Peristiwa Nasional

Wapres RI KH Ma'ruf Amin: Masih Ada yang Berdakwah dengan Wajah Garang

Senin, 26 Oktober 2020 - 12:33 | 38.04k
Wapres RI KH Ma'ruf Amin. (FOTO: wapresri.go.id)
Wapres RI KH Ma'ruf Amin. (FOTO: wapresri.go.id)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres RI) KH Ma'ruf Amin melihat ada pihak yang berdakwah dengan wajah garang yang jauh dari ajaran Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Demikian disampaikan KH Ma'ruf saat memberikan sambutan secara virtual pada acara Haul ke-39 KH Abdul Hamid Bin Abdullah Umar. Ia mengenang almarhum Mbah Hamid sebagai ulama yang mendakwahkan Islam secara santun.

"Saat ini, tidak sedikit yang melakukan dakwah agama Islam dengan wajah yang garang, jauh dari ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW," ujar KH Ma'ruf Amin melalui konferensi video, Senin (26/10/2020).

Mbah Hamid, kata KH Ma'ruf, sangat diteladani oleh masyarakat di Tanah Air, khususnya di Pulau Jawa. Mbah Hamid disebut mempunyai pengaruh kuat dalam mendakwahkan Islam dengan wajah santun, lembut, dan rahmatan lil alamin.

"Pendekatan yang beliau (Mbah Hamid) gunakan dalam berdakwah lebih banyak menggunakan pendekatan hikmah, yaitu pendekatan dengan menghadirkan kesadaran seseorang melalui peristiwa tertentu yang dapat mengunci daya nalar dan hati orang tersebut. Sehingga orang tersebut dapat menerima risalah Islamiyah dengan sepenuh hati dan kesadaran," tuturnya.

KH Ma'ruf berujar, apa yang sudah dijalankan Mbah Hamid merupakan contoh dan teladan yang sangat baik dalam mendakwahkan agama Islam dengan cara hikmah. 

"Model dakwah yang digunakan oleh Mbah Hamid ini serupa dengan model dakwah yang digunakan para ulama dan para wali terdahulu dalam mengenalkan dan mengajarkan Islam di bumi nusantara," jelasnya.

Ia pun mengaku sangat mengagumi sosok Mbah Hamid. Almarhum dalam kehidupan kesehariannya sangat tawadhu', sederhana dan menjauh dari publisitas. 

"Hal seperti itu dalam tradisi ilmu tasawuf dikenal dengan 'khumul', yaitu fokus pada aktivitas kebaikan dengan membungkus dan menutupinya agar tidak diketahui orang lain," ungkap KH Ma'ruf Amin.

Ajaran khumul atau tak ingin populer di masa sekarang sudah banyak dilupakan. Segala amal kebaikan yang dilakukan seakan harus diketahui seluas mungkin oleh publik. Publisitas di era digital seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang.

"Padahal, belum tentu apa yang di-publish tersebut mempunyai dampak positif yang lebih besar daripada yang tidak di-publish. Saat ini banyak orang terjebak pada mentalitas syuhrah, yaitu mentalitas pencitraan diri agar dikenal luas," tuturnya.

"Amal kebaikan yang dilakukan diorientasikan agar di-cover media secara luas. Motivasinya hanya untuk membentuk citra diri, bukan berbuat kebajikan itu sendiri," imbuh Mustasyar PBNU itu.

Wapres RI KH Ma'ruf Amin menambahkan, dakwah melalui media digital sesungguhnya juga diperlukan pada era saat ini. "Karena dakwah melalui digital jangkauannya lebih luas dan dapat dilakukan kapan dan di mana saja," ucapnya. 980. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES