhan sudah menganugerahkan karunia besar kepada manusia berupa nikmat waktu. Untuk mengarungi, mempergauli, dan menikmati tahap demi tahap perjalanan hidupnya, bisa dipastikan kalau manusia akan dihadapkan dengan masalah waktu. Setiap target yang dicanangkannya atau standar utama yang dikedepankannya, tentulah mengenai ketepatan jadwal kegiatan. Jadwal ini identik dengan waktu.

Menilai kedisiplinan seseorang terhadap tugas, kewenangan, atau kewajibannya, sudah pasti akan menggunakan tolok ukur ketepatan waktu yang bisa diikuti. Ketika waktu bisa dimanfaatkan secara maskimal, maka kesuksesan bisa diraihnya. Bilamana waktu tidak disia-siakan, target dari job discription bisa dipenuhinya. Kegagalan seseorang pun lebih sering disebabkan oleh tidak dimanfaatkannya ketersediaan waktu secara benar dan tepat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ada pameo yang berbunyi “keberhasilan atau kegagalan hanya soal waktu”, adalah suatu kalimat peringatan yang sebenarnya ditujukan kepada manusia, bahwa seharusnya dalam setiap aktifitas yang dilakukannya, aspek waktu menjadi faktor kunci yang menentukan keberhasilan atau kegagalan. Seseorang akan menuai kegagalan bila ia tidak cerdas menginterpretasikan waktu.

Seorang pemimpin pun akan terlihat produk kinerjanya lewat kemampuan atau kapabilitasnya dalam mengelola waktu dengan tepat. Manajemen waktu harus dijadikannya sebagai ruh dari setiap mekanisme kerja dan kepemimpinannya. Time is power atau waktu itu kekuatan, dapat diterjemahkan, bahwa seorang pemimpin yang tidak pintar memanfaatkan waktu dengan tepat akan menuai ketidakberuntungan atau banyak menemui kegagalan, karena ini berati sang pemimpin tidak pantai mengolah potensi yang dimilikinya..

Meski khalifah Umar Bin Abdul Aziz hanya memimpin negerinya dalam waktu tidak lama, tetapi rakyatnya bisa menikmati kedamaian psikologis dan kesejahteraan ekonomi yang luar biasa.  Demikian makmurnya rakyat di bawah kepemimpinan Umar yang dikenal sebagai pemimpin yang zahid (ahli zuhud) dan adil (al-adl), hingga sulit menemukan rakyatnya yang hidup dalam kondisi miskin.

Suatu kerja keras yang memanfaatkan waktu tentu membuahkan hasil gemilang. Terbukti, saat khalifah Umar memerintahkan baitul maal (sejenis lembaga keuangan negara) untuk mencari orang miskin kesulitan menemukannya.  Akibat kesulitan mencari orang miskin ini, dana zakat yang terkumpul di baitul maal di-“ekspor” ke daerah-daerah lain yang masih banyak orang miskinnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kesuksesan Umar tersebut merupakan teladan sosok pemimpin yang kinerjanya berpacu dengan waktu. Kesempatan yang dimilikinya dimanfaatkan secara maksimal untuk mendarma baktikan dirinya untuk rakyat dan bangsanya. Secara bertahap, apa saja yang menjadi problem berat yang menghimpit rakyatnya, mulai dari masalah keamanan hingga kesejahteraan dijadikan prioritas karier kepemimpinannya.

J.K. Rowling, wanita terkaya Inggris saat ini, berkat jadi Penulis buku the best seller Harry Potter, yang merencanakan hendak mengakhiri cerita Harry Potter di tahun 2006 merupakan contoh, bahwa waktu yang bisa dimanfaatkan maksimal terbukti menuai keberkahan.  Rowling bukan hanya jadi salah satu penulis cerita yang dikagumi dunia, tetapi juga sebagai gambaran pribadi perempuan yang sukses berpacu dengan waktu, berhasil menjadi pekerja keras. Obsesinya saat itu untuk mengakhiri kisah petualangan Harry Potter di tahun 2006 merupakan tantangan berat, karena sang penulis dituntut mampu menggabungkan  kecerdasan nalar dengan waktu yang tersedia.

Baik khalifah Umar maupun Rowling merupakan teladan sosok manusia yang hidupnya diabdikan untuk menghargai nikmatnya sang waktu. Bagi mereka, waktu tidak boleh berlalu begitu saja, apalagi menggilasnya, tetapi waktu adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan supaya dalam hidup ini, manusia sarat prestasi yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Bangsa banyak menghadapi problem yang serius dan tidak secepatnya bisa teratasi juga disebabkan oleh budaya santai (easy going) yang masih menjadi penyakit. Budaya demikian ini menjadi vermin masyarakat yang belum bisa menerjemahkan antara pentingnya memanfaatkan waktu dengan target kegiatan. Ketika masyarakat masih  dalam belenggu kultur demikian, apalagi tetap mengagungkannya sebagai bagian dari gaya hidup, maka era keemasan (golden era) bagi bangsa ini akan sulit tercapai. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Ilmu Hukum Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku hukum dan agama.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES