Kopi TIMES

Memandang Masa Depan Profesi Public Relations

Selasa, 20 Oktober 2020 - 23:14 | 478.86k
Wakil Ketua Pemasaran dan Humas ASMI Santa Maria Yogyakarta, Ch Kurnia Dyah Marhaeni S Sos MM.
Wakil Ketua Pemasaran dan Humas ASMI Santa Maria Yogyakarta, Ch Kurnia Dyah Marhaeni S Sos MM.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Kata Public Relations (PR) biasanya identik dengan seorang wanita cantik atau pria tampan dengan dandanan yang stylish serta ramah. Mereka selalu hadir di event-event besar perusahaan yang diwakilinya seperti launching product atau exhibitions, mengadakan media visit, menyelenggarakan press conference, membuat kliping media massa dan membuat release tentang kabar baik perusahaan untuk dikirim ke berbagai media massa, dengan harapan reputasi perusahaan akan semakin meningkat.

Namun ketika kita memasuki era revolusi industri 4.0 apakah aktifitas Public Relations seperti paparan di atas masih relevan, atau justru profesi ini akan segera berakhir karena peran dan tugas tugas PR digantikan dengan teknologi-teknologi baru?

Seperti kita ketahui revolusi industri 4.0 adalah era yang ditandai dengan munculnya beragam teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), robotika canggih dan internet of things (IoF) konsep dimana konektifitas internet dapat bertukar informasi satu dengan benda-benda lain yang ada disekelilingnya dan big data. Revolusi industry 4.0 terutama perkembangan teknologi digital memang menimbulkan banyak disrupsi. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana para professional public relations merespon perkembangan disruptif ini.

Sebagian memandang situasi ini sebagai sebuah ancaman (treat) sehingga memunculkan sikap pesimis tentang masa depan dunia Public Relations namun ada juga yang memandang sebagai sebuah peluang (opportunity) sehingga menumbuhkan sikap optimis tentang masa depan profesi Public Relations.

Memandang masa depan profesi Public Relations dengan sikap optimis tentu membawa berbagai konsekuensi terutama terkait kompetensi yang dibutuhkan profesi PR. Era revolusi industri 4.0 sejalan dengan perkembangan Public Relations. Bermula dari  PR 1.0 sampai dengan PR 4.0 menunjukkan perkembangan fungsi dan tugas Public Relations sesuai masanya.

Pertama adalah PR 1.0 (era 1960-1970-an), praktisi PR menjalankan tugasnya tradisional seperti monitoring media secara manual setiap hari, sumber informasi utama adalah media massa seperti koran, majalah, hingga televisi. Bentuk komunikasi satu arah dari satu sumber terhadap banyak target audiens atau one to many. Aktifitas PR 1.0 sebagai broadcaster. Media online menandai kelahiran PR 2.0. Era ini menggambarkan komunikasi yang horizontal, saling berhubungan, komunikasi dari banyak sumber ke banyak audiens (many to many) sehingga peran PR sebagai connector.

Ciri era ini adalah munculnya berbagai media online, serta transformasi media cetak beralih pada platform digital. Ketiga PR 3.0 ditandai dengan dominasi media sosial, media sosial menjadi media paling disukai dan sebagian besar dipercaya oleh publik. Pada era ini muncul aktivitas seperti jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme perusahaan (corporate journalism) ataupun jurnalisme karyawan (employee journalism). Sebuah perubahan signifikan telah terjadi.

Saat ini, tidak hanya wartawan yang bisa membuat berita melainkan siapa pun bisa mengunggah berita. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, hingga blog menjadi digital platform.

Keempat, PR 4.0 adalah era di mana kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan era big data hadir. Dampak dari fenomena ini belum begitu begitu terasa,  namun sangat mungkin keberadaan robot canggih dapat menggantikan banyak tugas tugas Public Relations.

Apakah artinya profesi Public Relations akan tergantikan dengan teknologi-teknologi baru di atas? Jawabannya adalah tidak. Memang tidak dapat dipungkiri ada beberapa pekerjaan PR yang akan tergantikan teknologi big data dan artificial intelligence seperti kliping berita, social listening dan media monitoring, media relationship & stakeholder relationship serta penyebaran rilis (Arief, Nurlela:2019).

Satu hal yang perlu diingat bahwa faktor manusia dalam aktifitas Public Relations tidak akan tergantikan dengan teknologi-teknologi baru. Maka masa depan profesi Public Relations akan terus berkembang jika seorang PR melakukan transformasi diri dengan mengembangkan kompetensi baru yakni mengkombinasikan kerja sama antara faktor manusia dan mesin.

Faktor manusia diantaranya adalah kemampuan beradaptasi yang tinggi sehingga PR selalu bisa merespon secara tepat berbagai situasi yang ada termasuk di dalamnya adalah penguasaan berbagai macam teknologi baru. Hal lain yang tidak kalah penting adalah  memiliki pola pikir baru yang berbeda dengan sebelumnya. Misalnya saat ini seorang PR tidak hanya cukup mengirimkan rilis ke berbagai media dan yakin bahwa reputasi atau berita baik tentang perusahaan akan tersebar luas.

Mengapa demikian? Karena saat ini tersedia banyak media online sehingga semua orang bisa menjadi jurnalis (citizen journalism), tantangannya adalah PR harus memiliki kemampuan sebagai content creator di berbagai platform media.

Beberapa kompetensi baru yang dibutuhkan Public Relations seperti dikemukakan Nurlaela Arief diantaranya: Analisis Data dengan berbagai metode, Pengelolaan Media Sosial, pemahaman dan pengelolaan Influencer serta Content Creator. Content Creator merupakan kompetensi untuk membuat konten baik berupa tulisan, gambar, video, voice atau gabungan dari keduanya atau semua konten. Kompetensi ini mendorong untuk mampu memanfaatkan berbagai platform media dengan konten yang diperkirakan disukai dan diminati oleh audiens. Kompetensi baru tersebut tentu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat. Maka seorang Public Relations harus  terus melakukan inovasi dan bertransformasi sehingga dapat menjalankan fungsi dan tugas sesuai dengan zamannya. (*)

 

*) Oleh: Ch Kurnia Dyah Marhaeni S Sos MM adalah Wakil Ketua Pemasaran dan Humas ASMI Santa Maria Yogyakarta. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES