Kopi TIMES

Memaknai Hari Santri Nasional 22 Oktober 2020

Kamis, 22 Oktober 2020 - 22:27 | 109.84k
Lukman Hakim AR, Pengajar Makhad Al-Jami’ah IAIN Jember, alumni Ponpes MUS Sarang dan PPMH 02 Senori.
Lukman Hakim AR, Pengajar Makhad Al-Jami’ah IAIN Jember, alumni Ponpes MUS Sarang dan PPMH 02 Senori.

TIMESINDONESIA, JEMBER – Pesantren, Kiai, dan Santri adalah tiga komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam memaknai Hari Santri Nasional, mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan. Memaknai HSN bukan berarti perayaan secara dhohirnya akan tetapi sumbangsih dan kebermanfaatan Santri untuk negeri.

Tanggal 22 Oktober adalah momen dimana eksistensi santri diakui oleh pemerintah dengan adanya peringatan Hari Santri Nasional (HSN), hal ini tidak lepas dari peran Pesantren dan Kiai. Satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara pesantren, kiyai dan santri, kalau dalam ilmu pesantren yang disebut Mudlof-Mudlof Ilaih (Nahwu).

Peringatan HSN ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta. Penetapan Hari Santri Nasional dimaksudkan untuk meneladankan semangat jihad kepada para santri tentang keindonesiaan yang digelorakan para ulama.

Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasjim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan.

Aspek yang melatarbelakangi penetapan HSN ini adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI. Ini sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama(kiyai) dan kaum santri.

Pesantren atau biasa disebut pondok merupakan suatu tempat dimana para santri menggali ilmu agama dan sekaligus pondok menjadi tempat tinggal para santri. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam dan dakwah paling mapan, mengakar dan luas penyebarannya ditandai dengan banyaknya Pesantren disetiap daerah di seluruh penjuru Indonesia terutama di Jawa. Dari lembaga inilah Kiai sebagai tulang punggung penyebaran Islam berasal. Corak budaya Islam di Indonesia selama ini menjadi kental oleh nuansa tradisi pesantren. 

Secara historis pesantren memiliki peran yang sangat segnfikan dalam proses pembangunan bangsa. Selain sebagai institusi pembentuk kebudayaan Islam pesantren juga punya peran besar. Keberadaanya cukup mengakar di tengah tengah masyarakat. Sebagai agen pencerahan, pesantren juga sebagai agen transformasi kultural di lingkunganya masing-masing.

Pesantren adalah tempat Kiai untuk mendidik para santri dan sebagai wadah untuk berdakwah. Dalam rentangan waktu pesantren telah tersebar diseluruh wilayah Indonesia, sebagai lembaga yang sudah bayak berkembang di  wilayah kota maupun propinsi di Nusantara. Pesantren merupakan lembaga yang bersifat religus karena didalam pesantren para santri diberi pelajaran oleh Kiainya tentang apapun yang diajarkan oleh Islam.

Dan juga didalam pesantren para Kiai memberi pelajaran seperti apa yang di ajarkan oleh para wali-wali yang ada di Indonesia contoh salah satunya yaitu bejar kitab kuning (kitab gundul). Jadi kehadiran pondok pesantren secara jelas dan nyata telah membantu pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Elemen terpenting dalam pesantren adalah keberadaan Kiai. Kiai istilah lain dari kata Ulama, namun orang Jawa dan Madura khususnya sering mengistilahkan atau menyebut orang yang mengasuh Pondok Pesantren sangat mendalam ilmu agama (Islam) adalah Kiai. Sebagian besar Pondok Pesantren di daerah Jawa dan Madura sosok Kiai merupakan sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, berwibawa dan peduli dengan derita umatnya. Selain kriteria tersebut Kiai sebagian besar di daerah Jawa dan Madura adalah pendiri dari Pondok Pesantren yang berada ditengah-tengah masyarakat. Maka tak heran sosok Kiai di masyarakat sangat dihormati, dikagumi dan dicintai oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena tidak sedikit para Kiai selalu peduli, bermasyarakat dan memperhatikan umat atau rakyat kecil. 

Kiai berperan sebagai tokoh sentral dan pemandu kebijakan tertinggi yang mana dijadikan panutan oleh para santri dalam kehidupan kesehariannya baik dari prilaku, sikap dan kepribadiannya. kiai juga memiliki kearifan yang tercermin dalam sikapnya yang slalu meresponden, dan menyejukkan dalalm berbagai  persoalan. Kiai memiliki kemamapuan untuk mendialogkan prinsip-prinsip ajaran islam dengan realitas kehidupan sehari-hari. kiai slalu memberikan solusi alternativ dalam menyelesikan suatu persoalan. Dawuh atau kata-kata seorang Kiai (pada masa penyebaran islam) adalah nasehat yang akan cepat diterima oleh masyarakat. Kiai mempunyai kemampuan dalam bidang agama dan ilmu kehidupan social lainnya. Dan sampai saat ini citra dan charisma seorang Kiai terus kuat ditengah-tengah masyarakat. 

Di lingkungan masyarakat, Kiai juga sering dijadikan tempat curhat segala persoalan yang terjadi pada masyarakat, dimulai dari masalah minta nama anaknya, pertanian, ekonomi, sosial, politik, budaya, agama hingga persoalan jodoh atau  nasib. Dapat dikatakan sosok Kiai dalam strata sosial masyarakat termasuk berada pada strata sosial yang tinggi hal ini terjadi tidak lepas dari peranannya yang sangat besar untuk memberdayakan masyarakat pada lingkungannya.

Selain memanamkan nilai-nilai kesopanan etika dan lain sebagainyai, Kiai juga berperan untuk menanmkan karakter peduli terhadap lingkungan. Karakter tersebut berupa sikap  dan  tindakan  yang  selalu  berupaya  mencegah  kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya. Selain itu, mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Santri merupakan istilah bagi sekelompok orang yang sedang menempuh pendidikan selama di pesantren khususnya mempelajari kitab-kitab agama Islam di lembaga pendidikan yang dikenal dengan pesantren biasanya sebelum mempelajari keilmuan mereka dilatih dari segi karakter atau akhlak, kemudian ditanamkan keimanan dan barulah mendalami ilmu-ilmu khususnya agama Islam. 

Santri merupakan sosok yang diharapkan oleh masyarakat sekitarnya khususnya dan sebagai agen perubahan agen of change  terutama dalam kemajuan moral dan intelektual masyarakat. Perananan santri begitu besar bagi kemerdekaan Indonesia, perjuangan mereka mampu melepaskan indonesia dari para negara kolonial Belanda.

Karena bangsa ini mayoritas beragama Islam, sangat wajar jika umat islam, khususnya para santri melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda yang telah menguras kekayaan bumi Nusantara. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro yang notebene berasal dari kaum santri, berani memandu perang melawan imperialis Balanda, yang sudah menjajah bangsa ini selama ratusan tahun. Pasukan Pangeran Diponegoro ini adalah para santri Kyai Maja. Kyai Maja tidak hanya menggerakkan dan melatih santri di pesantrennya, tapi juga di berbagai pesantren lainnya untuk melawan kolonialisme Belanda.

Peran Santri untuk Negeri

Semenjak ditetapkannya Hari Santri Nasional, santri tidak bisa dipandang sebelah mata, santri tidak hanya bisa ngaji, ngimami (bahasa Jawa) dan mepimpin do’a tetapi banyak dari kalangan santri yang menjadi pejabat, baik bupati, gurbernur, menteri, wakil presiden dah bahkan presiden. 

Gus Dur Presiden ke 4 dari kalangan santri dan KH Ma’ruf  Amin, Wapres sekarang adalah bukti bahwa santri juga bisa mewarnai dan membangun negeri ini dan membuktikan santri tidak bisa dipandang sebelah mata. Menjadi motivasi dan tantangan tersendiri bagi kaum santri untuk selalu berinovasi dan beraksi dalam membangun negeri, justifikasi yang dulu pernah disandang hanya sebagai imam tahlil dan do’a harus diubah, santri mampu mewarnai negeri. Selain sebagai penda’i juga bisa menjawab tantangan dunia. 

Hari santri mengingatkan kita kembali akan pentingnya peran santri dari zaman ke zaman, sejak zaman penjajahan hingga sekarang. Pada era modern-kontemporer sekarang ini, santri ikut andil dalam mengelaborasi, mempertemukan antara ilmu Islam murni dan ilmu pengetahuan atau sains. Mereka dalam posisi membantu TNI, Polri juga siap mempertahankan NKRI. 

***

*)Oleh: Lukman Hakim AR, Pengajar Makhad Al-Jami’ah IAIN Jember, alumni Ponpes MUS Sarang dan PPMH 02 Senori.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES