Peristiwa Daerah

Bedah Buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur', Ini Kesaksian Putri Ketiga Sang Guru Bangsa

Kamis, 22 Oktober 2020 - 22:09 | 103.84k
Salah seorang Penulis Buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur', Dr. Syaeful Bahar (baju putih) memberikan penjelasan terkait isi buku yang ditulis bersama belasan cendikiawan lainnya. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Salah seorang Penulis Buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur', Dr. Syaeful Bahar (baju putih) memberikan penjelasan terkait isi buku yang ditulis bersama belasan cendikiawan lainnya. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Saat perayaan HSN (Hari Santri Nasional) Tahun 2020. Warga nahdliyin di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur, melakukannya dengan cara melepas rindu dengan sosok santri sekaligus guru bangsa, Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur.

'Merindu' Gus Dur itu, diwujudkan melalui bedah buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur', di Pondok Pesantren Al-Utsmani Badean Kecamatan Jambesari DS, Kamis (22/10/2020) siang.

Buku tersebut ditulis oleh belasan cendikiawan sekaligus pecinta Gus Dur. Namun penulis yang hadir langsung sebagai pemateri, hanya Dr. Syaeful Bahar. Sementara beberapa penulis lainnya, menyampaikan materi melalui aplikasi Zoom yang ditonton oleh semua peserta.

Suasana hadirnya Presiden ke-4 RI tersebut semakin terasa, setelah putri ketiga mendiang Gus Dur, Anita Hayatunnufus Wahid, berkenan menjadi keynote speaker. Meski melalui tayangan Zoom, peserta sangan antusias mendengar pemaparannya.

Petri ketiga Gus Dur, Anita Hayatunnufus Wahid mengapresiasi terbitnya Buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur. Setelah sebelumnya terbit buku yang menguak persekongkolan elit politik, dalam menjatuhkan mendiang ayahnya dari kursi kepresidenan, yakni 'Menjerat Gus Dur' karya Virdika Rizky.

"Ini bukan dendam. Tapi ini persoalan kebenaran sejarah, yang harus disampaikan pada bangsa ini. Banyak sekali fitnah, yang seakan-akan beliau (Gus Dur), terlibat dalam berbagai kasus korupsi," katanya.

Dalam Buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur' ini, kata dia, banyak kekecewaan, kemarahan yang diekspresikan oleh orang-orang yang mencintai Gus Dur. "Karena apa yang dituduhkan ke beliau, itu tidak benar," sambungnya.

Menurutnya, Gus Dur adalah sosok yang selalu konsisten dalam memperjuangkan hak-hak rakyat bawah, dan sangan mendukung kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat. Bahkan sebelum menjadi presiden.

"Gus Dur menempatkan rakyat tertindas untuk dibela dan diperjuangkan terlebih dahulu. Jadi tidak mungkin Gus Dur melakukan apa yang dituduhkan elit politik pada waktu itu. Sekarang terbukti dengan sendirinya," paparnya.

Sementara itu, salah seorang penulis sekaligus pemateri, Dr. Syaeful Bahar menjelaskan, bahwa Gus Dur adalah sosok yang seluruh hidupnya dihibahkan untuk Indonesia dan demokrasi. Bahkan ia presiden yang dipilih melalui proses yang paling demokratis.

"Namun justru dijatuhkan di tengah jalan, oleh para penghianat, oleh para politisi culas. Itu berakibat pada demokratisasi di negeri ini. Dimana sampai saat ini belum berhasil mencapai satu titik konsolidasi demokrasi," paparnya.

Menurutnya, negeri ini masih cacat demokrasi. Alasannya, karena ada sebuah peristiwa di luar batas kenormalan. Dimana ketika negara menggunakan sistem presidensial dijatuhkan oleh DPR. Hal ini sebenarnya tidak akan terjadi.

"Tapi justru ini terjadi di Indonesia. Ingat, politisi culas pada waktu itu melakukan memorandum satu dan seterusnya. Didasari bahwa Gus Dur terjerat dalam kasus Brunei Gate dan Bulog Gate. Padahal sampai saat tak ada bukti konkrit. Dan pengadilan inkrah mengatakan, bahwa Gus Dur tidak terlibat dalam dua kasus itu," tegas mantan aktivis tahun 90-an tersebut.

Maka buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur' ini kata dia, merupakan bentuk kemarahan terhadap fitnah dan kejahatan politik yang ditujukan pada Gus Dur. "Melalui buku ini, ada tawa dan rindu juga pada sosok Gus Dur," imbuhnya.

Bahkan selama ini kata dia, di beberapa buku sejarah SMA, ada pertanyaan: 'Gus Dur dilengserkan oleh DPR dan MPR karena apa?' Jawabannya: 'Karena kasus Korupsi Brunei Gate dan Bulog Gate'. "Padahal itu tidak benar. Maka sejarah itu perlu diluruskan," tegasnya.

Pantauan di lokasi, tampak bedah buku 'Goro-Goro Menjerat Gus Dur' tersebut, diikuti oleh sejumlah mahasiswa dan warga nahdliyin secara umum. Namun karena pandemi, pesertanya pun terbatas dan tetap mengikuti protokol kesehatan. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES