Kopi TIMES

Menumbuhkan Budaya Literasi di Tengah Pandemi

Sabtu, 24 Oktober 2020 - 13:35 | 491.69k
Deni Darmawan, Dosen dan Ketua Web Keagamaan Universitas Pamulang.
Deni Darmawan, Dosen dan Ketua Web Keagamaan Universitas Pamulang.

TIMESINDONESIA, PAMULANG – Di masa pandemi saat ini, sejumlah tantangan dihadapi dalam menumbuhkan budaya literasi pada anak.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua di saat pandemi, diantaranya bagaimana menumbuhkan budaya literasi pada anak.  Ketika pembelajaran jarak jauh (PJJ) diberlakukan, di sela-sela itu orang tua juga punya peran penting dalam mewujudkan budaya literasi. Sebab, literasi menjadi salah satu cara kunci membangun sumber daya manusia dan kesejehateraan bangsa.

Kebersamaan orang tua dan anak-anak di masa pandemi, menjadi momen untuk memotivasi dan memberikan stimulus agar anak-anak mempunyai kemampuan dalam mengolah dan memahami infomasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Bahkan, literasi sudah mempunyai arti yang lebih luas, bukan saja sekedar kemampuan membaca dan menulis, tapi juga memahami, meneliti, mengembangkan, menggunakan dan mentransformasi teks.

Literasi juga mempunyai banyak variasi dan semakin berkembang, seperti literasi digital, literasi sains, literasi keuangan dan lain sebagainya. Literasi sangat berhubungan dengan orang yang belajar dan sebuah proses menambah pengetahuan dan keterampilan, berfikir kritis dalam memecahkan masalah, memiliki kemampuan komunikasi efektif, menghitung, dan mengembangkan potensi dalam dirinya hingga berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. 

Sejumlah manfaat pun akan diperoleh, jika seorang anak mempunyai literasi yang tinggi. Diantaranya, meningkatnya pengetahuan dan informasi pada anak sehingga tidak mudah percaya dengan berita hoax. Mampu menyimpulkan informasi dan pengetahuan yang dibaca, mampu memahami, meneliti, menilai, dan mengembangkan menjadi hal yang bermanfaat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga mengembangkan enam literasi dasar meliputi yaitu baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewarganegaraan (karakter).

Untuk membangun budaya literasi, harus ada kolaborasi antara pemerintah, lintas kementerian, pegiat literasi, akademisi, pelaku usaha, komunitas, aktivis, dan organisasi masyarakat. Budaya literasi harus dibangun sejak usia dini. Generasi milenial yang akrab dengan gawai, perlu dikenalkan dan diarahkan oleh orang tua, guru dan kita semua agar terbentuk budaya literasi, sehingga mampu memfilter semua informasi yang diterima hingga tidak mudah menerima dan menyebarkan berita hoax serta tepat dan bijak dalam menggunakan gawai.

Peran orang tua dalam menstimulus dan mendorong anak agar meningkatkan minat baca sangat besar. Orang tua bisa membacakan buku dongeng atau kisah ke anak di waktu senggang atau menjelang tidur. Bagi generasi milenial, bisa diperkenalkan buku-buku novel untuk memancing agar mereka mau membacanya. Orang tua juga bisa membeli buku-buku ringan seperti buku komik, buku dongeng, buku kisah, buku novel dan buku menarik lainnya, agar tumbuh budaya literasi.

Di tengah pandemi, sebanyak 50 persen anak-anak yang melaksanakan PJJ selama 2 jam memicu learning loss, termasuk penurunan dalam kemampuan membaca, bahkan seringnya anak melihat monitor pada layar handphone, laptop dan komputer akan membuat mata anak menjadi minus. Data yang di dapat dari survei Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud pada April 2020, bahwa selama PJJ, membaca buku penting untuk diupayakan. Orang tua memberi contoh untuk rutin membaca buku dan menjelaskan isi buku tersebut. Jika ibu sibuk dengan gawai, anak pun akan menirunya.  

Minat baca anak-anak Indonesia tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Terbukti, pada tahun 2016 berdasarkan riset World’s Most Literate Ranked, bahwa Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 61 negara. Ditambah lagi pada tahun 2018, menurut survei Pragramme for International Student Assessment (PISA) bahwa Indonesia mendapat skor 371 dari peringkat 72 dari 79 negara yang disurvei.

Tips Menumbuhkan Literasi

Berdasarkan pengalaman, penulis pernah mengajar salah satu murid dari sekolah international.  Untuk menumbuhkan minat baca, setiap siswa memgambil satu buku yang disukainya di perpustakaan kemudian dibaca selama satu bulan. Setelah dibaca, siswa akan menyampaikan garis besar isi buku tersebut di depan guru dan rekan kelasnya. Kemampuan memahami dan menyampaikan isi buku akan melatih siswa tampil berani dan percaya diri. Dalam setahun siswa tersebut telah membaca 12 buku. Berikut tips bagaimana menumbuhkan literasi pada anak.  

Tips pertama adalah, orang tua bisa membeli dan menyiapkan buku-buku kesukaan anak. Usahakan buku yang full colour jika usianya masih kecil, dan buku novel jika anak sudah beranjak dewasa. Jika buku-buku tema yang ringan ludes dibacanya, rang tua bisa membelikan sedikit buku yang berbobot. Setelah selesai membaca, orang tua memberi kesempatan agar anak bisa menyampaikan isi buku tersebut di depan keluarga. Berikan apresiasi atas usahanya itu dan berikan hadiah buku yang terbaru setiap selesai buku yang dibacanya.

Cara ke-dua, orang tua bisa membacakan buku kisah, dongeng atau kisah lainnya di waktu senggang atau membacakan saat menjelang tidur. Cara ini juga ampuh menumbuhkan minat baca pada anak sehingga mereka akan menyukai buku dan terkenang kisah itu hingga dewasa kelak. Ada hal yang menarik dari Louise Gluck, penerima Nobel Sastra tahun 2020. Kebiasaan orang tua sejak ia masih kecil sering dibacakan buku-buku kisah mitologi Yunani sebagai dongeng pengantar tidur. Gluck sangat suka dangan kisah-kisah dewa-dewi dan jagoan Yunani. Sejak saat itu, minat baca dan menulis semakin tinggi. Gara-gara buku itu,  ia menyukai sastra, hingga mengantarkan Gluck menerima Nobel Sastra 2020.

Tips ke-tiga, sering-sering ke toko buku atau perpustakaan. Di hari libur dan senggang,  ajaklah anak-anak ke toko buku atau perpustakaan, biarkan anak memilih buku yang disukainya. Anak akan terbiasa dan merasa nyaman jika sejak dini sudah diperkenalkan toko buku dan perpustakaan, sebab hal itu akan merangsang minat baca mereka. Jika tidak sempat ke toko buku karena pandemi, bisa membeli secara online dan menjelajah perpustakaan digital.

Penulis teringat dengan sosok Ibnu Sina, salah satu cendikiawan muslim dan mendapat julukan “Father of Doctor”. Kebiasaanyanya membaca seluruh buku diperpustakaan membuat ia menguasai berbagai disiplin ilmu dan menelurkan begitu banyak karya.

Tips ke-empat, kenalkan ajaran Islam. Begitu banyak dalil yang mendorong dan menumbuhkan literasi. Misalnya surat al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5 merupakan spirit untuk memperoleh pengetahuan dengan membaca dan menulis. Bahkan, di surat al-Baqarah ayat 282 adalah ayat terpanjang. Ayat ini mengajarkan kita, dalam kegiatan apapun harus ditulis. Membaca dan menulis menjadi bagian dalam menyebarkan ilmu dan membangun peradaban.

Akhir kata, literasi adalah sebuah kompetensi yang harus digaungkan dan didorong oleh semua pihak. Maraknya gerakan literasi dengan mendirikan rumah baca, taman baca, harus kita dukung agar literasi anak-anak Indonesia semakin membaik.

***

*)Oleh: Deni Darmawan, Dosen dan Ketua Web Keagamaan Universitas Pamulang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES