Kopi TIMES

Pelecehan Berujung Dilema Citra Perusahaan atau Kemanusiaan

Sabtu, 26 September 2020 - 15:00 | 86.34k
Lailatul Khomsiyah, mahasiswa aktif IAIN Madura Program Studi Tadris Bahasa Indonesia Semester 5.
Lailatul Khomsiyah, mahasiswa aktif IAIN Madura Program Studi Tadris Bahasa Indonesia Semester 5.

TIMESINDONESIA, MADURA – Dunia medis tercoreng. Di saat Indonesia masih berjuang menghadapi huru hara karena pandemi, insiden memalukan terdengar dari salah satu tenaga medis di bandara Soekarno Hatta. 

Berawal dari cuitan salah satu warga twitter @listongs yang mengaku telah menjadi korban pelecehan seksual saat menjalani rapid test di bandara Soetta sebelum keberangkatannya ke Nias, Sumatera Utara. Korban bercerita bahwa pelecehan seksual dilakukan oleh seseorang yang mengaku sebagai dokter berinisial EFY. 

Korban mengaku bahwa hasil dari rapid testnya ternyata reaktif. Dia pun urung untuk melanjutkan perjalanannya ke Nias. Namun, EFY menawarkan kepadanya untuk melakukan rapid test ulang dan berjanji akan mengubah data yang semula reaktif menjadi tidak reaktif. Karena terkesan memaksa, korban pun melakukan tes ulang dan memang benar hasilnya menjadi non reaktif.

Sesuatu yang buruk, memang akan tetap berujung naas. Korban yang semula hanya membayar Rp 150.000 untuk tes ulang, akhirnya oleh EFY diminta untuk membayar 1,4 juta. Tidak sampai di situ, EFY pun mulai berani mencium dan meraba bagian tubuh korban. 

Korban yang syok mendapatkan pelecehan seperti itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tetap berangkat ke Nias dan beberapa hari setelah itu mulai menulis cuitannya di twitter yang hanya dalam beberapa jam saja langsung viral.

Cuitannya pun mendapat respon dari berbagai kalangan, salah satunya dari PT Kimia Farma selaku penyedia layanan rapid test covid-19 di bandara Soetta. Pihaknya mengatakan bahwa kasus ini akan ditempuh melalui jalur hukum.

Ketika mendengar betapa tegasnya pihak PT Kimia Farma dalam menanggapi kasus ini membuat sebagian orang menjadi terharu dan patut diacungi jempol. Namun, jika dipikirkan lebih lanjut dan menganalisa dari suara dari dokter Tirta yang mengatakan bahwa EFY ternyata bukan seorang dokter, setelah mengecek ke situs Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), dapat dirasa bahwa kasus ini menjadi dilematis karena keteledoran PT Kimia Farma dalam memilih tenaga medis yang tak pantas untuk mengemban amanah seberat ini. 

Dengan PT sebesar itu dan mengemban amanah yang menyangkut keselamatan banyak orang, seharusnya PT Kimia Farma memiliki prosedur ketat dalam memilih tenaga medis agar kasus seperti ini tidak terjadi dan membuat masyarakat ragu karena mengetahui bahwa hasil dari rapid test bisa dimanipulasi sedemikian rupa.

Melansir liputan6.com, selain respon dari pihak PT Kimia Farma, Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta Agus Haryadi mengatakan PT Angkasa Pura II sangat menyesalkan adanya informasi ini dan berjanji akan memberikan dukungan penuh untuk seluruh pihak, salah satunya dengan memberi akses untuk pengecekan CCTV dan keperluan lainnya. Agus berharap agar ke depannya, kasus pelecehan seksual di bandara Soetta tidak terulang kembali.

Menganalisa dari perkataan Agus bahwa PT Angkasa Pura II akan menjaga reputasi Bandara Soetta, alih-alih akan mengusut kasus ini dengan tuntas, menggambarkan bahwa prioritasnya bukan untuk melindungi korban, tetapi demi kepentingan reputasi bandara Soetta. Hal ini tentunya tidak pantas jika diucapkan dalam kasus seperti ini. Karena dalam mengawal kasus ini, bukan lagi hanya sebatas melindungi reputasi perusahaan, tetapi lebih penting dari itu, yakni melindungi kemanusiaan. 

Oleh karena itu, diharapkan agar pihak-pihak yang terkait dalam kasus ini bisa menjadikan kasus ini sebagai pukulan sekaligus pelajaran. Sehingga ke depannya lebih berhati-hati dalam merekrut tenaga medis dan menjadi lebih empati terhadap hal-hal yang sifatnya kemanusiaan, alih-alih menjadi pahlawan di depan kamera.

Sebab yang terpenting setelah ketuhanan adalah kemanusiaan, bukan perusahaan apalagi penghormatan yang sifatnya bisa kapan saja hilang. 

***

*)Oleh: Lailatul Khomsiyah, mahasiswa aktif IAIN Madura Program Studi Tadris Bahasa Indonesia Semester 5.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES