Kopi TIMES

Mobilisasi Orkestrasi Kampus Merdeka Merajut Keberagaman

Kamis, 01 Oktober 2020 - 04:52 | 125.61k
N. Budi Arianto Wijaya, Staf Pengajar Fakultas Hukum (FH) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).
N. Budi Arianto Wijaya, Staf Pengajar Fakultas Hukum (FH) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTAKampus Merdeka diluncurkan oleh pemerintah pada bulan Januari 2020 dimana merupakan kelanjutan dari program Merdeka Belajar sebagai payung besarnya. Kampus Merdeka membuka ruang bagi Perguruan Tinggi untuk mengembangkan diri khususnya dalam rangka mendekatkan mahasiswa untuk beradaptasi terhadap perkembangan kehidupan masyarakat yang  sangat cepat perubahannya.

Kampus Merdeka mengusung empat kebijakan di lingkup Perguruang Tinggi yaitu sistem akreditasi Perguruan Tinggi bersifat otomatis bagi yang mengajukan reakreditasi, hak belajar tiga semester diluar prodi bagi mahasiswa,otonomi Perguruan Tinggi dalam pembukaan prodi baru dengan persyaratan tertentu kemudahan bagi PTN untuk menjadi PTN Badan Hukum (PTN-BH).

Program Kampus Merdeka tersebut diharapkan dapat melahirkan lulusan yang mengusai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara komprehensif tidak semata-mata disiplin ilmu prodinya saja. Hak Mahasiswa untuk belajar satu semester diluar prodi pada kampusnya dan dua semester di luar kampusnya diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sesuai kebutuhan masyarakat.

Program Kampus Merdeka dikumandangkan pada saat ini dimana revolusi industry 4.0 sedang berjalan. Menurut Merkel, Revolusi 4.0 adalah keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional (Wikipedia). Revolusi Industri 4.0 menekankan kepada kecepatan dan ketersediaan informasi dengan enam pilar utamanya yaitu Artificial Intenlligence, Internet of Things, Cloud, Super Apps dan Broadband Network.

Kampus merdeka pada era revolusi industry 4.0 tidak boleh mengabaikan pemanfaatan kecepatan teknologi informasi dalam mendukung pelaksanaanya. Terkhusus untuk  meresonansikan berbagai aktivitas kegiatan dan nilai nilai yang dapat dibangun dari kegiatan yang terselenggara salah satunya adalah nilai-nilai mengenai kesadaran akan keberagaman yang ada di NKRI. Indonesia kaya akan keberagaman baik wilayah, suku bangsa dan budaya, agama, ras, golongan, jenis kelamin.

Kesadaran akan keberagaman harus terinternalisasi bagi seluruh anak bangsa khususnya bagi generasi penerus. Pelaksanaan Kampus Merdeka membuka ruang untuk merajut keberagaman dengan  Pancasila sebagai penuntunya. Ada prodi dari 5 PTN bersinerji melaksanakan Kampus Merdeka dengan membentuk konsorsium, kelima PTN berasal dari 5 pulau yang berbeda yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali (Kompas) dengan mengabaikan cluster pemeringkatan. Lebih mudah untuk bersinerji dalam mewujudkan Kampus Merdeka antara sesama PTN atau  antara sesama PTS, sesama PTN dan PTS juga mungkin berdasarkan cluster pemeringkatan yang sama.

Langkah lebih ideal apabila filter untuk bersinerji mewujudkan Kampus Merdeka bisa dieliminir sesuai dengan persyaratan akademik  saja seperti akreditasi prodinya sama.Kampus merdeka bisa mewujudkan sinergi antara Perguruan Tinggi dengan berbagai latar belakangnya, misalnya antara sesama PTN dengan mengabaikan pemeringkatan, antara PTN dengan PTS,  sesama PTS dari  warna yayasan yang berbeda misalnya antara PTS dibawah Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) dengan PTS dibawah yayasan Muhamadiyah, antara Perguruan Tinggi pada pulau yang satu dengan pulau yang lainnya. Diharapkan Kampus Merdeka tidak hanya memperkaya pengetahuan mahasiswa dari nuansa pengetahuan yang berbeda tetapi juga memperkuat kesadaran atas keberagaman di Indonesia dan akhirnya memperkuat rasa kebangsaan.

Mahasiswa sebagai generasi penerus perlu dibekali kesadaran akan keberagaman untuk  memperkuat pondasi NKRI dimasa mendatang. Tugas berikutnya bagaimana Mobilisasi Orkestrasi pelaksanaan Kampus Merdeka dalam masyarakat yang sudah saling terhubung (hyperconected society). Mobilisasi Orkestrasi salah satunya dilakukan dengan membuat tagar pemberitaan yang menggambarkan indahnya jalinan belajar bersama diantara mahasiswa dengan berbagai latar belakang yang berbeda agar dapat mengeliminasi berbagai berita yang bertujuan untuk memudarkan persatuan bangsa.

Mobilisasi Orkestrasi adalan terminologi dalam bukunya Rhenald Kasali (2019) yang menggambarkan pemanfaatan teknologi informasi pada era  revolusi industry 4.0 untuk dapat masuk ke alam pikiran atau menggerakan masyarakat yang sudah saling terhubung. Pelaksanaan Kampus Merdeka juga harus dapat memanfaatkan pilar-pilar utama dalam revolusi 4.0 guna menggelorakan kesadaran akan keberagaman serta tidak hanya bagi mahasiswa atau Perguruan Tinggi yang bersangkutan tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Bahkan bisa tersampaikan kepada masyarakat internasional tentang betapa indahnya keberagaman  Indonesia. Mahasiswa mengalami secara langsung kehidupan keberagaman maka masa depan bangsa di tangan generasi penerus yang akan membuat tersenyum seluruh anak bangsa dengan wawasan kebangsaan yang kuat, semoga. (*)

 

*) Penulis adalah N. Budi Arianto Wijaya, Staf Pengajar Fakultas Hukum (FH) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES