Adv

Geliat Pringamba, Desa Terpencil di Banjarnegara yang Mencoba Bangkit

Senin, 28 September 2020 - 17:35 | 197.71k
Imam Suroyo, Kades Pringamba Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara. (Foto: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Imam Suroyo, Kades Pringamba Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara. (Foto: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARAPringamba adalah salah satu  desa terpencil di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Tepatnya berada di Kecamatan Pandanarum, kecamatan termuda hasil pemekaran dari Kecamatan Kalibening.

Daerah ini berada di pegunungan utara Banjarnegara di ketinggian lebih dari 1200 Mdpl berbatasan dengan Desa Lawen, wilayah terdekat dari Kabupaten Pekalongan. Sehingga tak heran jika udara di sini begitu sejuk dan berkabut.

Masyarakat pedesaan yang agamis membuat kulturnya begitu erat jalinan persaudaraannya. Ditambah lagi mayoritas penduduk adalah petani. Kini Desa Pringamba dihuni oleh 703 kepala keluarg (KK) atau 2.500 jiwa.

Imam Suroyo b

Sementara sebagian besar pemuda desa memilih hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib. Maka jangan heran, saat hari biasa daerah ini terasa sepi. Tapi saat hari Raya Idul Fitri, desa ini menjadi ramai.

Kepala Desa Pringamba, Imam Suroyo saat berbincang dengan TIMES Indonesia, Senin (28/9/2020) menyampaikan, walaupun berada di daerah terpencil namun dia berusaha semaksimal  bagaimana desa dan masyarakatnya dapat menggeliat di bidang ekonomi.

Diakuinya, potensi pertanian, padi khususnya di Pringamba itu terbatas namun sektor perkebunan cukup beragam.  Pringamba dikenal dengan potensi kayu albasia, aren, bambu cuing, kopi dan perkebunan teh rakyat.

"Sementara itu yang menjadi andalan warga di sini. Walau semuanya masih dikelola secara konvensional. Kami tengah mencari terobosan untuk gula aren dan bambu cuing," kata Imam.

Produksi gula aren di  desanya, lanjut Imam, merupakan warisan dari nenek moyang yang lestari secara turun temurun. Walau pekerjaan ini berat tapi  perajin masih eksis bahkan mereka merasa kekurangan bahan baku. Harga saat di tingkat perajin gula aren saat Rp 18 ribu/kg.

Merekapun berusaha membudidayakan tanaman aren namun sering gagal. Sehingga perkembangan tanaman aren baru, masih sangat kecil prosentasenya. Biasanya merek mengandalkan tanaman aren yang tumbuh secara liar.

Karena tanaman aren juga sangat baik untuk konservasi, kades meminta pemerintah setempat untuk melakukan penangkaran pohon ini. "Kami sangat membutuhkan bibit aren untuk penahan erosi sekaligus meningkatkan penghasilan perajin gula aren,"  jelas  Imam.

Mbah Wirya (80) ayah dari Sekdes Pringamba, Martoyo adalah salah satu pelopor perajin gula aren di Pringamba. Hal ini dibenarkan oleh Slamet Yasir, salah seorang tokoh masyarakat desa ini.

Menurut Yasir, pohon aren itu tumbuh alami di kampung Pringamba, Bedahan, Getas,  Pandansari dan Jambe. "Tamanan ini memang sulit dikembangkan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini ia minta bantuan pohon aren kepada pemerintaan", tutur Slamet Yasir, warga Pringamba, Banjarnegara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES