Pendidikan

Rodiyah Tangwun, Dekan UNNES Termuda Berpredikat Peneliti Terbaik

Kamis, 24 September 2020 - 13:37 | 238.01k
Rodiyah Tangwun, Dekan Fakultas Hukum UNNES. (foto: Mushonifin/TIMES Indonesia)
Rodiyah Tangwun, Dekan Fakultas Hukum UNNES. (foto: Mushonifin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Kisah hidup seseorang memang tidak bisa ditebak seperti sekenario film. Hal ini diungkapkan oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (FH-UNNES) bernama Dr. Rodiyah Tangwun, SH, Msi. Wanita yang dilahirkan dalam keluarga petani di Kedung Kelor Tegal 48 tahun lalu ini berbagi kisahnya.

Dilahirkan dari keluarga yang lekat dengan kehidupan pesantren dan petani nyatanya tak membuat wanita yang pernah menjadi Dekan perempuan pertama dan termuda di UNNES ini merasa terkekang. Dia malah merasa bebas memilih jalan hidupnya.

Menjalani pendidikan di SDN Kedung Kelor kemudian SMPN Warureja, Setelah lulus SMP sempat diterima di SMA 1 Pemalang, tapi karena orang tua menginginkannya menjadi guru akhirnya Rodiyah masuk ke sekolah SPG (Sekolah Pendidikan Guru) tahun 1987. Setelah lulus SPG masuk ke IKIP Semarang yang sekarang menjadi UNNES pada tahun 1990. Jurusan yang diambil PMPKN dengan konsentrasi civic hukum dan lulus tahun 1995.

UNNES

“Saya sendiri memang bercita-cita menjadi pengajar, jadi saya mengejar cita-cita saya menjadi dosen,” ujarnya menceritakan perjalanan pendidikannya pada Senin (21/9/2020).

Saat lulus, Rodiyah dianugrahi gelar mahasiswa teladan yang saat itu IKIP Semarang masih terdiri dari 6 fakultas. Untuk mengejar mimpinya menjadi dosen, dia langsung melanjutkan pendidikan di Pascasarjana UGM hingga lulus tahun 1998 dan setelahnya langsung melamar sebagai dosen UNNES, namun ditolak.

“Lalu kemudian saya pasca sarjana di UGM dengan jurusan Ketahanan Nasional dan lulus tahun 1998. Setelah lulus dari UGM saya langsung melamar jadi dosen UNNES, namun tidak diterima,” ungkapnya.

Tak patah arang, Rodiyah kembali melamar tahun 1999. Saat itu, Program Setudi Ilmu Hukum baru saja dibuka dan membutuhkan staf pengajar baru.

“Lalu pada tahun 1999 saya melamar lagi dan Alhamdulillah baru diterima, pada tahun 2000 saya baru ikut CPNS. Saya mengajar di PMPKN di Program Studi Ilmu Hukum,” kisahnya.

Untuk melienerkan jenjang studi dengan program studi hukum, pada tahun 2005 Rodiyah kembali menjalani kuliah S1 dengan mengambil jurusan hukukum di Univrsitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) yang berakreditasi A.

“Lulus S1 dari UNTAG, tahun 2008 saya langsung ambil Doktoral di UNDIP dengan jurusan Ilmu Hukum,” kenangnya.

Tapi siapa yang menyangka, di Undip Rodiyah mendapat beasiswa Sandwich Light Programe untuk studi di University Of Wisconsin USA dari bulan Oktber 2008 hingga Januari 2009. Di sana Rodiyah melakukan Reaserch Literary Study untuk melengkapi penelitian disertasinya. Setelah mendapat gelar Doktor pada tahun 2011, Rodiyah langsung kembali ke almamaternya dan melanjutkan pengabdiannya sebagai dosen sekaligus peneliti.

“Saya meneliti tentang aspek demokrasi dalam pembentukan perundang-undangan, saya memotret tentang Peratudan Daerah tentang Penyelenggaraan Pendidikan,” bebernya.

“Tahun 2015 saya juga mendapat penghargaan dosen teladan. Sekaligus pada tahun itu saya terpilih menjadi dekan FH-UNNES, dan menjadi dekan perempuan pertama saat itu dan dekan termuda hingga sekarang,” ucapnya bangga.

Dalam perjalanan karirnya sebagai dosen, Rodiyah lebih banyak melakukan penelitian yang sebagiannya didanai oleh DRPM Direktort Pendidikan Tinggi Kemendikbud. Tahun 2019 Rodiyah  mendapat penghargaan presenter terbaik dalam penelitian bidang Humaniora dengan judul peneilitian “Model Percepatan Kebijakan Desa Dalam Membentuk Desa Mendiri Sejahtera di Wilayah Pantura Jawa Tengah”.

“Saya melihat keunikan di pantura Jawa Tengah ini, karena menjadi wilayah yang sangat seksi karena menjadi tumpuan dan incaran para pemilik modal dalam membangun pabrik. Jadi menurut saya yang ada di Pantura Jawa Tengah itu pabrik bukan Industri, bahkan kawasan-kawasan Industri yang ada di seluruh Indonesia saat ini sebenarnya hanyalah pabrik bukan Industri, karena Industri hanya ada di negara-negara dengan ekonomi besar,” ujar dekan FH UNNES dua periode ini.

“Jadi ketika wilayah Jabodetabek upah buruhnya semakin mahal, maka mereka membidik wilayah pantura karena upah buruhnya relative lebih murah. Di Pantura Jawa Tengah memang UMRnya lebih rendah jadi pengusaha akan lebih fleksibel dalam menyediakan modal. Ironisnya hal ini tidak dipahami oleh pemerintah daerah yang ada di Jawa Tengah, selain itu Pemda tidak sampai mengantisipasi dampak lingkungan yang timbul akibat pembangunan kawasan pabrik yang secara besar-besaran itu,” ungkapnya menjelaskan isi penelitiannya.

Dalam penelitannya itu, Rodiyah mengkritik Pemda yang tidak melakukan perhitungan matang perihal daya tampung, daya dukung, dan daya serap terkait berdatangannya para pekerja dari daerah-daerah lain.

“Karena semakin banyak pabrik, pasti akan mengundang masyarakat untuk bekerja dan mencari peruntungan. Di sini apakah Pemda memperkirakan berapa juta orang yang akan datang untuk bekerja di daerahnya,” ucap Rodiyah.

Salah satu penelitian terbaik Rodiyah yang terbit di jurnal internasional adalah “Model Penanganan Kebencanaan di Gunung Merapi yang Berbasis pada Sister Village”. Penelitian itu memotret sebuah desa tetangga yang menjadi tulang punggung penyelesaian kebencanaan gunung merapi.

“Jadi desa yang mengalami bencana tadi warganya dirawat oleh desa tetangga dan diberdayakan kemudian kita bantu untuk kembali ke lokasi bencana seteah pulih,” ungkapnya.

“Saya juga meneliti tentang hubungan kerja berbasis outsourching, jadi apakah model outsourching itu bebrbasis kemanusiaan,” imbuhnya.

Sekalipun karirnya sangat melesat, Rodiyah sadar bahawa dirinya memiliki tanggungjawab sebagai Ibu Rumah Tangga. Dalam bekerja Rodiyah selalu menyeimbangkan pekerjaannya.

“Saya sadar punya tanggungjawab di rumah untuk mengurus anak dan suami. Kalau orang lain bangun jam setengah 5, saya bisa bangun jam 3 agar saya bisa menjalankan kewajiban saya sebagai seorang ibu dan istri yaitu memasak, menyiapkan kebutuhan anak dan suami, dan lain sebagainya di rumah,” ungkap ibu dari tiga anak Asraf Felicia Amanda, Bintang Kresnadi Putra, Candra Fajar Reno Arif Putra ini.

“Suami saya sendiri seorang polisi yang menjabat sebagai wakapolres Pemalang dan beliau tidak pernah menghalang-halangi saya untuk melakukan semua hal yang ingin saya capai,” ucap Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (FH-UNNES) Dr. Rodiyah Tangwun, SH, Msi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES