Kopi TIMES

Peran Keluarga Dalam Pencegahan HIV /AIDS

Selasa, 27 Oktober 2020 - 21:34 | 204.86k
Subhan Tomi, ASN Pemkab Aceh Singkil.
Subhan Tomi, ASN Pemkab Aceh Singkil.

TIMESINDONESIA, ACEH – HIV adalah kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus, merupakan virus yang bisa menyebabkan sebuah kondisi yang disebut AIDS. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa membuat ia mengalami AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). 

Masyarakat seluruh dunia terfokus pada Pandemi Covid - 19 yang menjadi permasalahan aktual saat ini, HIV/AIDS juga menjadi permasalahan utama dunia karena peningkatan pada kasus  termasuk di Indonesia. 

Sejak Covid-19 jadi pandemi dunia HIV/AIDS pun seakan tenggelam padahal penyebarannya tetap terjadi, terutama melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah dengan pengidap HIV/AIDS dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom. Selain itu faktor risiko lain adalah transfusi darah yang tidak diskrining HIV, jarum suntik yang dipakai bergiliran seperti pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya), serta melalui air susu ibu (ASI) perempuan yang mengidap HIV/AIDS.

Kasus HIV/AIDS penderitanya tersebar hampir di seluruh Indonesia. Estimasi jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 640.443, tapi yang bisa dideteksi sejak tahun 1987 sd. 31 Maret 2020 hanya 511.955 atau 79,94 persen. Penyakit yang menakutkan ini merupakan ancaman yang serius di Negara kita, bila akar permasalahan terjangkitnya virus ini tidak ditangani dengan cepat secara bersama.

Pentingnya pendidikan usia dini anak remaja 

Remaja merupakan kelompok usia yang sangat rentan terhadap resiko triad (tiga masalah pokok) kesehatan reproduksi remaja,  yakni, seksualitas (pergaulan seks bebas), HIV/AIDS, dan penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang, Indonesia mempunyai banyak potensi untuk mengedukasi anak remaja dengan program yang positif dan produktif. 

Masyarakat Indonesia sering dikejutkan dengan maraknya protistusi online, adanya komunitas LGBT dan penyimpangan seksualitas lainnya, kejahatan penyalahgunaan narkoba, yang semua itu berpotensi terhadap Penularan HIV/AIDS dan merusak generasi muda  dengan berbagai macam modus yang digunakan dari pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini. 

Belum lagi masalah stigma dan diskriminasi yang masih kental di tengah masyarakat terhadap ODHA orang dengan HIV/AIDS yang selalu melihat penyakit ini dari sisi etika dan sosial bagaimana ODHA begitu dijauhi oleh masyarakat bahkan keluarga menambah buruk psikologis si penderita. 

Padahal sebagian ODHA tidak sadar mereka tertular, bukan karena pergaulan tapi karena tertular dari suami, sehingga ibu rumah tangga dan anaknya yang lahir ikut terjangkit perlu keseriusan dalam penemuan dan pencarian penyebaran virus ini. 

Diperlukan pencegahan dini di dalam keluarga dengan mengajarkan anak remaja tentang agama yang melarang perbuatan maksiat dan melaksanakan perintah agama agar terhindar dari perbuatan tersebut. Peran orang tua sebagai role model di dalam keluarga sangatlah perpengaruh terhadap perkembangan anak. 

Pemberian informasi atau pengetahuan mengenai HIV/AIDS bisa dilakukan sejak dini pada anak remaja dalam lingkungan keluarga. Anak diberi informasi bagaimana proses penularan HIV/AIDS itu sendiri yakni melalui cairan sperma, vagina, air asi, dan darah. HIV/AIDS juga tidak akan menular jika kontak fisik, kontak sosial dan sebagainya. Informasi yang benar dapat membantu dalam mencegah anak remaja melakukan berbagai tindakan yang memunculkan resiko terkena HIV.

Tujuan pemberian informasi sejak dini agar anak dapat menghindari bahaya HIV/AIDS dan mengembangkan pola hidup sehat di dalam keluarga, juga diharapkan agar anak remaja kelak dapat memunculkan perilaku yang tidak diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. 

Sigelman dan rekannya (dalam Tinsley, Lees, dan Sumartojo, 2004; 211) yang meneliti peran orang tua dalam sosialisasi pengetahuan dan sikap terhadap HIV pada anak yang berada di kelas 3, 5, dan 7 (8-14 tahun). Hasil yang diperoleh antara lain ditemukan adanya pemahaman yang tepat mengenai perilaku beresiko dan transmisi HIV seiring dengan bertambahnya usia. Hasil lainnya adalah hubungan yang signifikan antara pengetahuan orang tua dan pengetahuan anak mengenai mitos-mitos penularan HIV/AIDS. Penerimaan anak terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) juga berhubungan dengan sikap orang tua terhadap HIV.

Pemerintah bersama komponen bangsa serta peran serta masyarakat, lembaga baik LSM, Pendidikan formal, Non Formal, pondok pesantren, relawan juga sangat berpengaruh besar terhadap penyebaran pengetahuan cara mencegah HIV/AIDS sehingga tidak terjadi diskriminasi terhadap masyarakat yang positif HIV/AIDS, yang dianggap sebagai penyakit Kutukan dari Tuhan.  Jika ini terwujud, maka angka penyebaran HIV/AIDS dapat di cegah secara dini demi terwujud generasi emas Indonesia 2045. 

***

*)Oleh: Subhan Tomi  ASN Pemkab Aceh Singkil.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES