Kopi TIMES

Peluang dan Tantangan Rempah Nusantara di Era Industri 4.0

Senin, 12 Oktober 2020 - 11:41 | 152.90k
Nur Kholis, Mahasiswa Universitas Jember.
Nur Kholis, Mahasiswa Universitas Jember.

TIMESINDONESIA, JEMBER – Sejarah telah mencatat bahwa rempah sebagai komoditas penting bagi bangsa Indonesia. Sejarah juga membuktikan, rempah telah mengundang penjelajah dunia untuk mencari Indonesia. Bahkan Giles Milton dalam bukunya berjudul Pulau Run mengatakan, “Kepulauan Banda dapat tercium wanginya sebelum pulaunya terlihat”. Maka tidak berlebihan, jika rempah disebut sebagai salah satu saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia. 

Berdasarkan data Negara Rempah Foundation, Indonesia menjadi negara paling dominan se-Asia Tenggara dengan memiliki 275 jenis rempah dari 400-500 jenis di dunia. Dengan adanya berbagai jenis rempah, Indonesia mendapat julukan Mother of Spices. Sedangkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2016 menunjukan Indonesia sebagai negara penghasil rempah ke-empat terbesar di dunia dengan total produksi 113. 649 ton dan total ekspor mencapai USD 652, 3 juta. Hal ini menandakan kekayaan rempah nusantara menghadirkan peluang untuk lebih dimanfaatkan, sehingga menunjang kemandirian Indonesia. 

Cerahnya prospek rempah nusantara ditunjang dengan semakin majunya penelitian dan pengembangan komponen bioaktif dalam tanaman rempah. Bahkan sekarang pemanfaatan rempah nusantara telah merambah ke bentuk obat tradisional dan kosmetik modern. Kebutuhan rempah terus meningkat sejalan dengan munculnya kecenderungan masyarakat  untuk kembali ke alam. Selain itu, adanya anggapan bahwa efek samping yang ditimbulkan tidak sebesar obat sintesis.

Saat ini telah muncul berbagai industri dan UMKM obat tradisional yang menggunakan bahan dasar rempah nusantara. Tahun 2019 tercatat ada 129 industri dan 672 UMKM obat tradisional. Jika dikembangkan terus menerus, maka pemanfaatan rempah nusantara dapat berkontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. 
 
Kemajuan teknologi pengolahan pangan juga telah mampu menghasilkan produk-produk makanan dan minuman berbahan dasar rempah yang berguna bagi kesehatan. Kini makanan dan minuman tersebut semakin banyak diminati konsumen, karena memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. 

Sekarang konsumen di negara-negara maju memilih makanan dan minuman bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi maupun kelezatan, tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh.  Hal ini terkandung dalam berbagai macam makanan dan minuman berbahan rempah nusantara. Oleh karena itu, di era industri 4.0 pemanfaatan rempah dapat lebih dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Sayangnya masih terdapat beberapa tantangan dalam mengembangkan pemanfaatan rempah nusantara. Seperti pemenuhan persyaratan kualitas, cara produksi yang baik, kurangnya modal dan penguasaan teknologi, pengembangan dan hilirisasi produk, dan pemasaran produk terutama di kalangan generasi muda. Tantangan lain yang dihadapi yaitu membangun kerjasama yang efektif antara pemerintah, pelaka usaha, masyarakat, dan akademisi untuk meningkatkan kemampuan industri. Tantangan tersebut perlu dipikirkan oleh berbagai pihak, agar pemanfaatan rempah nusantara benar-benar memiliki daya saing di pasar nasional dan internasional. 

Selama ini memang Badan POM berusaha melakukan terobosan-terobosan dalam mendampingi dan mendukung potensi rempah nusantara. Badan POM juga membantu pelaku usaha dengan melakukan pendampingan hilirisasi penelitian melalui penyederhanaan proses sertifikasi dan registrasi, percepetan perizinan obat dan makanan, serta pendampingan UMKM obat tradisional, kosmetik, maupun pangan. Tujuannya untuk meningkatkan  kemandirian dan daya saing industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Kepala Badan POM pernah menyampaikan sudah dibentuk Satuan Tugas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka yang melibatkan 14 Kementrian/Lembaga, asosiasi pelaku usaha, organisasi profesi, dan perguruan tinggi. Hal ini perlu diapresiasi, karena menandakan telah tumbuh kesadaran adanya peluang dan tantangan pemanfaatan rempah nusantara. Namun Satuan Satgas tersebut harus lebih dimaksimalkan peran dan fungsinya. 

Di Era industri 4.0, pengembangan lebih lanjut  pemanfaatan rempah nusantara menjadi produk pangan fungsional komersial memerlukan penelitian mendalam untuk memperoleh data yang pasti mengenai komponen bioaktif, khasiat, keamanan, sampai uji farmakologi dan uji klinisnya untuk membuktikan klaim manfaatnya. Dengan keseriusan berbagai pihak, pasti rempah nusantara dapat dimanfaatkan lebih maksimal dan menunjang kemajuan Indonesia.

***

*)Oleh: Nur Kholis, Mahasiswa Universitas Jember.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES