Peristiwa Daerah

Kampung Photography Semarang, Dari Cerita Suram Menuju Kemandirian

Rabu, 14 Oktober 2020 - 14:48 | 132.66k
Replika kamera DSLR raksasa sebagai penanda pintu masuk dari Kampung Photography. (Foto: Eko Santoso for Times Indonesia)
Replika kamera DSLR raksasa sebagai penanda pintu masuk dari Kampung Photography. (Foto: Eko Santoso for Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Sebuah replika kamera DSLR raksasa yang  berdiri kokoh di sebuah gang menjadi penanda sekaligus pintu masuk dari Kampung Photography di Kota Semarang. Terletak di jalan Abimanyu V RT 3 RW 2 Pedrikan Lor, Semarang Tengah, kampung yang unik tersebut sempat memiliki cerita suram.

Siswanto (64) salah satu warga Kampung Photography menuturkan jika ada sekira 20 fotografer di kampung tersebut. Ia tak mengherankan kampung itu dijuluki kampung photography.

"Di kampung ini memang banyak tenaga fotografi. Khusus warga sini sekira 20 orang, dari luar ada yang awalnya belajar (fotografi) di sini namun tidak masuk hitungan," tutur Siswanto Rabu, (14/10/2020).

Siswanto lantas menceritakan asal mula kampung photography. Kata Siswanto, kehidupan warga jalan Abimanyu V RT 3 RW 2 yang kini dekat dengan dunia fotografi itu bermula dari cerita suram pada tahun 1980-an.

Pada masa itu, kata dia, banyak pemuda pengangguran di kampung tersebut. Hampir setiap hari mereka menghabiskan waktu untuk mabuk atau minum minuman keras dengan berkumpul di pinggiran rel kereta api Poncol Semarang.

"Di sini dulu istilahnya dekat dengan tempat orang jual minuman keras. Mereka sering mabuk-mabukan," kata Siswanto menjelaskan.Entah sedang kepepet atau ingin mengubah pola hidupnya, ungkap Siswanto, beberapa dari pemuda tersebut mendatangi Siswanto.

Mereka mengutarakan maksud agar bisa bekerja. Siswanto yang semula merupakan seorang fotografer itu lantas menerima mereka untuk belajar fotografi.

"Saya mengajak mereka (belajar fotografi) karena mereka minat bekerja. Mereka kemudian menjadi binaan saya," terangnya. 

Lambat laun, kata Siswanto, keseharian pemuda di kampung tersebut pun berubah.Mereka mulai banyak menghabiskan waktu untuk belajar fotografi hingga mampu menghasilkan uang dari membuka jasa fotografi.

Hingga pada tahun 1990-an, kata dia, banyak dari pemuda-pemuda itu yang menawarkan jasa fotografi hingga ke luar daerah. "Awalnya yang tidak punya kamera, saya pinjami. Kemudian saat mereka sudah bisa, membuka jasa fotografi sendiri," pungkasnya.

Dari situlah, cerita suram Kampung Photography di Kota Semarang berubah menjadi kisah kemandirian. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES