Kopi TIMES

Generasi Alfa, Teknologi Pembelajaran dan Indonesia 2045

Rabu, 30 September 2020 - 16:22 | 153.67k
M. Hasan Chabibie 
M. Hasan Chabibie 

TIMESINDONESIA, DEPOK – Di tengah pelbagai tantangan kehidupan dan krisis lingkungan di pelbagai kawasan, kita perlu memberi perhatian pada masa depan generasi Alfa. Generasi ini, pada masa mendatang, yang akan mewarisi kepemimpinan untuk menjaga bumi, merawat kehidupan, menumbuhkan perdamaian. Mereka, generasi Alfa, merupakan generasi anak-anak kita, yang mewarisi tanggungjawab sekaligus menghadapi tantangan zaman masing-masing.

Generasi Alfa merupakan generasi bagi kelompok umur yang lahir pada 2010/2011 hingga 2025. Generasi ini umumnya merupakan keturunan dari generasi milenial. Generasi Alfa memiliki sifat unik, terutama pembawaan dari pola asuh dari generasi milenial. Setiap pekannya, terlahir sekitar 2,5 juta bayi generasi Alfa. Diperkirakan, pada tahun 2025, jumlah generasi ini akan membengkak hingga 2 miliar. 

Istilah generasi Alfa pertama kali dikenalkan oleh sosiolog Australia, Mark Mc Crindle. Alfa Generation, Crindle menyebut, lahir dalam konteks perkembangan teknologi digital yang sangat massif. Generasi Alfa sudah terbiasa dengan voice assistance, atau bahkan IoT (Internet of Things) yang ditanam di lingkungan mereka lahir. Bisa dikatakan, Generasi Alfa merupakan digital native, yang lahir tumbuh besar dalam eksosistem teknologi, internet dan artifical intelligence. 

Dalam masa pertumbuhannya, generasi Alfa familiar dengan produk-produk teknologi serta menggunakan bermacam aplikasi digital. Mereka juga bermain game virtual dengan memanfaatkan perangkat yang disediakan. Orang tua mereka, para generasi milenial, sebagian besar menginstal aplikasi digital dan menggunakan beragam gadget dari teknologi terbaru dalam kehidupan personal dan rumah tangga. Jadi, teknologi benar-benar merasuk dalam sendi kehidupan mereka, bahkan hingga di rumah dan kamar pribadi. 

Generasi Alfa suka merekam video, mengunggahnya di youtube dan media sosial lain. Mereka juga nyaman mengutak-atik benda elektronik, bermain coding dan robotika. Jadi, mereka menggunakan aneka software dan aplikasi coding untuk bermain. Tentu saja, ini menjadi keunggulan, jika mendapat pendampingan agar fokus belajar dan tetap nyaman mengeksplorasi coding dan aneka inovasi robotika. 

Dari mana mereka belajar itu? Tentu saja youtube dan beragam platform media sosial menjadi rujukan. Sekarang ini, aneka kursus tentang dasar-dasar coding dan robotika dengan mudah bisa diakses di youtube. Di sisi lain, generasi Alfa juga menganggap proses eksplorasi itu sebagai bermain, tidak ada paksaan, mereka terus didorong oleh keingintahuan yang besar.

Generasi alfa juga menghadapi tantangan besar dalam perkembangan dunia internasional. Mereka menghadapi dunia yang terus berubah, sistem kerja yang semakin kompetitif dan berbagai tantangan bencana alam yang semakin parah. Di sisi lain, generasi alfa yang lahir pada tahun 2020-2025 juga menjadi saksi pandemi dan outbreak di level internasional, yang berpengaruh pada sistem kesehatan dan ekonomi internasional. Bayang-bayang resesi, hingga konflik di tingkat global akibat perebutan sumber daya dan bahan pangan juga menjadi tantangan bagi generasi Alfa, dalam proses tumbuh kembang mereka. 

Tantangan Pembelajaran

Meski generasi Alfa tumbuh dalam ekosistem digital, bukan berarti mereka tanpa tantangan dalam belajar. Memang, generasi Alfa dikelilingi berbagi teknologi yang mempermudah kehidupan, meringkas proses teknis, dan mempercepat interaksi. Akan tetapi, menyiapkan fokus dan kesabaran menjadi penting bagi pembelajaran mereka.

Para orang tua dan pendamping perlu menyiapkan srategi khusus agar generasi Alfa bisa fokus dengan belajarnya. Maka, penting untuk menggali passion dan hobi mereka, sebagai basis pembelajaran. Inovasi-inovasi pembelajaran di alam, dengan mengenalkan lingkungan, prakarya serta bermain tanpa gadget, menjadi hal penting. Melimpahnya gadget dan kemudahan teknologi, terkadang mengganggu konsentrasi jika tidak terjaga alurnya secara baik.

Joe Pinsker, kolumnis The Atlantic, meriset bahwa generasi Alfa punya kecenderungan tidak sabaran. Ketika para pengajar di sekolah tidak memberikan gambaran yang detail dan memadai, generasi Alfa akan mencari penjelasan dari media sosial, terutama Youtube. ".. generation Alpha might be particularly impatient because they'll be used to technology fulfilling their desire from early age" (the Atlantic, 21 Februari 2020). 

Melatih kesabaran bagi anak, terutama generasi Alfa ini butuh proses dan seni khusus. Kecepatan teknologi dan kemudahan akses internet, merangsang mereka untuk bergerak cepat dan mencari tahu hal-hal asing secara reaktif. Di sisi lain, perlu ditumbuhkan kesabaran, juga pola bahwa tidak semua hal harus cepat. Terkadang, hidup melambat, menikmati alam dan kehidupan itu juga bermanfaat. Dengan demikian, harus ada seni mengatur kecepatan interaksi teknologi dan penghayatan lingkungan serta kesabaran. Kontrol emosi menjadi penting. Pada titik ini, peran pendidik, komunitas pendidikan dan keluarga/orang tua menjadi sangat penting.

Mewariskan Nilai Perdamaian dan Leadership

Generasi Alfa juga menghadapi tantangan berupa tumbuhnya egosentrisme. Arus deras teknologi dan perkembangan politik global yang didominasi populisme, menjadi tantangan akan pentingnya pemersatu, penyeru perdamaian, dan pada level pribadi, sebagai pemimpin. 

Laporan dari Henrik Bresman & Vinika D Rao yang dipublikasi Harvard Bussines Review, bahwa generasi X, Y dan Z memiliki kecenderungan menganggap leadership sebagai nilai penting. Bahwa, menjadi pemimpin merupakan sesuatu yang penting, yang disuarakan para generasi di level global: 61% dari generasi Y, 61 % dari generasi Z dan 57 % dari generasi X. 

Sebanyak 77% generasi Y Amerika yang bekerja sebagai profesional di berbagai bidang, menganggap menjadi pemimpin merupakan hal yang urgen, yang dikejar dalam karir. Hal yang sama diungkapkan generasi Y di Mexico, sebanyak 76% menganggap kepemimpian menjadi faktor krusial. Survey Bresman & D Rao ini dengan wawancara 18.000 profesional dan pelajar di 19 negara, di lintas benua. 

Bahwa, jika generasi X,Y, dan Z menganggap kepemimpinan sebagai faktor penting, maka saya yakin hal yang sama juga akan berlaku bagi generasi Alfa. Bahkan, dalam skala yang lebih luas, kepemimpinan pada konteks generasi Alfa dibutuhkan agar menjaga kohesi dan interaksi sosial antar mereka. Jika generasi-generasi sebelumnya menjadi pemimpin dalam karir merupakan hal penting, maka generasi Alfa menghadapi tantangan kepemimpinan untuk turut menjaga keseimbangan alam. 

Pengalaman lahir dan tumbuh di tengah pandemi pada tahun 2020 dan beberapa tahun setelahnya, merupakan pengalaman berharga. Pandemi yang terjadi secara luas di lintas negara, mempengaruhi kehidupan keluarga dan lingkungan mereka. Perubahan cepat dalam berinteraksi, akses pekerjaan, perkembangan ekonomi global, hingga penyesuaian pendidikan, akan memberi dampak besar bagi cara berpikir dan komunikasi generasi Alfa.

Dalam konteks Indonesia, sangat penting untuk mengawal generasi Alfa dengan pendidikan yang tepat, teknologi pembelajaran yang sesuai, nilai kepemimpinan, pengenalan keragaman, hingga memaknai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Membangun fondasi identitas sebagai manusia Indonesia dengan kepribadian dan kultur, sangat penting agar kelak generasi Alfa tidak tercerabut dari akar adat dan kebudayannya. 

Merekalah generasi yang akan mewarnai 100 tahun Indonesia pada  2045. Sebab, pada tahun itu generasi Alfa berada pada tahap sekolah hingga membangun karir. Generasi Alfa akan menjadi tulang punggung dalam satu abad Indonesia (*)

*) M. Hasan Chabibie, Praktisi Pendidikan, Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES