Kopi TIMES

Gerakan Sosial Lama vs Gerakan Sosial Baru: Lembaga Kemahasiswaan Intra Kampus

Kamis, 22 Oktober 2020 - 23:20 | 838.32k
Muhammad Bagas Ragil Wicaksono, Mahasiswa FH Univeritas Negeri Semarang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Bagas Ragil Wicaksono, Mahasiswa FH Univeritas Negeri Semarang. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Pada periode ini masyarakat khususnya mahasiswa memiliki idealisme dalam arah juang pergerakan dan pengabdian, mahasiswa dalam lingkungan kampus dikoordinir oleh beberapa lembaga kemahasiswaan sebagai contoh ialah Lembaga Eksekutif Mahasiswa. Lembaga tersebut memiliki peran sentral dalam pergerakan dan pengabdian dalam lingkup intra kampus.

Secara gerakan sosial lembaga tersebut lebih condong kepada gerakan sosial lama yang mengedepankan ideologi dan kaku dalam berorganisasi, tak jarang organisasi seperti macam itu kehilangan para anggota pengurusnya. Gerakan sosial lama dan gerakan sosial baru memiliki perbedaan dalam sudut pandang secara berorganisasi, gerakan sosial lama didominasi oleh lembaga-lembaga terdahulu dengan mengedepankan persamaan ideologi.

Secara gerakan organisasi masyarakat(ormas) tergolong dalam gerakan sosial lama yang mengedepankan ideologi identitas. Kemudian gerakan sosial baru lebih tertarik pada fokus pembaharuan yang mana meninggalkan fanatisme ideologi dalam berorganisasi sehingga dapat membangun jaringan lebih luas dengan mitra. Cara seperti ini mulai digunakan oleh beberapa komunitas sosial, cara-cara tersebut dianggap lebih ampuh dalam membangun relasi serta meningkatkan kualitas SDM yang tergabung dalam organisasi tersebut.

Sejarah Lembaga Kemahasiswaan Intra Kampus

Sebelum disebut dengan nomenklatur BEM, organisasi mahasiswa intrakampus di Indonesia dikenal sebagai Dewan Mahasiswa atau biasa disingkat Dema. Dema mulai dibentuk di universitas-universitas di Indonesia pada 1950-an. Kala itu, Dema menjadi wadah belajar berpolitik karena berfungsi sebagai student government.

Gerakan mahasiswa yang paling menonjol di era Dema tentu saja adalah demonstrasi-demonstrasi pasca-G30S. Gerakan itu efektif mempreteli kewibawaan politik Presiden Sukarno dan menjadi pemulus lahirnya Orde Baru. Sejak itu pula gerakan mahasiswa menjadi identik dengan gerakan politik.

Setelah Reformasi bergulir, konsep Senat Mahasiswa kemudian berubah menjadi lembaga legislatif mahasiswa. Lalu untuk mengeksekusi program-program Senat Mahasiswa dibentuklah Badan Pelaksana Senat Mahasiswa. Belakangan, nama badan pelaksana diganti dengan istilah yang lebih praktis: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Awalnya, pengurus BEM dipilih dan bertanggung jawab kepada Sidang Umum Senat Mahasiswa.

Namun sekarang, kedua lembaga ini masing-masing berdiri sendiri. BEM menjadi lembaga eksekutif mahasiswa, sementara Senat Mahasiswa berubah bentuk menjadi Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) dengan fungsi legislatif. Ketua kedua lembaga pun kini sama-sama dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum mahasiswa. (Aziz 2018)

Gerakan Sosial Lama

Gerakan sosial lama dicirikan memiliki struktur organisasi dan diharuskan untuk bisa dikenal khalayak umum sebagai identitas gerakan sosial. Gerakan sosial lama selalu menekankan bahwa politik merupakan kepentingan publik yang harus diperjuangkan bersama ke pemerinah. Anggotanya terkadang lebih plural dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Dalam beberapa kasus gerakanya terkesan lebih revolusioner, contohnya seperti kegelisahan dan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah. Contoh organisasi sosial lama adalah kelompok-kelompok mahasiswa, kelompok agama seperti Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah, dan kelompok masyarakat atau ormas (Singh 2001).

Gerakan Sosial Baru

Menurut (Singh 2010), gerakan sosial baru merupakan bagian dari gerakan sosial yang bertranformasi mengikuti moderenisasi zaman. Singh juga memformulasikan beberapa karakteristik gerakan sosial baru yang membuatnya berbeda dengan gerakan sosial lama.

1.    Ideologi dan Tujuan
Gerakan Sosial Baru meninggalkan fanatisme ideologis yang melekat kuat pada gerakan sosial lama, gerakan sosial baru lebih menekankan pada penolakan asumsi-asumsi mendasar yang dibawa oleh kelompok Marxian bahwa perjuangan dan pengelompokan didasari oleh konsep kelas.

2.    Tata Kelola Organisasi
Gerakan sosial baru lebih sering muncul diluar saluran politik normal, lebih sering menerapkan strategi yang disruptive, dan memobilisasi opini publik melalui cara-cara modern untuk mendapatkan legal standing dan daya tawar. Para pegiat gerakan sosial baru selalu merencanakan aksinya secara matang dengan dilengkapi bebagai atribut yang mewakili identitas perjuanganya.

3.    Aktor di Balik Gerakan Sosial Baru
Aktor-aktor yang menaungi gerakan sosial baru berasal dari basis sosial yang berbeda beda seperti gender, pendidikan, okupasi, dan kelas. Mereka cenderung tidak terkategorikan oleh golongan tertentu seperti kaum proletar, petani, dan buruh sebagaimana gerakan sosial lama implementasikan. Mereka berjuang dengan menembus sekat-sekat sosial demi kepentingan kemanusiaan, oleh karena itu gerakan sosial baru sangat berbeda dengan gerakan sosial lama yang biasa mengangkat kaum marginal.

4.    Area Bergerak
Gerakan sosial baru tidak memiliki Batasan tertentu untuk bergerak memperjuangkan apa yang seharusnya diperjuangkan. Mereka cenderung melewati sekat-sekat daerah hingga dataran nasional atau bahkan internasional, maka dari itu gerakan sosial baru lebih sering disebut sebagai gerakan transnasional.

Lembaga kemahasiswaan intra kampus masih dominan sebagai gerakan sosial lama, mereka masih menganggap bahwa lembaga tersebut eksklusif dan birokratis, dalam gerakan sosial baru lebih menawarkan kemudahan akses dalam tujuan memperluas relasi jaringan dengan mitra dan berdampak meningkatnya kualitas SDM mahasiswa dalam kampus tersebut. (*)

***

*)Oleh: Muhammad Bagas Ragil Wicaksono, Mahasiswa FH Univeritas Negeri Semarang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES