Kopi TIMES

Covid-19 Menghabisi Seperlunya

Jumat, 16 Oktober 2020 - 09:04 | 43.33k
Fadimura, Volunter di forum indonesia muda (FIM) Jayapura Papua. (grafis: TIMES Indonesia)
Fadimura, Volunter di forum indonesia muda (FIM) Jayapura Papua. (grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PAPUA – Virus Corona menjadi hantu yang nyata bagi seluruh negara di dunia. Hampir satu tahun umurnya virus corona tak sekalipun mengendorkankan serangannya, hal ini terbukti dengan catatan peningkatan kasus positif setiap hari, bahkan boleh di bilang hamipr setiap detik walau tak masuk dalam statistik mengingat senyapnya virus ini menyerang.

Saat awal menginvasi kehidupan manusia virus ini masih di anggap sebagai hal ada dan tak ada dengan berbagai opini menjadi pemanis ceritanya. Kita tentu ingat bagaimana para petinggi negeri ini begitu santainya menghadapi virus Wuhan China ini, saat semuanya terjadi dan peningkatan kasusnya mencapai ribuan per hari kita baru sadar, bahwa virus ini sungguh sulit ditaklukan.

Dari negeri Adidaya terdengar kabar, Jumat pagi seorang laki-laki berjalan pelan menuju sebuah helikopter, dengan langkah yang pelan serta kamera dari para wartwan berbagai media terus menangkap setial langkahnya. Beberapa jam lalu setelah menunggu dengan jantung yang terus berdebar. Akhirnya kabar itu muncul. Di berbagai media menjadikannya headline warga twitter menjadikannya trending topic.

Kabar positifnya Donald Trump mengundang berbagai macam reaksi. Hal ini tentu bisa dipredikisi sedari awal dengan melihat betapa sang presiden terlalu menganggap remeh virus corona walau telah membunuh sekitar 200 ribu warganya. Jauh sebelum itu, dari negeri samba Brazil kita menyaksikan sikap jumawa Presiden Jail Balsonari. Sikap menganggap remeh virus menjadikan Brazil sebagai negara dengan kasus kematian terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Kabar baik datang dari Selandia Baru, negara ini hanya mencatat 1854 kasus positif dengan 25 di antaranya meninggal dunia. Sikap Selandia Baru dalam menghadapi perang melawan wabah boleh di bilang sangat ekstrim. Kasus kematian pertama di luar Tiongkok yaitu Filipina sudah cukup untuk membuat Selandia Baru untuk mengambil langkah prefentif sejak dini yaitu dengan menutup Selandia Baru sejak dini. Hal ini memungkinkan Selandia Baru menutup gelombang masuk virus dan menghentikan transmisi lokal. Tak cukup sampai di situ saat negari ini telah terbebas 3 bulan dari virus, 1 kasus positif sudah cukup untuk mengkarantina wilayah dan meninjau kembali jadwal pemilihan umum.

Tentu pujian tak hanya perlu disematkan pada Selandia Baru, Dari benua Asia kita punya Taiwan. Taiwan tentu tak mau mengulangi hal sama. Seperti yang di ketahui Taiwan menjadi negara yang begitu babak belur di hajar wabah sindrom pernapsan akut (MERS) tujuh belas tahun silam. Saat Covid 19 baru merebah di Wuahn, Taiwan dengan cepat mengemplementasikan sedikitnya 124 item tindakan dalam lima minggu terakhir untuk melidungi masyaraktnya. Dengan pengalaman menghadapi wabah Mers, pemerintah Taiwan telah siap dengan segala tindakan pencegahan sehingga mereka siap menghadapi wabah.

Bergeser ke dalam negeri, sikap mengannggap remeh, gagap dalam mengambil tindakan pencegahan, kebijakan yang tak terfokus sudah cukup membuat negeri ini untuk menempatkan diri di posisi kedua Asia tenggara, posisi ke empat Asia dan posisi 23 untuk dunia. Dalam perjalanan setiap daerah melakukan pembatasan sosial berskla besar hingga beberapa kali, new normal yang sempat menggembirahkan berbuntut pada kenaikan kasus posisif setiap hari. 

Belajar dari pandemi yang sudah-sudah, butuh beberapa tahun untuk benar benar hilang dengan korban yang tidak sedikit. Flu Spanyol membunuh sekitar 50 juta dalam rentan satu tahun lalu yang paling ganas yaitu Black Death yang membunuh sekitar 75-200 juta orang, Sementara Corona per 04 Oktober 2020 telah membunuh 1,03 juta orang.

Melihat statistik pertumbuhan angka positif covid 19 mencapai ribuan perhari bukanlah hal biasa, hal ini sungguh mengkhawatirkan. Wajar bila semua orang khawatir dan mempertanyakan entah sampai kapan Pandemi ini akan menyerah. Atau kah kita yang akan menyerah lalu membiarkan semuanya berjalan apa adanya, tanpa ada pengendalian atau langgkah pencegahan lainnya. 

Penyebaran virus yang begitu senyap memunculkan pertanyaan akankah Covid 19 menghabisi sampai tak tersisa? Jawabannya tentu saja tidak. Selandia Baru dan Taiwan menjadi contoh bahwa virus ini bisa di kendalikan. Kasus Positifnya Donald Trump seakan menyiratkan pesan bahwa sang virus benar benar ada, menyerang siapapun, membunuh siapapun.

Dalam kurun waktu tertentu mungkin virus ini begitu ganas, namun patut di ketahui hal juga berlalu. Covid 19 hanya menghabisi seperlunya, entah berapa banyak mari melihat hasilnya di kemudian hari. (*)

***

*) Oleh: Fadimura, Volunter di forum indonesia muda (FIM) Jayapura Papua. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES