Tradisi Tawurji di Cirebon dari Tersesatnya Murid Syekh Lemah Abang

TIMESINDONESIA, CIREBON – Tawurji adalah sebuah tradisi yang bermula sebagai bentuk sedekah didalam keluarga keraton setiap hari Rabu di Bulan Safar atau warga Cirebon biasa menyebutnya dengan Rebo Wekasan.

Kata "Tawurji" sendiri ialah berasal dari suku kata "Tawur" yang berati melempar (benda koin atau sejenisnya) dan "Aji" atau orang yang memberikan shodaqoh dengan sebutan Tuan Haji (orang yang mampu).

Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kesultanan Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina. Konon, awal mula Tradisi Tawurji ini sebagai salah satu upaya perlindungan murid-murid Syekh Lemah Abang yang dianggap sesat karena nasib mereka yang terlunta-lunta.

Melihat murid-murid dari Syekh Lemah Abang yang kurang berkecukupan ini oleh Sunan Gunung Jati pun memberikan perlindungan berupa uang koin sebagai bekal bertahan hidup.

Peristiwa tersebut dilakukan secara berulang-ulang pad hari rabu terakhir di Bulan Safar. Selain Tradisi Tawurji adapula Ritual Ngapem yang dilakukan bersamaan di Lingkungan Keraton Kanoman Cirebon dibarengi dengan memanjatkan doa kepada Allah Swat dan bertawasul mendoakan para wali dan leluhur.

Arimbi mengatakan, beberapa rangkaian yang menjadi tradisi disetiap hari rabu terakhir di Bulan Safar atau Rebo Wekasan yaitu Ngirab yang bertujuan membersihkan diri seperti mandi, Kemudian tawurji mengajarkan untuk bersedekah, dan membagikan apem atau ngapem untuk masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement