Peristiwa Nasional Bencana Nasional Covid-19

Kembangkan Inoscope, Upaya RSSA Malang Kurangi Kontak Nakes dan Pasien Covid-19

Selasa, 29 September 2020 - 17:55 | 78.19k
Stetoskop digital yang diberi nama inoscope tengah dikembangkan RSUD Dr Saiful Anwar Malang. (Foto: Humas RSSA Malang)
Stetoskop digital yang diberi nama inoscope tengah dikembangkan RSUD Dr Saiful Anwar Malang. (Foto: Humas RSSA Malang)
FOKUS

Bencana Nasional Covid-19

TIMESINDONESIA, MALANG – Rumah Sakit Saiful Anwar Malang (RSSA Malang) melakukan terobosan kreatif dan inovatif melalui temuan stetoskop digital bernama Inoscope.

Inoscope dirancang untuk mengurangi potensi penularan Covid-19 kepada tenaga kesehatan atau nakes. Inovasi stetoskop melibatkan tim gabungan terdiri dari dokter spesialis dari SMF Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSSA yang diketuai Dr. dr. Susanthy Djajalaksana, Sp.P(K) bersama tim pakar informatika medis yang diketuai Wahyu Teja Kusuma, S.Kom., M.Kom.

Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Sp.An., KIC., KAP mengatakan bahwa masalah yang muncul selama ini adalah penggunaan hazmat level 4 bagi seluruh petugas medis di Instalasi Covid dan Infeksius Terpadu (INCOVIT) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

“Penggunaan APD menutupi seluruh kepala dan tubuh sehingga apabila hendak melakukan pemeriksaan dengan stetoskop harus menempelkan eartips ke telinga yang artinya membuka head cover hazmat," ujarnya, Selasa (29/9/2020) melalui zoom.

Meskipun belum ada jurnal resmi yang spesifik mengidentifikasi angka kejadian transmisi CoViD-19 melalui stetoskop, menurutnya tetap ada potensi tinggi transmisi lewat droplet atau mikro droplet yang menempel dari semburan bersin/batuk pasien ke media stetoskop.

Dengan demikian, ada potensi terbawa ke bagian tubuh nakes seperti telinga atau selaput mukosa saat kondisi tak terlindung ketika membuka celah headcovering hazmat untuk melakukan pemeriksaan.

"Memang alat ini masih dalam proses pengembangan. Nantinya masih harus dilakukan uji validasi tentang bagaimana output pemeriksaan menggunakan Inoscope dibandingkan dengan menggunakan stetoskop konvensional dengan telinga yang langsung mendengarkan bunyi. Kemudian akan dibandingkan sensitivitas dan spesifitas hasil dari output yang dihasilkan melalui dua jenis pemeriksaan itu. Kami mengapresiasi inovasi ini," bebernya.

Stetoskop-digital-3.jpg

Ketua Tim Pengembangan dan Validasi Inoscope, Susanthy Djajalaksana, menjelaskan, untuk mengurangi resiko nakes tertular Covid-19 tersebut, diperlukan inovasi yang bisa meminimalsir kontak antara nakes dengan pasien ketika dilakukan pemeriksaan.

"Untuk itu diperlukan suatu inovasi salah satunya adalah pengembangan dan validasi stetoskop digital yang diberi nama Inoscope,” katanya.

“Stetoskop merupakan alat diagnostik yang berperan penting bagi nakes, namun kita ketahui bahwa petugas kesehatan memiliki resiko pajanan dari pasien yang terinfeksi Covid-19. Karena nakes harus membuka bagian telinga hazmat ketika mendengarkan suara pasien,” tuturnya.

Ia membeberkan perbedaan Inoscope dengan stetoskop konvensional. Yaitu terletak pada kemampuan stetoskop digital yang mampu melakukan perekaman suara denyut nadi jantung hingga napas pasien. Suara tersebut ditangkap oleh sebuah head unit yang diletakkan di stetoskop digital tersebut.

“Di bawah head unitnya ada microphone yang menangkap suara. Nantinya akan diubah menjadi suara digital, yang ditangkap oleh mesin dan akan terhubung ke alikasi di handphone. Otomatis dokter tidak perlu membuka hazmatnya,” tambah Tim Validasi Inoscope, Aditya Sri Listyoko.

Bahkan dengan adanya stetoskop digital tersebut memungkinkan dokter atau nakes melakukan proses perawatan bisa dilakukan dari rumah, tanpa harus mengunjungi rumah sakit.

“Aplikasi ini akan melakukan perekaman (suara napas dan denyut jantung), yang nantinya bisa diputar di smartphone yang lain. Jadi ada satu smartphone yang ada di ruang perawatan dan bisa didengarkan di tempat lain,” lanjut Adit.

Namun alat tersebut masih dalam tahap pengembangan dan validasi. Tahapan tersebut berkaitan dengan proses pengecekan terkait dengan tingkat akurasi suara hasil perekaman dengan suara napas dan denyut jantung yang didengarkan dari stetoskop konvensional.

“Masih kami kaji lagi bahwa stetoskop yang sudah dikembangkan apakah memiliki tingkat akurasi dan ketepatan suara dari stetoskop yang biasa. Cara melakukan validasi ini. Kami akan validasi stetoskop ini terkait subjek control, subjek sehat dan subjek pasien,” tutup Adit.

RSSA Malang yang tengah mengembangkan inovasi Inoscope ini melibatkan banyak pihak. Diharapkan terobosan ini dapat mengurangi transmisi dan kontak nakws dengan pasien sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang valid tanpa perlu berlama-lama kontak dengan pasien. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES