Peristiwa Daerah

Hiburan Kerap Dibubarkan, Dalang di Sragen Gelar Wayang Kulit di Kuburan

Sabtu, 10 Oktober 2020 - 12:10 | 141.04k
Paguyupan Seni Pekerja Sor Tarup (Sport) Sragen mementaskan wayang kulit di pelataran kuburan Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. (Mukhtarul Hafidh/Times Indonesia)
Paguyupan Seni Pekerja Sor Tarup (Sport) Sragen mementaskan wayang kulit di pelataran kuburan Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. (Mukhtarul Hafidh/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, SRAGEN – Aksi unik dilakukan seorang dalang yang tergabung dalam Paguyupan Seni Pekerja Sor Tarup (Sport) Sragen. Dia mementaskan wayang kulit di pelataran kuburan tambak di Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Hal itu dilakukan sebagai wujud kritik kepada pemerintah yang hingga kini belum memiliki solusi pasti untuk para pekerja seni untuk bisa menggelar pertunjukan. Mengingat seringnya pembubaran acara hiburan atau hajatan.

Pentas wayang dengan lakon Bolo Dewo Tandhang  yang memiliki arti “kejujuran yang akan berbicara untuk menegakkan keadilan”. Pentas yang dilakukan selama 2 jam ini digelar pada Jumat (9/10/2020) malam. Tampak beberapa alat seperti kendang, gender serta wayang berjejer tertancap pada batang pisang tertata rapi di pelataran makam tambak. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk tetap bisa menggelar pertunjukkan.

“Pentas ini untuk mengetuk hati dan keprihatinan karena kami dan para dalang serta seniman di Sragen tak bisa pentas akibat pandemi Covid-19. Pentas ini sebagai bentuk ungkapan perasaan serta usulan kepada pemerintah. Pasalnya kurang lebih selama 8 bulan tidak memiliki sumber pendapatan,” kata Ki Joko Pramono Cendhek sebelum memulai pentas.

Mengenai aksi yang unik dan jarang ini, Joko mengatakan, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk bisa tetap menggelar pertunjukkan. Sebagai bentuk protes kepada pemerintah dengan maraknya pembubaran hiburan di tempat hajatan.

“Pentas ini untuk menggugah dan memohon kepada pemerintah agar bisa memberikan solusi,” ungkapnya.

Joko berharap pemerintah bisa mengambil kebijakan yang menguntungkan semua pihak. Yang pada intinya bisa ada jalan tengah. Pelaku seni bisa melakukan pentas, tapi juga dengan protokol kesehatan. Dengan begitu pelaku seni juga bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

“Di tempat hajatan kerap terjadi pembubaran seperti yang pernah dilakukan. Pagelaran itu bisa diatur jaraknya. Lain dengan tempat wisata, pasar dan mal yang masih aktif sampai saat ini,” jelasnya.

Menurutnya, pekerja seni saat ini butuh solusi pasti dari Pemerintah Daerah Sragen. Sebab sejauh ini kebijkan pemerintah masih membingungkan. Mengingat dunia pewayangan sudah menjadi tumpuan hidup dan sudah dilakukan lama. “wayang kulit merupakan dunia kami dan menjadi tumpuan hidup serta sudah dilakukan sejak lama. Maka hal ini sulit untuk mengubahnya,” ucap Ki Joko Pramono. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES