Peristiwa Nasional

Banjir Bandang di Sukabumi, Begini Analisis dari BNPB

Rabu, 23 September 2020 - 14:39 | 25.59k
Foto dari udara kondisi banjir bandang di Sukabumi. (Foto: BNPB)
Foto dari udara kondisi banjir bandang di Sukabumi. (Foto: BNPB)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bencana banjir bandang di Sukabumi yang terjadi pada Senin (21/9/2020) lalu, telah mengakibatkan dua warga meninggal, satu orang masih dalam pencarian, dan 10 orang mengalami luka-luka. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), hingga Rabu (23/9/2020) pukul 13.00 WIB, peristiwa tersebut berdampak pada 176 KK/525 jiwa, dan sebanyak 78 jiwa terpaksa harus mengungsi.

BNPB juga mencatat, sedikitnya 127 unit rumah yang tersebar di 11 desa terdampak, dengan rincian 34 unit rumah rusak berat, 23 rusak sedang, dan 70 rusak ringan.

Berdasarkan analisis sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB, wilayah kejadian banjir bandang Sukabumi merupakan dataran rendah yang berada di bawah kaki Gunung Salak dan dilalui beberapa sungai, yakni Sungai Citarik-Cipeuncit dan Sungai Cibojong.

"Menurut monitoring bahaya Banjir Bandang InaRisk BNPB, wilayah yang terdampak itu memiliki indeks bahaya sedang hingga tinggi terhadap banjir bandang," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr Raditya Jati, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/9/2020).

Di sisi lain, berdasarkan pantauan GPM-NASA (inaWARE) dalam 24 Jam terakhir sebelum kejadian, wilayah hulu atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah yang terdampak mengalami curah hujan Sedang-Tinggi dengan intensitas hingga-120 mm.

Hujan dengan intensitas tinggi tersebut menyebabkan massa air di daerah hulu menjadi semakin besar. Adapun kondisi wilayah sungai yang rusak dan banyak terjadi erosi serta sedimentasi menyebabkan potensi terbentuk bendung alami.

Ketika bendung alami tersebut menjadi besar dan terganggu keseimbangannya oleh intensitas hujan tinggi, kemudian menyebabkan bendung alami tersebut berpotensi terjadi limpasan air beserta lumpur dengan jumlah yang besar dan cepat, atau yang kemudian disebut banjir bandang.

Berikutnya, berdasarkan analisis citra Himawari-8 LAPAN, sebelum terjadinya banjir bandang pada pukul 16.40 WIB, hujan terdeteksi terjadi sejak pukul 15.30 WIB dengan intensitas sedang 40 mm/jam kemudian semakin meningkat menjadi 100 mm/jam pada pukul 16.40. 

"Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak," ujar Raditya Jati.

Pantauan tersebut, lanjutnya, menimbulkan adanya kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir menjadi tertampung di daerah hulu kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk dibagian hulu sungai.

Selanjutnya, berdasarkan hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan yang terukur di wilayah Pos Perkeb Tugu Menteng, Kecamatan Lengkong dan Pos Ganesha, Kecamatan Cisolok adalah sebesar 88 mm dan 57 mm. Curah hujan tersebut tergolong tinggi.

Analisis meteorologi BMKG berdasarkan citra radar, tampak bahwa pada pukul 14.08 WIB, Senin 21 (21/9) terdapat pertumbuhan awan konvektif di Sukabumi bagian utara dan Selatan. Awan Konvektif tersebut berupa Cumulunimbus (CB) yang terbentuk sangat cepat dan intensif.

Dari hasil analisis tersebut, kesimpulan yang didapat adalah bahwa meluapnya Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong menjadi faktor penyebab terjadinya banjir bandang.

Dalam 24 jam terakhir sebelum kejadian wilayah hulu, atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah terdampak mengalami curah hujan sedang-tinggi dengan intensitas hingga 120 mm. Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak.

"Kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir yang tertampung di daerah hulu kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk di bagian hulu sungai," ujar Raditya Jati dari BNPB terkait bencana banjir bandang di Sukabumi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES