Kopi TIMES

Altruisme Politik Ubaid-Anjas

Jumat, 16 Oktober 2020 - 01:00 | 143.69k
Pasangan Ubaid-Anjas
Pasangan Ubaid-Anjas

TIMESINDONESIA, MALUKU – Narendra Modi, Perdana Menteri baru India, terpilih dari kasta yang paling rendah. Namun Modi mampu membawa India menjadi kekuatan ekonomi dan politik baru di dunia hari ini. Kini, India telah menjadi kekuatan baru dalam revolusi ekonomi dan teknologi.

Dengan penduduk mencapai 800 juta jiwa yang berusia di bawah 35 tahun, India menjadi kekuatan penting di panggung global. Itulah yang digambarkan oleh Lance Price seorang jurnalis dan komentator politik Inggris pada bukunya "Narendra Modi, Jelata Yang Meruntuhkan Dominasi Politik Elitis". 

Kebangkitan India yang telah menjadi kekuatan global itu berkat visi dan pikiran Modi. Dia mengembangkan altruisme politiknya untuk menyelamatkkan India, Dia akhirnya berhasil mengkolaborasikan altruisme politiknya itu untuk membangkitkan India lewat program dan visi besarnya. Tentu, altruisme politik itu lahir karena empati, juga karena didukung oleh personal dengan kekuatan pikirannya. 

Jika merujuk ke Richard Dawkins pada karyanya The Selfish Gen, maka secara sederhana altruisme dapat diartikan sebagai perilaku yang mengutamakan kepentingan banyak orang diatas kepentingan pribadi.

Pada spesies seperti manusia "gen egois" (perilaku seperti mementingkan diri sendiri) telah menjadi perilaku yang tumbuh dalam setiap individu. Secara evolusioner (biologis) gen "egois" memang sangat melekat dengan manusia, spesies manusia adalah mahluk yang egois, jika pada spesies manusia memunculkan gen altruisme maka itu adalah barang yang langka, gen altruisme biasanya tumbuh pada populasi tertentu tidak dimiliki banyak orang. 

Maka, meraka yang memiliki "gen-altruisme" perlu untuk ditopang agar altruismenya bisa tereplikator ke banyak orang. Ibarat virus, maka biarkan dia berpindah-menyebar pada tubuh yang lain sehingga melahirkan banyak orang yang memiliki gen altruisme. 

Pada dunia, terutama yang berkaitan dengan kepemipinan politik, tidak banyak yang memiliki altruisme, sebut saja di India ada Mahatma Ghandi dengan ahimsanya, di Indoneisa ada tokoh-tokoh seperti, Soekarno, Hatta, Yamin, dan tokoh-tokoh pejuang revolusi lainya. Berkat altruisme ada pada diri mereka itulah yang membuat mereka menentang penjajahan. Benar kata Dawkins, altruisme pada manusia adalah barang langka. 

Pasca reformasi, lahirlah otonomi daerah, Indonesia dihadapkan dengan beragam persoalan terutama di daerah-daerah, mulai dari kasus korupsi hingga pada ouput kebijakan yang dikeluarkan, dan itu terjadi pada level nasional hingga pada daerah-daerah, kita memang sedang berada pada fase krisis-kepemipinan, itulah mengapa pada setiap momentum politik, kita dituntut untuk menyeleksi tiap-tiap pemimpin yang telah direkom oleh partai politik. 

Altruisme harus menjadi sandaran atau landasan untuk menjatuhkan pilihan pada momentum pilkada, sandaran altruisme itu juga harus diukur dengan indikator personal kandidat dengan pikiran, jejajak dan pengalaman dan visi (program) yang diusung oleh tiap-tiap kandidat.

Kandidat yang memiliki altruisme politik sudah tentu bisa melahirkan kebijakan yang populis untuk melindungi masyarakat kecil, setidaknya Narendra Modi telah membuktikan itu pada India hari ini. 

Tahun 2020 telah menjadi tahun politik bagi Indonesia. Gelombang pemilukada serentak akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desember mendatang. Halmahera Timur (Haltim) menjadi salah satu daerah yang mengikuti tahapan pilkada serentak tersebut.

Dalam eforia menjemput pilkada serentak dengan menjagokan Din-Anjas (sebagai petahana) untuk tetap maju sebagai calon kepala daerah, tiba-tiba berubah menjadi duka. Suasana gembira tiba-tiba berubah menjadi sedih. Ribuan orang yang mengantarkan Din-Anjas untuk mengikuti tahapan pendaftaran di KPU Haltim langsung mengeluarkan air mata.

Pak Din telah dipanggil menghadap sang khalik. Sampai hari ini, kesedihan terus saja dirasakan oleh keluarga dan simpatisan Din-Anjas. 

Setelah kematian Pak Din, kondisi politik berubah, para partai pengusung yang awalnya merekomendasikan Pak Din maju didampingi Anjas Taher akhirnya bermusyawarah kembali untuk mencari pengganti Pak Din. Bagi partai pengusung, perjuangan terus dilanjutkan dan dimenangkan, masyarakat Haltim harus menang, sebagai mana wasiat almarhum Pak Din sebelum meninggal. 

Selang beberapa hari kemudian (sesuai waktu yang diberikan oleh KPU), partai pengusung seperti partai Golkar, Demokrat, Hanura, Nasdem dan PKPI, juga partai pendukung PPP, PKB dan Berkarya akhirnya menemukan pengganti almarhum Pak Din. Karena tak mau perjuangan untuk membangun Haltim berakhir, partai pengusung dan partai pendukung memutuskan untuk memilih suami dari Hj. Siti Ma'bud yang merupakan adik kandung dari almarhum Pak Din.

Suami dari Hj. Siti Ma'bud itu adalah Drs, H. Ubaid Yakup, MPA. Bagi saya, itu pilihan sangat tepat di tengah krisis ketokohan politik hari ini. 

H. Ubaid Yakup lahir dan besar di lingkungan pendidikan. Ia pernah berkarir di dinas Pendidikan sebagai kepala seksi hingga menjabat sebagai kepala dinas. Sebagai orang yang pernah melanjutkan studi di pada Universitas Gajah Mada (UGM) yang merupakan salah satu universitas ternama di Indonesia, H. Ubaid Yakup mampu membawa Haltim yang lebih baik. 

H. Ubaid Yakup juga dianggap sebagai orang yang memiliki pikiran dan empati yang kuat. Dia bahkan selalu muncul pada setiap masalah yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Jiwa altruismenya telah tertanam dan mengakar begitu kuat. Pemimpin yang memiliki jiwa altruisme yang kuat adalah pemimpin yang selalu peduli terhadap masyakat. Terbukti, dia menawarkan 22 paket program unggulan untuk Haltim ke depan.

Apalagi dia didampingi oleh Anjas Taher, SE, M,Si. Anjas Taher adalah orang yang belajar dan besar dilingkungan aktivis, Dia tak pernah lelah berjuang untuk masyarakat Haltim sejak menjadi aktivis hingga menjadi politisi. Baginya, perjuangan membangun Haltim adalah nafas dan nadinya. 

Altruisme politik Ubaid-Anjas telah ada dan tertanam begitu kuat. Haltim membutuhkan orang yang memiliki altruisme politik seperti Ubaid-Anjas. Apalagi Haltim hari ini dilimpahkan dengan kekayaan alam (terutama pertambangan), potensi kekayaan alam Haltim ini jika tidak dikelolah oleh mereka yang memiliki altruisme politik (terutama sebagai pengambil kebijakan) akan melahirkan petakah untuk masyarakat Haltim. (*)

***

*)Oleh Emka: Pegiat Politik dan Demokrasi.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES