Indonesia Positif

Gerdal Hama Tikus Agar Produksi Pangan Terjaga

Jumat, 23 Oktober 2020 - 11:15 | 74.97k
Penyerahan bantuan Alpostran dari BBPP-BATU untuk kelompok tani Rukun Makmur dan Bidi Rukun Kec Lamongan. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Penyerahan bantuan Alpostran dari BBPP-BATU untuk kelompok tani Rukun Makmur dan Bidi Rukun Kec Lamongan. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – BPP Model Kostratani bersama BBPP Batu hadir dampingi petani di kelompok tani Rukun Makmur  dusun Medali Desa Daliwangun Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan, Gerdal (gerakan pengendalian) kali ini memanfaatkan petasan untuk mengendalikan hama tikus yang kembali merajalela.

Hama tikus ini banyak menyerang tanaman padi, jagung dan lombok di daerah tersebut, upaya ini dilakukan juga untuk persiapan musim tanam padi yang akan datang.

Pengendalian hama tikus ini melibatkan puluhan orang petani pemilik lahan yang kebetulan digunakan sebagai  sarang hama tikus. Sebelumnya sarang lubang tikus telah diberi penanda berupa apa saja misalnya potongan kayu atau bilah bambu.

Setelah itu petasan dipasang di alatnya dan berfungsi sebagai penutup lubang sarang, selanjutnya petasan anti tikus disulut sumbunya layaknya menyulut petasan kemudian dimasukkan ke dalam sarang tikus. Petasan akan meledak yang mengeluarkan asap berbau belerang yang cukup menyengat.

bantuan Alpostran2

Tikus di dalam lubang dipastikan bakal mati setelah sarangnya diledakkan dengan petasan anti tikus. Petasan yang dipakai memberantas tikus ini dikenal petani dengan sebutan Tiran yang diproduksi perusahaan di Sulawesi Selatan.

Sijan yang juga salah satu petani menyampaikan bahwa petani di daerah ini lebih senang dan cocok menggunakan petasan anti tikus ini lebih efekfif. "Karena tikus akan mati di dalam sarang," ungkapnya.

Menurut  Sumadi, SP yang juga Koordinator BPP Model Kostratani  mengatakan dalam kegiatan pengendalian hama tikus pada saat ini selain menggunakan petasan, pemberantasan sarang tikus juga dilakukan pengasapan atau penyemprotan dengan asap belerang.

"Sebetulnya di kelompok petani juga memiliki beberapa rubuha yang telah dihuni oleh predator burung hantu atau tito alba, makanya dalam pengendalian hama tikus tidak menggunakan racun tikus. Kalau diberi racun tikus kami khawatir tikus yang mati akibat diracun dimakan burung hantu sehingga membahayakan predatornya," jelasnya.

Sementara  Diah Ayu Tri Wilujeng, SP salah satu penyuluh menyebutkan, pengendalian hama tikus dengan pengasapan dan mercon tikus lebih aman, sehingga tikus dapat ditekan tidak semakin berkembang biak namun hasilnya tidak bisa langsung terlihat karena tikus terjebak dalam lubang dan mati didalamnya.

"Kerugian serangan tikus ini bisa sampai 100% dari produksi makanya mumpung brlum berkembanf biak dalam jumlah besar petani berusaha mengendalikan agar kerugian akibat serangan tidak merugikan petani," imbuhnya. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES