Kopi TIMES

Covid-19 Bukan Hambatan untuk Hajat Kekuasaan

Rabu, 30 September 2020 - 01:06 | 80.48k
Muhammad Rafly Setiawan, Pengurus Cabang PMII Kota Palopo.
Muhammad Rafly Setiawan, Pengurus Cabang PMII Kota Palopo.

TIMESINDONESIA, PALOPO – Siang itu, penulis bersama teman-teman berkumpul sembari mencicipi sedapnya Kapurung (salah satu jenis kuliner yang masih bertahan di Kota Palopo, Sulawesi Selatan). Setelah menyantap makanan, kami duduk di teras rumah dengan meneguk seceret kopi hitam. Mereka asyik bercerita, tertawa, namun penulis sibuk dengan berita Covid-19 di dunia permedsosan .

Saat saya berselencar di ruang maya, tepatnya Facebook. Saya menemukan gambar caption, "Politik lebih penting, ketimbang nyawa manusia". Ada juga yang mengatakan, "Semua aktivitas tertunda kala Covid-19 melanda, tapi itu tidak berlaku bagi kompetisi kekuasaan".

Sepintas terlihat menyakitkan, namun itulah kenyataan. Fakta yang tak terelakkan ialah, makin bertambahnya jumlah korban terpapar pandemi di Indonesia, akan tetapi momentum pemilihan kepala daerah tetap dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020 sesuai ketetapan penyelenggara pemilihan.

Kendati demikian, kembali mencuat soal ketidakseriusan dalam penanganan pandemi Covid-19 di berbagai daerah yang akan melaksanakan kontestasi Pilkada. Para tenaga medis, sangat menyayangkan kebijakan yang dikeluarkan tidak menunda Pilkada. Dengan ungkapan satire, salah satu tenaga medis yang berteman FB sama saya berkata, "Indonesia terserah aja", dan "Pilkada ini menghilangkan sikap moralis dari stakeholder".

Beberapa fenomena baru juga muncul dari grass grot. "Segera tunda momen Pilkada, fokus penanganan Covid-19 dan pencegahan resesi ekonomi Indonesia", pernyataan teman dekat saya di laman media Facebook.

Memang tanpa disadari, akan hadir klaster-klaster baru menjelang pemilihan, terlebih di masa kampanye. Bahkan ditemukan kasus di berbagai wilayah, beberapa Petahana mengumpulkan massa saat deklarasi pencalonan, dan menyelenggarakan konser dangdut, tumpah ruah manusia berkumpul dan joget tanpa menerapkan protokol kesehatan.

Selain itu, dua organisasi terbesar di tanah air, yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mengeluarkan pernyataan kepada Presiden agar menunda Pilkada karena yang diutamakan adalah keselamatan umat manusia.

Pernyataan sikap ini bukan tanpa alasan, sesuai dengan penerangan dalam edarannya bahwa, "Pilkada akan mendatangkan kemudharatan ketimbang kemaslahatan, seharusnya ditunda demi kebaikan bersama". Sama-sama kita tahu bahwa, impact yang ditimbulkan malah memperparah kondisi negara dan tidak menjawab permasalahan kebangsaan hanya dengan dimensi politik.

Seketika hiburan politik kosmetik membuat penulis  bosan menyelam di ruang maya. Maka penulis memutuskan untuk menonaktifkan kuota, karena krisis sedang melanda. Olehnya itu, penulis menghantarkan beberapa teman larut dalam cerita kepilkadaan.

Detik itu, penulis memulainya dengan menyambar fakta bahwa korban pandemi akan mengalami ekses dan korban jiwa bertaburan secara sia-sia. Tiba-tiba suasana itu berubah dramatis, bahkan teman memperlihatkan gambar ambulance berada di TPS dengan jumlah besar.

"Kalau seperti ini, cara datang ke TPS dan menyalurkan hak politik kayak gimana dong?", ujar si Midun. Saya pun menjawab, "Datang ke TPS dengan menerapkan protokol kesehatan, soal penyaluran hak suara diwakili saja, toh kita tahu agenda keterpilihan siapa yang berkuasa, sudah dapat diketahui hasil akhirnya. Yang terpenting usai itu dan fokus penanganan serta pencegahan pandemi covid-19 dan antisipatif resesi ekonomi regional", balas penulis.

Penulis mengamati seluruh wajah teman-teman, nampaknya tidak lagi intens soal pemilihan. Lantaran, sudah jenuh dengan tontonan aktor politik yang tak lagi representatif. Kalau penulis sih, seharusnya lebih konsentrasi pandemi Covid-19, karena kemungkinannya, jika petahana tidak terpilih dalam Pilkada, maka yang terpilih akan kewalahan cara menyikapi dan menyetop penyebaran Covid-19.

Tentunya, ini perlu dilakukan sosialisasi pencegahan Covid-19 dan pendidikan politik agar partisipasi aktif seluruh warga negara dapat terlihat wujudnya. Sekali bernafas, dua pulau terlampaui. Makanya terlanjur basah soal ketetapan Pilkada 9 Desember 2020, untuk itu proses penyadaranlah yang amat penting direncanakan guna menurunkan angka jumlah terpapar Covid-19.

Kita sama-sama mengharapkan bahwa, pandemi Covid-19 cepat berakhir, dan aktor politik memberhentikan sikap individualnya agar ketersaluran ihwal hidup yang diwakilinya, dapat terasa bagi semuanya. Semoga saja!

***

*)Oleh: Muhammad Rafly Setiawan, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Palopo.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES