TIMESINDONESIA, NGAWI – Jajan pasar yang dulu banyak ditemukan di pasar tradisional kini mulai jarang dijumpai lagi. Namun, bukan berarti makanan tradisional tersebut kehilangan penggemar. Di Ngawi, usaha rumahan jajan pasar justru sedang naik daun dan kebanjiran pesanan.
"Jajan pasar ada banyak jenis dan rasanya khas. Harga juga cukup terjangkau," ujar Lely Wulansari pemilik usaha jajan pasar asal Desa Selopuro, Kecamatan Pitu, Ngawi.
Menurut Lely, jajan pasar kini banyak dicari lagi karena tidak mengandung bahan kimia dalam proses pembuatannya sehingga aman dikonsumsi. Selain itu tampilan jajan pasar kini dibuat lebih menarik.
Seperti yang dilakukan Lely dengan membuat tumpeng dari aneka jajan pasar. Bahan utama tumpeng antara lain puro, jajan pasar yang terbuat dari campuran tepung beras dan kelapa parut.
"Puro bisa diganti tiwul atau ketan sesuai dengan permintaan," kata Lely.
Tumpeng juga dikelilingi aneka jajan pasar lainnya seperti cenil, gethuk, ketan hitam, ketan putih, jongkong, petolo dan ketan cetot. Penataan yang apik dan jajan pasar beraneka warga menjadikan tumpeng buatan Lely menggugah selera.
"Sehari ada pesanan 4-5 tumpeng. Jika ada perayaan bisa mencapai 9 tumpeng. Harga bervariasi antara 80-200 ribu per tumpeng” ungkap Lely.
Rata-rata dalam sehari, Lely bisa menghabiskan singkong 10 kilogram, ketan 2-4 kilogram, beras 5 kilogram untuk membuat 4-5 tumpeng.
Walaupun sedikit tergeser dengan makanan modern, jajan pasar masih dicari dan diminati dilidah warga Ngawi. Terbukti, usaha makanan tradisional ini banyak orderan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |