Ekonomi Bencana Nasional Covid-19

Dampak Covid-19, Harga Singkong di Banjarnegara Terus Melorot

Kamis, 15 Oktober 2020 - 16:11 | 177.56k
Tampak dua ibu ikut bekerja turunkan singkong dari mobil di  pangkalan singkong milik Rujito Desa Kebondalem Kecamatan Bawang, Banjarnegara. (FOTO : Muchlas Hamidi TIMES/ Indonesia)
Tampak dua ibu ikut bekerja turunkan singkong dari mobil di pangkalan singkong milik Rujito Desa Kebondalem Kecamatan Bawang, Banjarnegara. (FOTO : Muchlas Hamidi TIMES/ Indonesia)
FOKUS

Bencana Nasional Covid-19

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARAHarga singkong di sejumlah daerah  sentra bahan tepung tapioka Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah terus merosot di tingkat petani. Hal ini tentunya membuat petani gusar.

Pada Rabu (14/10/2020), harga kotor singkong di tingkat petani hanya Rp 570/kg. Penurunaan harga diduga akibat pasaran tepung tapioka lesu.

Di samping itu, pandemi Covid-19 juga berpengaruh terhadap stabilitas harga singkong. Hal ini dapat dilihat dari rasio harga singkong di tingkat petani.

Sebagai gambaran. Sebelum Covid-19 harga singkong berkisar antara Rp 1200 - 1300/kg. Harga ini hanya bertahan beberapa minggu saja dan turun jadi Rp 800/kg.

Sepekan kemudian turun menjadi Rp 650/kg dan saat ini Rp 570/kg. "Walau harga turun kami tetap memanen, karena sudah musim penghujan kita harus mengolah lahan untuk mempersiapkan tanaman baru," ujar Sugeng, seorang petani asal Desa Kebondalem yang ditemui TIMES Indonesia di ladangnya, Kamis siang (15/10/2020).

singkong-2.jpg

Tanaman singkong memang  tumpang sari dengan jagung dan kacang tanah.  "Untuk saat ini kami masih fokus tanam cabe rawit. Jadi singkong sebagai pelengkap," kata Sugeng.

Mustakim, Kepala Desa Kebondalem Kecamatan Bawang saat dikonfirmasi menyapaikan keprihatinannya atas terus menurunnya harga singkong di wilayahnya.

Ia berharap harga kembali stabil diatas Rp 1000/ kg. "Alhamdulilah di Kebondalem tanamam singkong adalah tambahan karena pokoknya adalah cabe," papar Mustakim.

Sementara, Rujito Warga Desa Kebondalem/bawang RT 3/RW 1, salah seorang pemilik pangkalan singkong menyampaikan, tutupnya pabrik tapioka di Banjarnegara dan pandemi Covid-19 menjadi harga singkong di Banjarnegara terus menurun.

Selama pandemi Covid-19 pihaknya memang terus buka untuk menampung hasil panen singkong petani. "Alhamdulillah kami masih bisa jual ke Wonogiri atau sekitar 340 km dari Banjarnegara. Ya kasihan petani mas, kalau tidak buka," kata Rujito.

Dalam sehari, rata- rata Jito dapat menampung sedikitnya 10 - 20 ton/hari.

"Saya beli ke petani Rp 570/kg dan diterima pabrik di Wonogiri Rp 800/kg.  Karena jauh dan ngantre di sana kita sering merugi karena penyusutan bisa 10 - 20 persen," tambah Rujito

Terpisah Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banjarnegara, Totok Setya Winarno melalui Kabid Tanaman Pangan Dipertan KP Banjarnegara,  Parman menyampaikan, bahwa menurunya harga singkong di Banjarnegara disebabkan karena  serapan pasar yang rendah.

Disatu sisi  produksi melimpah. Ditambah lagi, pabrik tapioka di Banjarnegara banyak yang tutup. Disamping itu Covid-19 juga berpengaruhi terhadap daya beli masyarakat yang berimbas menurunnya daya serap singkong.

Sementara yang masuk klaster Rumah Mocaf harga tetap stabil Rp 1.500 per kg hanya saja daya serapnya masih kecil. Baru 10 ton tepung mocaf/bulan atau setara 30 ton singkong/bulan.

Namun demikian Rumah Mocaf sedang berusaha untuk meningkatkan kapasitas.

Begitu juga dengan Dipertan KP Banjarnegara ke depan akan membangun pabrik tapi harus ada MoU dengan petani singkong dengan membangun klaster-klaster dan sekarang sudah terbentuk klaster ubi kayu.

"Dulu banyak pabrik, tapi tak ada MoU dengan petani singkong sehingga Harga singkong dipermainkan pabrik, petani jadi korban," kata Kabid Tanaman Pangan Dipertan KP Banjarnegara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES