Ekonomi

Pelaku Wisata Bromo Bertahan dengan Budidaya Anggrek

Kamis, 15 Oktober 2020 - 14:56 | 147.86k
Salim, satu sopir jip Bromo yang bertahan di tengah pandemi dengan budidaya anggrek. (FOTO: Happy L. Tuansyah/TIMES Indonesia)
Salim, satu sopir jip Bromo yang bertahan di tengah pandemi dengan budidaya anggrek. (FOTO: Happy L. Tuansyah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pandemi covid-19 yang melanda hingga saat ini, membuat sejumlah pelaku wisata di Gunung Bromo, di Probolinggo Jawa Timur, membuka usaha baru. Hal itu dilakukan untuk bisa bertahan di tengah lesunya sektor perekonomian termasuk wisata. Salah satu usaha baru yang dibuka adalah budidaya anggrek. Seperti yang dilakukan Salim, salah satu pengemudi jip bromo asal Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Setiap hari, pria 40 tahun ini sibuk dengan budidaya bunga angrek di rumahnya, Desa Ngepung. Beragam jenis dan macam bunga anggrek ada di sini. Mulai yang berbentuk bulat, twister, ulir, dan keriting. Semua terbagi menjadi beberapa spesies dan hibrid.

Bromo b

“Anggrek khas Bromo sendiri sebetulnya ada, namun kali ini belum berbunga. Masih dalam perawatan,” ujarnya, Kamis (15/10/2020).

Salim memulai usaha budidaya anggrek ini saat pandemi covid-19 melanda negeri ini, sekitar enam bulan silam. Sejak saat itu, Kawasan Gunung Bromo ditutup total. Untuk semua wisatawan dan pelaku wisata.

Salim yang setiap harinya bekerja sebagai sopir jip, banting stir menjadi petani bunga anggrek. Kebetulan, dia memiliki kenalan di Kabupaten Malang, yang juga penghobi dan pembudidaya bunga anggrek. Setelah belajar, Salim akhirnya memberanikan diri menjadi pembudidaya anggrek di rumahnya.

Beragam cara perawatan dilakukan agar tanaman ini bisa tumbuh subur dan berbunga indah. Namun, Salim mengutamakan pemupukan secara alami agar tanaman anggrek bisa tahan lama.

“Saat ini, ketika Gunung Bromo kembali buka, tanaman bunga anggrek ini bisa menjadi salah satu cinderamata. Terutama bagi tamu yang datang dan menggunakan jasa saya. Tapi tak jarang, ada rekan sesame pelaku wisata lain yang juga menawarkan bunga anggrek ini,” jelasnya.

Selain itu, hasil budidaya Salim ini, dititipkan di hotel maupun restoran yang ada di kawasan Gunung Bromo. Menggunakan sistem sewa. “Jadi ketika bunganya sudah tidak ada, kami ganti lagi, dengan anggrek yang masih segar berbunga,” tambah Salim.

Bromo c

Harga bibit dan bunga anggrek Bromo dijual antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Salim berharap, agar masyarakat sesama pelaku usaha di Kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, tidak gampang menyerah. Menghadapi pandemi covid-19 yang masih melanda hingga saat ini. Dengan semangat yang tinggi dan selalu melakukan terobosan baru, Salim yakin dampak pandemi covid-19 bisa teratasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES