Peristiwa Nasional

Indonesia di Jurang Resesi, Pakar Ekonomi: Bisnis Digital Bisa Menjadi Solusi

Kamis, 24 September 2020 - 13:33 | 64.18k
Indonesia resesi. (FOTO: Okezone)
Indonesia resesi. (FOTO: Okezone)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPakar ekonomi dari Guangxi University for Nationalities, Prof Roy Darmawan mengatakan, upaya Indonesia untuk bisa lepas dari resesi imbas Covid-19 memang tidaklah mudah. Terlebih menurunnya daya beli masyarakat secara tajam. .

Menurutnya, ada hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir hal tersebut. Yakni membangun iklim dan budaya bisnis digital agar kegiatan yang menaikkan gairah ekonomi masyarakat dapat terbangun secara cepat.

"Selain upaya intervensi dengan bantuan langsung yang perlu dipastikan lebih tepat sasaran agar daya beli masyarakat dapat lebih terjaga," ujarnya kepada TIMES Indonesia, Kamis (24/9/2020).

Sebelumnya, menteri Keuangan (Menkeu RI) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan Indonesia akan resmi mengalami resesi bulan depan. Sebab dia meyakini pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 akan kembali negatif.

Darmawan menegaskan, bahwa masyarakat tak perlu khawatir dan panik yang berlebihan pada persoalan resesi ini. Ini menyusul, resesi adalah tidak sama dengan krisis ekonomi.

"Perbedaan resesi dengan krisis adalah keduanya sebagai terminologi ekonomi yang berbeda, dimana krisis itu ketika ekonomi mengalami penurunan hingga negatif, sedangkan resesi adalah penurunan pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal," jelasnya.

Menteri Riset dan Teknologi  Bambang Brodjonegoro juga mengatakan resesi di Indonesia tinggal menunggu pengumuman Badan Pusat Statistik. Dia menyebutkan, saat ini intinya kondisi hari ini sedang mengalami disrupsi ekonomi dengan tingkat yang signifikan.

"Dengan potensi resesi intinya tinggal tunggu dari BPS mengenai kinerja ekonomi kuartal III," ujarnya dalam agenda diskusi virtual, Kamis (24/9/2020).

Ia mengungkapkan harus dilakukan beragam upaya agar bisa tahan di masa pandemi dan menyiapkan fondasi kuat untuk ekonomi usai pandemi. Dia mengungkapkan saat ini masyarakat diminta untuk menerima new normal atau adaptasi dengan kondisi normal yang baru.

"Sekarang itu kegiatannya new normal, jangan kembali ke masa lalu. Tampaknya harapan back to the past atau kembali normal akan memakan waktu yang lama. Apalagi kalau dilihat masih banyak penambahan kasus (Covid-19) harian di atas 4 ribu orang," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES