Peristiwa Daerah

Bantu Tingkatkan Ekonomi, Petani Porang Banyuwangi Mulai Dikenalkan Mesin Pengolah Umbi

Kamis, 15 Oktober 2020 - 13:06 | 207.79k
Penyerahan mesin pengolah umbi Porang. (FOTO: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)
Penyerahan mesin pengolah umbi Porang. (FOTO: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Para petani umbi porang di Banyuwangi, Jawa Timur mulai dikenalkan cara pengolahan umbi dengan mesin modern. Hal tersebut untuk meningkatkan perekonomian para petani lokal.

Pengenalan mesin modern tersebut dilakukan bersama kelompok tani Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng dengan didukung oleh Politeknik Negeri Banyuwangi melalui Pusat Penelitian dan Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

Program ini diketuai oleh Ika Yuniwati S.Pd., M. Si. yang merupakan tenaga dosen pengajar di Jurusan Teknik Mesin, bersama dengan tim dosen Dian Ridlo Pamuji, S.T., M.T.,  Ely Trianasari, S.Pd., M.Pd., Ninik Sri Rahayu, S.H., M.H., dan Yuni Ulfiyati, S.T., M.T. Sedangkan tim mahasiswa yakni Tuita Sari dan Vendi Dwi Wicaksono.

mesin-pengolah-umbi-Porang-2.jpg

"Tujuan sasaran kemitraan dengan petani umbi porang tersebut untuk memberikan kemudahan dalam mengolah umbi porang menjadi tepung porang, serta mampu meningkatkan penghasilannya," ungkap Ika kepada TIMESIndonesia, Kamis (15/10/2020).

Ketua Kelompok Tani Desa Kembiritan, Ardi mengaku dirinya menjadi petani umbi porang sejak tahun 2017. Umbi porang sendiri memiliki manfaat untuk campuran kosmetik dan campuran pembuatan mie. Selama ini, kata Ardi, umbi porang banyak diekspor ke luar negeri.

"Umbi porang ini merupakan salah satu potensi di pasar ekspor. Butuh 10 ton tepung umbi perhari. Tujuannya antara lain Jepang, Cina, Korea dan Eropa. Sedangkan di Indonesia belum banyak yang menanam umbi porang," ujar Ardi.

Selain itu masa panen umbi porang yang hanya satu tahun sekali, menyebabkan permintaan dari ekspor tersebut belum bisa terpenuhi.

Ardi melanjutkan, selama ini Kelompok Tani Umbi Porang Desa Kembiritan masih menjual umbi porang dalam bentuk chip basah dan chip kering. Hal tersebut dikarenakan kelompok Tani Umbi Porang belum memiliki mesin yang memadai untuk pengolahan Umbi Porang menjadi tepung porang.

"Harga jual untuk chip basah pada kisaran Rp 12.000/kg dan untuk chip kering dijual dengan harga Rp 35.000/kg. Harga jual tersebut relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan harga jual tepung umbi porang. Bila umbi porang dijual dalam bentuk tepung umbi porang yang harganya mencapai Rp 85.000-90.000/kg," terang Ardi.

mesin-pengolah-umbi-Porang-3.jpg

Ardi menjelaskan, pengiriman umbi porang dalam bentuk chip menggunakan truk hanya mampu menampung kurang lebih 4 ton dalam sekali. Sedangkan dalam bentuk tepung, mampu menampung hingga 7 ton dalam sekali pengiriman.

"Perbedaan ini yang kemudian sedikit menjadi kendala," tutur Ardi.

Dari latar belakang tersebut, tim pengabdian masyarakat kemudian melakukan pengembangan mesin pembuat tepung porang. Mesin ini merupakan hasil karya tim PKM yang diharapkan dapat membantu kelompok tani umbi porang Desa Kembiritan untuk meningkatkan penghasilan setelah masa Pandemi Covid-19 berlalu.

Pantauan TIMESIndonesia, cara pengoperasiannya terbilang cukup mudah yaitu tinggal menyalakan tombol ON pada bagian mesin. Setelah chip umbi porang kering, dimasukan dalam hopper input dan ketika mesin melakukan penumbukan umbi porang, operator dapat mengatur chip porang yang masuk ke dalam tabung hammer mill.

Hal itu bertujuan agar hasil penumbukan sesuai dengan yang diinginkan serta terjadi penumbukan yang tidak melebihi batas. Mesin ini dapat menumbuk 3-5 kg chip kering.

Ukuran dari mesin terbilang ramping dan minimalis serta tidak terlalu memakan tempat. Sehingga mesin dapat dipindahkan dari tempat satu ke tempat lainnya dengan mudah. Bahkan daya listrik yang digunakan hanya sebesar 1300 watt.

Usai mengetahui kondisi bagaimana penggunaan dan perawatan mesin. PKM lalu menyerahkan kepada mitra yang sepenuhnya menjadi hak pemakai terhadap mitra kerja kelompok tani Desa Kembiritan.

Kerjasama ini merupakan langkah perguruan tinggi dalam usaha pengabdian terhadap masyarakat. Kedepan diharapkan bisa lebih banyak menciptakan kemajuan dalam bidang pertanian di Banyuwangi bersama perguruan tinggi vokasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES