Wisata

Hikayat Gua Sunyaragi, Tempat Bermain Putra Putri Keraton Cirebon

Minggu, 18 Oktober 2020 - 13:08 | 178.84k
Bangsal Jinem dengan dua kolam di kanan kirinya dahulu digunakan untuk bermain air putri keraton ( Foto : Ayu Lestari/ TIMES Indonesia)
Bangsal Jinem dengan dua kolam di kanan kirinya dahulu digunakan untuk bermain air putri keraton ( Foto : Ayu Lestari/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, CIREBONGua Sunyaragi adalah salah satu tempat wisata bersejarah Kota Cirebon yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya Indonesia oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 1998 dan 2016 sebagai situs kepurbakalaan.

Ada 10 gua di dalam tempat wisata sejarah yang dibuat dari batu karang ini.

Dahulu nama Gua ini adalah Taman Kaputren Panyepi Ing Raga. Taman Kaputren adalah  tempat bermain Putra Putri Keraton. Dan Panyepi Ing Raga artinya tempat menyepikan diri.

Taman Kaputren Panyepi Ing Raga ini adalah pengganti dari Taman Kaputren Nur Giri Sapta Negara yang sekarang ini menjadi pesarean atau pemakaman Sunan Gunung Jati.

Seperti disampaikan pengelola Gua Sunyaragi Jajat Sudrajat, fungsi Gua Sunyaragi sebagai Taman Kaputren dimulai pada tahun 1596 yang saat itu dijabat oleh Sultan Sepuh pertama di Kota Cirebon, Pangeran Raja Adipati Zaenal Arifin yang dikenal dengan julukkan Pangeran Emas.

Pangeran Raja Adipati Zaenal Arifin adalah putra Syekh Sarif Hidayatullah dengan permaisuri Nyai Mas Kertasari Demak.

Dalam catatan pemerintah Kolonial Belanda pada 1648, seperti dikatakan Water Castle, Taman ini digunakan sebagai Tempat Bermain Putra Putri Keraton Cirebon.

Seiring perkembangan zaman, Kaputren Panyepi Ing Raga ini sering disebut Sunyi Raga yang kemudian masyarakat menyebutnya Sunyaragi. "Sunya" dari kata "Sepi" dan "Ragi" dari kata "Raga".

Dibalik penamaan tersebut, ada cerita penyebaran Islam di dalamnya. Penyederhanaan makna, mampu dimengerti oleh masyarakat yang belum diIslamkan.

Gua Sunyaragi dibuat oleh arsitek dan ahli seni handal pada zamannya. Salah satunya diketahui bernama Raden Sepat, keturunan kerajaan Demak di Yogyakarta. Batu karang yang berada di Gua Sunyaragi sebagian besar berasal dari pantai selatan Jawa. Mulai dari Pantai Kukup, Indrayanti, dan masih banyak lagi.

Batu Karang ini didatangkan langsung oleh Raden Sepat. "Itulah kenapa Gua Sunyaragi menggunakan batu karang dari pantai selatan," ucap Jajat Sudrajat.

Adapula ahli seni asal Tiongkok yang tinggal di Cirebon ada saat itu yang turut membangun Gua Sunyaragi. Yaitu dari 2 marga, marga Tan dan Marga Han. Untuk mengingat hal tersebut, dibuatlah monumen yang berseberangan dengan patung garuda yang dililit ular.

Patung Garuda dililit ular ini adalah sebuah taman Candrasengkala yang disebut "Taman Bujengin Obahing Bumi" yang menunjuk angka tahun 1529.

Konon, batu karang yang terpasang pada Gua Sunyaragi tidak menggunakan perekat dan hanya menggunakan putih telur, ternyata yang dimaksud dengan putih telur ini bukan berati telur utuh yang dipisahkan kuningnya.

Namun, putih telur ini maknanya melambangkan kesucian. Suci dalam hal ini adalah niat, maka sucikan niat dan telur dengan bentuknya yang bulat diartikan sebagai bulatkan tekad.

"Kalau niatnya suci itu akan berpengaruh pada doa apalagi kalau berpuasa dan telur yang bulat itu digambarkan sebagai tekad yang bulat, tidak dipungkiri kekuatan doa menjadi hal utama terbentuknya candi-candi, dan situs lainnya," kata pengelola Gua Sunyaragi itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES