Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Memersatukan Ukhuwah Wathaniyah Dalam Maulid Nabi Ditinjau Historis dan Tasawuf

Rabu, 28 Oktober 2020 - 13:08 | 103.46k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Maulid Nabi adalah hari untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi sudah menjadi Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yang tidak terlupakan.  Sebagai wujud mahabbah, semua orang begaram muslim beramai-rami menyemarakkan maulid nabi dengan pengajian, majelis sholawat, hajatan Grebeg Maulud (muludan) dan lain-lain. Dalam memperingati ada tiga hal menyangkut tali persaudaraan dan ini harus dijaga yakni ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah, ukhuwah wathaniyah.

Dijelaskan pula oleh Imam Jalaluddin Assuyuthi dari madzab Syafi’i , “Ia peringatan maulid Nabi merupakan bid’ah hasanah yang pelakunya memperoleh pahala, sehab hal itu sebagia bentuk mengagungkan kemulian Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wa’alihi washabihi wassallam, dan memngungkapka rasa bahagia akan kelahiran Nabi mulia”. (NU online)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Segi historisnya, maulid nabi menjadi hari yang teristimewa karena terdapat sebuah kisah yang selalu diabadikan. Dalam rangka ukhuwah wathaniyah ini terbukti pada kisah Nabi saat pengesahan Piagam MadinahSalah satunya disebutkan “semua kaum muslimin dengan berbagai latar belakang suku spserti suku Quraisy, bani auf, Saidah, Al-Hars, Jusyam, an-Najjar, Amr bin Auf, dihimbau untuk kompak bekerja sama, seperti halnya dalam membayar diat dan membebaskan tawanan”. (NU online)

Ukhuwah wathaniyah adalah persaudaran orang-orang islam dan kebangsaan. Kecintaan sesorang pada bangsanya yang telah dicontoh oleh Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah. Nabi yang menginginkan bangsa yang di tujunya itu bisa menerima ajaran dakwah.

Firman Allah dalam QS. Al-Imran ayat 103, “Dan berpegang teguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sednagkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang mereka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk”. Tafsir Imam Ibnu Katsir, firman diatas berkenaan dengan keadaan orang-orang Aus dan Khazraj. Sesungguhnya oada zaman jahiliyah dua kabilah itu sangat sering terlibat dalam pertempuran, permusuhan, kebencian, dengki, dan dendam.  Mereka terperangkap dalam perang terus menuerus tanpa kesudahan. Ketika Allah mendatangkan Islam, maka masuklah sebagian dari mereka ke dalam Islam. Akhirnya mereka hidup bersaudara, saling mencintai berdasarkan keagungan Allah, saling berhubungan berlandaskan Dzat Allah dan saling tolong menolong.

Firam Allah surah Al-Anfal ayat 63, “dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walalupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana”. Tafsir Syaikh Prf. Umar bin Abdullah al-Muqbil dari Saudi Arabia menjelaskan Allah yang mempersatukan hati mereka orang-orang yang beriman, sebagaiaman keadaan suku aus dan khazraj dari golongan Ansor berupa peperangan. Walaupun kamu membelajnkan kekeyaan yang berada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka dlam petunjuk. Sesungguhnya Dia Maha Gagah tidak terkalahkan lagi Maha Bijaksana dalam segala perbuatan yang membuat sesuatu untuk kebaikan dan kemanfaatan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam Indonesia sendiri, ukhuwah wathaniyah berada dalam konsep Hubbul Wathan karya KH. Wahab Hasbullah merupakan wujud benteng pertahanan negara dalam ajaran islam. Gagasan yang tercerminan oleh Nahdhatul Ulama dengan semboyan Hubbul Wathan Minal Iman, artinya cinta tanah air sebagian dari iman.

Segi tasawuf, kekuatan silahturahmi yang kuat akan menjadikan negara yang baik (Baldatun Thoyyibah) dalam artian negara yang aman, dan mendapat keberkahan. Pererat ukhuwah wathaniyah sama dengan menyambung persaudaraan antar bangsa, sehingga timbullah rasa nasionalis disela-selanya dan menciptakan rasa kebersamaan pula. (ngaji senin)  

Kisah kelahiran Nabi hingga perjalanan dakwahnya Nabi pasti diceritakan kembali disaat-saat momen Hari Besar Islam, untuk selalu mengingat, mengamalkan  dan meneledani perilaku Nabi Muhammad. Salah satu perwujudanya dengan terjaganya tali persaudaraan yang terbagi menjadi tiga (ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah, ukhuwah wathaniyah). Ukhuwah yang kokoh akan menjadikan hubungan yang harmonis , saling membantu antar sesama manusia baik yang segama maupun berbeda agama dan sesama makhluk Tuhan lainnya. Dalam ranah pendidikan, tali persaudaraan sudah diterapkan. Dimana dalam satu lembaga bermacam-macam ragam jenis. Disitulah letak saling menghargai dan saling mendukung.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES