Glutera News

Sel Darah Putih (Leukosit) Penghasil Kekebalan Tubuh

Kamis, 15 Oktober 2020 - 10:58 | 584.19k
glutera news.
glutera news.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Leukosit adalah satu dari empat komponen darah manusia. Jangan salah! Meski jumlah leukosit dalam tubuh kita jauh lebih sedikit daripada sel darah merah, fungsinya tidak boleh Anda sepelekan. Tubuh Anda dapat melawan kuman penyebab penyakit karena leukosit memiliki peran utama sebagai pembangun kekebalan tubuh. Lantas, apa saja fungsi leukosit selengkapnya? Simak penjelasannya di bawah ini. 

Apa Itu Leukosit?

Leukosit adalah nama lain dari sel darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan tubuh alias sistem imun.

Leukosit berfungsi melacak dan melawan mikroorganisme atau molekul asing penyebab penyakit atau infeksi, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Leukosit tidak hanya memerangi kuman yang menyebabkan penyakit dan infeksi, tetapi juga berusaha melindungi kita terhadap agen asing yang menjadi ancaman.

glutera B

Beberapa sel leukosit langsung bekerja membunuh kuman penyakit sampai tuntas, sedangkan beberapa lainnya yang menghasilkan senjata dalam bentuk antibodi untuk melindungi tubuh. Ada pula sel darah putih yang fungsinya sebatas memberi informasi kepada pasukan leukosit “penyerang” bahwa penyakit telah terjadi.

Apa Saja Jenis Leukosit Dan Fungsinya?

Ada lima jenis leukosit berbeda yang mengembang tugas spesifik berdasarkan kemampuan masing-masing dan jenis molekul asing yang dilawan. Lima komponen sel darah putih ini disebut neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, dan limfosit.

1. Neutrofil

Hampir setengah dari jumlah sel darah putih dalam tubuh adalah sel neutrofil. Neutrofil adalah sel pertama dari sistem kekebalan tubuh yang merespons dengan cara menyerang bakteri atau virus.

Sebagai tameng utama, neutrofil juga akan mengirimkan sinyal yang memperingati sel-sel lain dalam sistem kekebalan tubuh untuk merespons bakteri atau virus tersebut. Neutrofil umumnya ada pada nanah yang keluar dari infeksi atau luka di tubuh Anda.

Leukosit ini akan keluar setelah dilepaskan dari sumsum tulang, dan bertahan di tubuh hanya sekitar 8 jam. Tubuh Anda dapat memproduksi sekitar 100 miliar sel neutrofil tiap hari.

2. Eosinofil

Eosinofil adalah bagian dari leukosit yang berfungsi melawan bakteri dan infeksi parasit (seperti cacing). Eosinofil juga bekerja ketika seseorang mengalami reaksi alergi. Apabila jumlah sel eosinofil berlebihan, maka umumnya ini adalah hasil dari respon imun terhadap zat penyebab alergi.  

Eosinofil jumlahnya hanya sekitar 1 persen dari sel darah putih dalam aliran darah Anda, namun pada sistem pencernaan Anda jumlahnya lebih tinggi. Eosinofil tak hanya membawa manfaat bagi tubuh, tetapi juga bahaya. Pada kondisi ekstrem, seperti pada penyakit eritema toksikum, eosinofil dapat berperan sebagai elemen bermanfaat atau sekadar pengamat. 

3. Basofil

Basofil adalah leukosit yang jumlahnya hanya sekitar 1 persen. Basofil berfungsi untuk meningkatkan respons imun non-spesifik terhadap patogen. Basofil adalah sel yang paling dikenal karena perannya memunculkan asma.
Ketika dirangsang dengan adanya pemicu asma, seperti debu, sel basofil akan melepaskan histamin. Basofil inilah yang dapat menyebabkan peradangan dan bronkokonstriksi di saluran pernapasan Anda.

4. Limfosit (limfosit B dan limfosit T)

Limfosit adalah leukosit yang penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis utama limfosit, yaitu limfosit sel B dan sel T. 
Limfosit B fungsinya membuat antibodi untuk menyerang bakteri, virus, dan racun yang menyerang tubuh Anda. Sementara itu, limfosit T bertanggung jawab untuk menghancurkan sel tubuh sendiri yang telah diserang virus atau menjadi kanker. 

Limfosit T merupakan pejuang yang melawan penjajah secara langsung. Limfosit jenis ini juga memproduksi sitokin yang merupakan zat biologis yang membantu mengaktifkan bagian lain dari sistem kekebalan tubuh.

Limfosit T dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

• Sel T penolong bertugas melepaskan protein yang disebut sitokin yang membantu mengarahkan respons sel darah putih lainnya.

• Sel T sitotoksik (juga dikenal sebagai sel T pembunuh alami) mampu melepaskan molekul yang membunuh virus dan benda asing lainnya.

• Sel T memori akan hadir setelah tubuh memerangi infeksi dan membantu tubuh agar lebih mudah menghadapi infeksi sejenis di kemudian hari.

• Sel T regulator (juga dikenal sebagai sel T penekan) bertugas membantu untuk mengatur sel T lain untuk mencegah mereka menargetkan sel-sel tubuh sendiri. 

5. Monosit

Monosit adalah leukosit yang bisa dibilang sebagai truk sampah. Monosit berasal dari sumsum tulang belakang yang melakukan perpindahan di dalam darah dan limpa. Monosit dikenal dengan kemampuan mereka untuk mengenali “sinyal bahaya”. 

Sel leukosit ini jumlahnya ada sekitar 5 persen dari keseluruhan sel darah putih. Fungsi truk sampah monosit ini adalah berpindah ke jaringan-jaringan dalam tubuh sembari membersihkan sel-sel mati di dalamnya.

Monosit dapat dibedakan menjadi dua jenis sel, yaitu:
• Sel dendritik, yaitu sel penyaji antigen dengan menandai benda asing yang perlu dihancurkan oleh limfosit. 
• Makrofag, yaitu sel yang lebih besar dan hidup lebih lama dari neutrofil. Makrofag juga dapat bertindak sebagai sel penyaji antigen.  

Glutahione dalam Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Selain menerapkan pola hidup sehat, sebagian orang memilih untuk mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan imunitas tubuh. Konsumsi suplemen glutathione mungkin dapat menjadi pilihan untuk melengkapi pola makan yang kurang bernutrisi.

Glutathione (GSH) berperan khusus dalam pembentukan limfosit, dimana diperlukan kadar Glutathione (GSH) yang optimal. Memainkan peran penting dalam fungsi kekebalan tubuh melalui produksi sel darah putih dan merupakan salah satu agen anti-virus.

Sistem kekebalan bekerja paling baik jika sel-sel limfoid memiliki tingkat glutathione menengah yang seimbang. Bahkan perubahan moderat pada tingkat glutathione intraseluler memiliki efek mendalam pada fungsi limfosit. 

Fungsi-fungsi tertentu, seperti respons sintetik DNA, sangat sensitif terhadap zat antara oksigen reaktif dan, oleh karena itu, disukai oleh antioksidan glutathione tingkat tinggi. Jalur sinyal tertentu, sebaliknya, ditingkatkan oleh kondisi oksidatif dan disukai oleh tingkat glutathione intraseluler rendah. Bukti yang ada menunjukkan bahwa limfosit dari subyek manusia yang sehat rata-rata memiliki tingkat glutathione yang optimal. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES