Kopi TIMES

Kuota Data Internet Belajar Daring, Job Crafting dalam Keterbatasan Pedagogis

Minggu, 25 Oktober 2020 - 09:38 | 61.35k
Nazhori Author adalah Dosen AIK Universitas Prof. Dr. Hamka Jakarta.
Nazhori Author adalah Dosen AIK Universitas Prof. Dr. Hamka Jakarta.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bantuan kuota data internet untuk belajar dan mengajar telah disalurkan oleh Kemendikbud. Kuota data internet diperuntukkan bagi 27,3 juta pendidik dan peserta didik di bulan September. Dalam keterangannya yang dipublikasikan pada 29 September lalu, Kemendikbud menyalurkan bantuan kuota data internet tahap satu dan dua kepada 27.305.495 nomor ponsel yang dimiliki pendidik dan peserta didik di seluruh Indonesia.

Kabar baiknya, jumlah itu terus meningkat sejalan dengan data yang masuk sehingga proses pemutakhiran data bisa divalidasi dan diverifikasi. Kemendikbud dalam rilisnya, mengabarkan bahwa melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) terus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik agar bantuan kuota internet tersebut dapat tersalurkan ke seluruh nomor penerima manfaat. 

Hanya saja memang kendala yang masih terjadi adalah dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut ketersediaan kuota internet yang tidak merata untuk seluruh pendidik dan peserta didik. Kendati demikian, upaya penyediaan kuota internet menjadi bagan penting aktivitas pedagogis supaya pembelajaran tetap dapat dilakukan di rumah saja.

Dalam perkembangannya, PJJ menampilkan situasi yang rumit. Apalagi peserta didik dan orangtua terkadang tidak sejalan untuk memulai suatu proses yang menggembirakan. Tak jarang anak-anaknya masih bermain dan ada yang kurang fokus karena memang kurang kontrol karena kondisi yang tak memungkinkan. Akan sulit jika kedua orangtua bekerja di luar rumah, sementara asisten rumah tangga memiliki tugas penting tersendiri. 

Kondisinya sangat berbeda dengan pembelajaran secara tatap muka di sekolah. Guru dan peserta didik lebih kondusif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang mendukung justeru memantik peserta didik bersemangat untuk belajar di sekolah. Walaupun tak sepenuhnya PJJ memberikan situasi yang membosankan dalam praktiknya bagi peserta didik di rumah.  

Keterikatan Belajar

Dampak psikologis yang diakibatkan Covid-19, bagi guru, peserta didik dan orangtua tidak bisa diremehkan begitu saja. Kondisi yang tak pasti ini memicu keretakan pedagogis yang bisa ditimbulkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kolaborasi atau kerjasama antara guru dan peserta didik serta orangtua di sisi lain bisa mengalami kendala.

Dalam pengalaman keseharian, produktivitas kegiatan belajar mengajar dapat terhambat bila keterikatan belajar terhambat, yang pada dasarnya juga mengacu pada kurikulum yang telah dijalankan. Maksudnya adalah acuan keterikatan belajar menjadi domain guru untuk melakukan pengawasan dan penilaian dalam manajemen pengajaran. Dedikasi guru tentu saja menghadapi keadaan psikologis yang memengaruhi energi dan situasi mentalnya.

Untuk itu, ketekunan guru dan motivasi dalam menghadapi kesulitan menjadi pengalaman berharga guru. Begitu juga sebaliknya dengan peserta didik. Keterikatan belajar juga tidak lepas dari situasi psikologisnya dalam melakukan aktivitas belajar. Tak menutup kemunginan, selama PJJ di rumah motivasinya mengalami penurunan karena tidak berjumpa guru dan teman-temannya selama ini.

Dalam manajemen sumber daya pendidikan, kreativitas juga mendapat perhatian karena di sanalah learning engagement dalam konteks mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar yang fokus diharapkan dapat mewarnai waktu yang terbatas dan keterbatasan sarana belajar. Karena itu, meminjam istilah manajemen sumber daya manusia yakni job crafting menemukan relevansinya.

Mengapa demikian, sebab peran aktif kinerja guru, peserta didik dan orangtua dapat mengembangkan aspek-aspek pembelajaran tertentu dengan eksplorasi kreatif melalui pendekatan belajar yang menyenangkan terhadap bahan-bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru secara daring. Inisiatif dan kebesaran hati untuk terlibat aktif merupakan jalan alternatif memperbaiki kelesuan peserta didik dalam belajar agar lebih bersemangat lagi. 

Dengan demikian anak juga belajar bagaimana mengaplikasikan tanggung jawab terhadap diri sendiri dengan kesadaran yang tanpa dipaksakan. Maka semua pihak yang terlibat juga turut bertanggung jawab terhadap keberlangsungan anak untuk tetap bisa belajar di saat kuota data internet juga memiliki keterbatasan agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. (*)

 

***

* Penulis: Nazhori Author adalah Dosen AIK Universitas Prof. Dr. Hamka Jakarta.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES