Ekonomi

Pak Ming Sulap Desa Bremi jadi Pusat Wisata Probolinggo

Senin, 28 September 2020 - 14:33 | 264.23k
Anddy Anto (Ming) menyulap Bremi menjadi pusat wisata Probolinggo. (Foto: Ammar Ramzi/Times Indonesia)
Anddy Anto (Ming) menyulap Bremi menjadi pusat wisata Probolinggo. (Foto: Ammar Ramzi/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Nama Bremi  mungkin masih belum melambung seperti Batu, Malang. Namun kecamatan yang terletak di lereng gunung Argopuro Probolinggo itu, kini perlahan tapi pasti disulap menjadi pusat wisata Probolinggo.

Anddy Anto, putra asli Bremi yang menjadi motor penggeraknya. Sukses di tanah rantau Surabaya, pria yang akrab disapa Ming itu memilih untuk pulang ke desanya.

Bremi-Probolinggo-2.jpg

"Kembalinya kami ke sini bukan tanpa alasan, ada fenomena mengiris hati yang harus segera diubah," ungkapnya.

Ternyata, Bremi mengalami fenomena seperti yang terjadi di banyak desa Indonesia. Anak-anak muda pergi ke kota untuk merantau tanpa bekal keterampilan yang cukup. Beberapa enggan pulang karena merasa telah nyaman hidup di kota walau pas-pasan, sementara kebanyakan pulang sebab pekerjaannya gagal atau rumah tangganya berantakan.

"Akhirnya apa, anak dititipkan di rumah orang tuanya. Si nenek yang harusnya sudah menikmati masa tua harus mengulang lagi apa yang ia lakukan separuh hidupnya lalu, membesarkan anak," papar Ming.

Maka Ming dan keluarganya mengupayakan agar generasi berikutnya tidak kembali mengulang pola tersebut.

"Sudah, jangan pergi ke kota lagi kalau nggak ada keterampilan yang benar-benar bisa dijual. Bremi, kampung halaman kita. Kita jadikan sumber penghasilan," ucap Ming penuh semangat.

Kendati berada di lereng gunung, Bremi punya banyak potensi alam yang bisa ditawarkan. Pemandangan gunung Argopuro yang indah berpadu dengan suasana sejuk dan syahdu banyak dicari orang-orang kota untuk melepaskan penatnya.

"Kita harus berpikir bagaimana caranya uang dari bawah kita naikkan ke atas dan berputar di sini, sehingga pekerjaan jadi banyak. Peluang besar untuk tetap di kampung halaman dan mendapatkan penghasilan," tuturnya.

Bremi-Probolinggo.jpg

Ming diketahui telah banyak mendukung kegiatan anak muda Bremi. Ada salah seorang anak yang suka fashion dan budaya. Oleh istri Ming dilatih dan digabungkan dengan sanggar tari dan sebagainya. Maka ia siap untuk diikutkan festival atau kontes modeling.

Ada pula mereka yang ingin belajar meracik kopi dan membuat kue, maka dibuatkan coffeshop atau kafe di sini. Agar anak-anak muda ini bisa mengolah produk lokal. Lalu membuat orang kota penasaran dan naik ke Bremi, tempat yang indah ini tak kalah dengan Batu Malang, Pacet Mojokerto, maupun Puncak Bogor.

"Hasil susu perah yang melimpah juga bisa kita manfaatkan untuk diolah secara modern," tambahnya.

Guna memenuhi kebutuhan pengairan dan pakan ternak di sini, Ming dan keluarga memutuskan untuk membuat sebuah waduk. Agar jika musim penghujan tiba, air hujan yang turun tidak terbuang sia-sia. Saat musim kemarau waduk bisa dijadikan sumber pengairan.

Bremi-Probolinggo-3.jpg

"Namun ternyata perjalanan tidak semulus yang dibayangkan. Kami didemo orang-orang kampung, dikira mau menguasai kekayaan sumber air di sini. Padahal ini waduk," terangnya.

"Pada suatu kesempatan saya pergi ke Baitullah di Makkah. Saya berdoa khusus untuk kampung Bremi ini. Tumpah air mata saya di sana," kenangnya sambil berkaca-kaca.

Sepulang dari perjalanan spiritualnya, upaya Ming untuk membuat Bremi maju semakin dipermudah. Menurutnya ada saja pihak-pihak yang datang membantu.

Akhirnya perlahan tapi pasti, Bremi menunjukkan kemajuannya. Telah berdiri beberapa destinasi wisata seperti Bremi Mini Land, Ayer Dingin Resort, jalur pendakian, spot foto, dan sebagainya.

Desa mulai ramai, anak-anak muda mendapatkan pekerjaan tanpa harus meninggalkan halamannya.

Bunga.jpg

"Para orang tua mulai berdatangan untuk berterimakasih. Saya bilang jangan kapada saya. Ucapkan syukur pada Allah. Ini semua hasil keringat anak anda. Saya tak bisa memberikan minyak, gula, atau beras, tapi saya akan ajarkan anak-anak untuk mencari itu semua," kata Ming.

Ming mendidik anak-anak putus sekolah bagaimana menjadi orang pariwisata. Menjadi masyarakat yang sadar akan potensi wisata. Melakukan pekerjaannya, memberikan pelayanan terbaik.

"Prinsip saya, jangan memberi orang lain ikan. Beri mereka pancing dan ajarkan caranya. Agar ia bisa makan ikan seterusnya sampai anak cucu," tegasnya.

"Setelah kamu dapatkan uang dari pekerjaaanmu, pertama bahagiakan orang tuamu. Tak perlu mahal. Semangkok bakso kalau itu hasil keringatmu, akan meneteskan air mata," nasehatnya.

Dari sini, lanjut Ming, dengan semakin banyak orang bersyukur dan semakin banyak mulut yang mengucapkan Alhamdulillah. Tentu akan semakin memberkahi tanah Bremi ini menjadi pusat wisata Probolinggo(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES