Peristiwa Daerah

Hari Pangan Sedunia 2020, Peneliti: Momen Indonesia Evaluasi Kebijakan

Jumat, 16 Oktober 2020 - 11:34 | 63.73k
Ilustrasi petani saat panen. (FOTO: Dok/TIMES Indonesia)
Ilustrasi petani saat panen. (FOTO: Dok/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peringatan Hari Pangan Sedunia 2020 dinilai oleh Kepala Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta sebagai momentum bagi Indonesia untuk mengevaluasi kebijakan dalam mencapai ketahanan pangan nasional.

Menurut Felippa, dilansir dari Antara, dibutuhkan solusi yang menyeluruh untuk mencapai ketahanan pangan untuk Indonesia, baik dari dalam maupun ke luar. Dari dalam negeri, seperti diamanatkan oleh UU Cipta Kerja, penguatan kapasitas petani dan pertanian domestik perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pangan.

Sementara di sisi lain, pemerintah juga perlu merelaksasi bahkan menghilangkan hambatan, baik tarif dan non tarif dalam perdagangan pangan. 

"Adanya hambatan akan memengaruhi minat investor untuk masuk ke pasar Indonesia," ujar Felippa di Jakarta, Jumat (16/10/2020).

Implementasi non tariff measures (NTM) atau hambatan non tarif dalam perdagangan merupakan hal yang wajar. Namun jika NTM diimplementasikan secara berlebihan, terutama pada sektor-sektor yang memengaruhi kesejahteraan orang banyak seperti pangan, hal itu dapat berdampak negatif, salah satunya pada angka kemiskinan.

Menurutnya, implementasi berbagai bentuk NTM sudah terbukti memengaruhi harga komoditas pangan, terutama komoditas yang tergolong penting.

Hasil penelitian terbaru CIPS menunjukkan implementasi NTM memengaruhi harga komoditas pangan yang memiliki relevansi tinggi terhadap masyarakat Indonesia, yaitu beras dan daging.

Berdasarkan Global Food Security Index yang dikeluarkan the Economist Intelligence Unit setiap tahun, ketahanan pangan Indonesia berada di ranking 62 dari 113 negara. Akibatnya lebih dari sepertiga masyarakat Indonesia tidak mampu membeli makanan bernutrisi karena terhambat harga yang mahal. Selain menyebabkan rentannya ketahanan pangan, harga yang mahal juga berkontribusi pada angka stunting di Indonesia.

Harga makanan dan kemiskinan memiliki keterkaitan karena pengeluaran terbesar rumah tangga adalah untuk makanan. Bank Dunia menyebutkan rata-rata orang Indonesia menghabiskan 48,55 persen dari pengeluaran mereka untuk makanan dan minuman.

"Kondisi ini membuat orang Indonesia, terutama yang berpenghasilan rendah, sangat rentan terhadap fluktuasi harga pangan. Ketika harga naik, orang-orang yang sudah di ambang kemiskinan dihadapkan pada pilihan untuk menjadi miskin atau kelaparan," ujarnya.

CIPS merekomendasikan kajian menyeluruh terhadap semua NTM lintas kementerian dan lembaga di sektor pangan dan pertanian. Kajian ini dapat menjadi acuan untuk melangsingkan regulasi sehingga tidak ada NTM yang tumpang tindih berlebihan.

Dengan mengurangi hambatan perdagangan NTM, masyarakat bisa menikmati pangan berkualitas dan beragam dengan lebih murah. Demikian disampaikan peneliti CIPS, Felippa Ann Amanta berkaitan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia 2020. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES