Pendidikan NKRI Lawan Corona

Kembangkan Inovasi GeNose, Rektor UGM Minta Dukungan Gubernur DIY

Kamis, 15 Oktober 2020 - 17:27 | 42.76k
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X ketika mencoba inovasi GeNose untuk mendeteksi virus Covid-19 atau tidak. (FOTO: Pemda DIY for TIMES Indonesia)
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X ketika mencoba inovasi GeNose untuk mendeteksi virus Covid-19 atau tidak. (FOTO: Pemda DIY for TIMES Indonesia)
FOKUS

NKRI Lawan Corona

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Ir Panut Mulyono M Eng D Eng meminta dukungan meminta dukungan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X terkait pengembangan inovasi pendeteksi Covid-19 bernama GeNose.

Rektor UGM beserta jajarannya ditemui Sri Sultan di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Kamis (15/10/2020).

Saat ini GeNose yang sedang dikembangkan oleh peneliti UGM. GeNose digunakan sebagai alat pendeteksi untuk melihat apakah pasien mengidap virus Covid-19 atau tidak.

Panut mengatakan, alat ini sekarang dalam proses untuk uji klinis, uji diagnosis dan menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan RI. “Kami juga memohon doa restu dan dukungan Ngarsa Dalem agar alat ini bisa cepat beredar di masyarakat,” jelas Panut.

Salah satu peneliti GeNose, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menuturkan saat ini pihaknya sedang dalam persiapan uji diagnosis di Sembilan rumah sakit. Bahkan bimbingan teknis untuk uji diagnosis pun sudah jalan.

Lanjut Dian, jika semuanya berjalan dengan lancar, tim peneliti berharap pada pertengahan November 2020 atau paling tidak di akhir November 2020, proses produksi massal GeNose bisa dimulai.

“Kalau surat kelayakan uji fungsi dari alat ini sudah keluar dan komite etik sudah oke, pertengahan November sudah bisa mulai produksi massal,” kata Panut dalam siaran pers humas Pemda DIY kepada TIMES Indonesia, Kamis (14/10/2020).

Namun dirinya juga masih menunggu karena setelah uji diagnosis, juga harus presentasi ke Kemenkes RI dulu, apa hasil yang dikeluarkan alat betul-betul akurat. Baru setelah itu Kemenkes RI mengeluarkan izin edar.

Terkait hambatan dalam proses uji klinis dan uji diagnosis GeNose ini, dijelaskan Dian, lebih pada persoalan penyediaan plastik pembungkus udara nafas pasien yang akan diujikan. Saat ini pihaknya masih mengandalkan jenis plastik yang dijual di pasaran dengan harga kisaran Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per plastik.

“Tapi sekarang kami ada kerjasama dengan mitra bisnis yang bisa mendesain dan membuat plastik yang sesuai kriteria kami tapi harganya hanya Rp 10.000 per plastik. Apalagi limbah plastiknya bisa didaur ulang, tetapi sebenarnya ini bukan hambatan yang berarti juga,” jelas Dian.

Saat ini pun, Dian menegaskan kegunaan alat tersebut terlalu dini jika GeNose disebut sebagai alat diagnosis. Untuk bisa mencapai standar diagnosis, dari ilmu kedokteran mensyaratkan sebuah alat harus punya akurasi medis meliputi sensitivitas, spesifitas dan positive predictive value yang nilainya harus di atas standar.

“Karena belum ada hasil uji diagnosisnya, kita baru bisa mengatakan posisi alat ini sekarang masih bersifat alat screening mendampingi rapid test dan PCR,” imbuhnya.

GeNose ini merupakan sebuah inovasi yang telah dikembangkan peneliti UGM sebagai alat pendeteksi Covid-19. Alat ini dibekali dengan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Alat yang dijuluki sebagai teknologi pengendus Covid-19 tersebut dibuat dapat mendeteksi virus hanya dengan napas pasien. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES