Kopi TIMES

Menanti Pemimpin Banyuwangi yang Mampu Berdiri di Sawah Sembari Menetap Lautan

Selasa, 22 September 2020 - 17:04 | 90.79k
Moh Nur Nawawi, ASN di Kementerian Kelautan dan perikanan serta sebagai Founder / Pembina yayasan Suren Untuk Indonesia sebuah lembaga pemberdayaan Masyarakat yang konsen pada pemberdayaan agribisnis masyarakat pedesaan.
Moh Nur Nawawi, ASN di Kementerian Kelautan dan perikanan serta sebagai Founder / Pembina yayasan Suren Untuk Indonesia sebuah lembaga pemberdayaan Masyarakat yang konsen pada pemberdayaan agribisnis masyarakat pedesaan.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pemilihan Kepala Daerah akan kita laksanakan serentak pada 9 Desember 2020 mendatang termasuk kabupaten Banyuwangi, kabupaten di ujung timur pulau Jawa yang menjuluki dirinya dengan Sunrise of Java, yaitu matahari terbit pulau Jawa.

Mengingat tagline tersebut saya yang lahir dan besar di Banyuwangi jadi ingat betapa indahnya menghirup udara pagi sembari menghadap ke timur menyaksikan sang mentari muncul di Selat Bali. Besar harapan saya sebagai rakyat Banyuwangi kepada pemimpin yang baru nanti mampu membawa perubahan nasib dan kehidupan lebih sejahtera lahir batin.

Setiap pemimpin memiliki visi dan misi yang muaranya adalah bagaimana mereka bisa mensejahterakan rakyat, bagaimana strategi mereka dalam mewujudkan visi dan misi tersebut tentunya harus disesuaikan dengan kondisi geografis serta kultur masyarakat di daerah yang akan mereka pimpin.

Meningkatkan ekonomi suatu daerah dengan mendatangkan investasi serta kunjungan wisatawan dari luar daerah hingga luar negeri sah-sah saja tapi meningkatkan serta mengembangkan sumberdaya lokal adalah langkah yang seharusnya menjadi prioritas para calon pemimpin daerah.

Bicara Banyuwangi tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, diera kepemimpinan Mas Anas panggilan akrab Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi yang menjabat dua periode kepemimpinan dari tahun 2010 hingga sekarang.

Banyuwangi disolek sedemikian rupa, ibarat seorang gadis desa yang lugu yang semula tampil apa adanya hingga jauh ari kesan mampu merias diri menjadi gadis yang ayu rupawan bak gadis metropolitaan tanpa meninggalkan tutur halus nan ramah khas gadis desa.

Banyuwangi berubah menjadi kota dengan destinasi wisata yang banyak diminati oleh para wisatawan baik dalam negeri maupun wisatawan dari manca negara. Keberhasilan sepuluh tahun Mas Anas mempromosikan Banyuwangi ke dunia international dengan polesan wajah pariwisata serta event-event yang spektakuler memang sudah sepantasnya kita beri acungan jempol.

Harus akui, supuluh tahun yang lalu masih sering terdengar bahwa Banyuwangi adalah kota mistis yang terkenal dengan santetnya. Tapi kini menjadi kota pariwisata dengan segudang destinasi wisata. Tapi, tidak ada gading yang tak retak, dibalik gemerlapnya Kota Pariwisata tentunya ada beragam masalah yang belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah.

Saya adalah anak petani di daerah Tegalsari dekat dengan tempat kelahiran Mas Anas, selain itu dari SLTA saya juga akrab dengan kehidupan laut. Selain memang menggeluti pendidikan di sektor kelautan hingga saat ini saya juga bekerja disektor tersebut. Dalam kacamata saya pribadi selama ini pembangunan sektor pertanian dan perikanan di kabupaten Banyuwangi yang memiliki potensi pertanian dan kelautan yang sangat luar biasa belum terasa maksimal.

Optimalisasi pariwisata Banyuwangi selama ini terkesan sedikit mengkesampingkan pembangunan disektor pertanian dan kelautan, para petani, nelayan, pembudidaya ikan hingga pekerja disektor tersebut terkesan berjalan wajar seperti biasa, bekerja berangkat subuh pulang petang kurang terlihat geliat perubahan kehidupan mereka.

Tentunya kebijakan pemerintah dalam kurun sepuluh tahun ini pasti ada yang menyentuh sektor tersebut tapi jika dikomparasikan dengan besarnya potensi pertanian dan kelautan dibanyuwangi tentunya sangat jauh dari kata maksimal.

Keberhasilan sepuluh tahun Mas Anas menggenjot pariwisata Banyuwangi memang patut untuk dilanjutkan, tentunya harus dibarengi dengan mengembangkan sektor-sektor yang memang sudah memiliki potensi yang besar di Banyuwangi. 

Sektor pertanian dan kelautan yang selama ini masih menjadi sektor unggulan pemasok terbesar pendapatan daerah harus lebih dioptimalkan. Kolabarasi antara sektor pariwisata dengan kedua sektor tersebut harus berdasarkan pada pengembangan masyarakat pelaku sektor pertanian dan kelautan, karena mereka adalah sumberdaya manusia yang menjadi penggerak utama sektor tersebut.

Pembangunan destinasi wisata pantai seharusnya mampu menyerap para pekerja dari luar daerah tersebut bukan malah menjadikan para nelayan berpindah mata pencaharian menjadi pemandu wisata. 

Kita semua tahu bahwa sejak akhir tahun 2019, dunia dilanda wabah pandemi covid-19, Banyuwangi tentunya merasakan dampak yang sama. Kedatangan Covid-19 telah merobohkan sektor-sektor ekonomi, sektor yang sangat signifikan merasakan pengaruh covid-19 adalah sektor pariwisata dan penopangnya.

Tahun 2020 mungkin menjadi tahun yang suram bagi sektor pariwisata, banyak tempat wisata sepi pengunjung, jasa penginapan, Jasa Tour and Guide hingga pusat oleh-oleh sangat merasakan dampak dari pengaruh covid-19 ini.

Kita saat ini belum mampu memprediksi kapan wabah ini berakhir dan tentunya mengandalkan sektor yang sangat terdampak oleh wabah ini sangat beresiko bagi perkembangan ekonomi suatu daerah. Para pemimpin daerah didorong untuk mampu survive dalam kondisi seperti sekarang ini, tentunya dituntut untuk mampu berinovasi serta berimprovisasi dalam mengelola potensi daerah yang ada guna menstabilkan ekonomi daerah. 
 
Bicara sektor pertanian khususnya di Banyuwangi tentunya kita sudah sangat memahami akan besarnya potensi sektor ini, luasnya lahan pertanian serta banyaknya komoditas yang dihasilkan menjadi bukti bahwa sektor pertanian mampu diandalkan di Kabupaten Bnayuwangi. Padi sebagai komoditas unggulan, buah Naga, jeruk serta tanaman unggulan lainnya adalah primadona yang mampu mendatangkan pundi-pundi ekonomi daerah jika digenjot serta dioptimalkan produksinya.

Sedangkan sektor kelautan, masyarakat pesisir menggantungkan hidupnya di lautan sebagai nelayan, dan banyak tambak-tambak menghampar luas di pesisir Banyuwangi. Selain itu, banyak berdiri perusahaan-perusahaan pengolahan ikan adalah sumberdaya yang siap dioptimalkan. Potensi perikanan laut Selat Bali, potensi budidaya udang dan ikan, potensi pesisir adalah modal yang sangat besar untuk dikelola dengan optimal.

Tentunya pengelolaan sektor pertanian dan kelautan di Banyuwangi membutuhkan Visi dan Misi yang kuat dari para pemimpin Kabupaten Banyuwangi, dimana visi dan misi itu fokus pada peningkatan sektor pertanian dan kelautan di Kabupaten Banyuwangi.

Pemimpin Banyuwangi ke depan diharapkan mampu melakukan terobosan-terobosan guna mengoptimalkan pengembangan serta pemanfaatan sektor pertanian dan kelautan di Banyuwangi dengan cara; (1) Meningkatkan produksi sektor pertanian dan kelautan dengan tetap memelihara sumber daya alam yang dimiliki, (2) memperkuat pembangunan wilayah pedesaan yang memiliki sumberdaya pertanian serta mendorong wilayah desa pesisir untuk optimal dalam mengelola sumberdaya kelautan, (3) Meningkatkan penelitian dan pengembangan bidang pertanian dan kelautan, (4) Menyiapkan teknologi yang memadai guna meningkatkan produktifitas serta pemasaran produk sektor pertanian dan kelautan, selain teknologi produksi juga mendorong pasar produk berbasis big data, Internet Of Think (IoT), hingga mendorong start up disektor pertanian dan Kelautan. (5) Membangun kerja sama dengan pemerintah pusat dalam menyiapkan kebijakan yang pro pertanian dan kelautan, Pihak swasta dalam mengoptimalkan pengelolaan sektor pertanian dan kelautan, serta membangun kerja sama dengan lembaga pendidikan/kampus serta lembaga swadaya yang konsen dibidang pertanian dan kelautan dalam rangka mengembangkan riset, pengembangan serta teknologi optimalisasi pembangunan sektor pertanian dan kelautan.

Menjadikan pertanian dan kelautan sebagai basis utama dalam pembangunan Banyuwangi bukan tanpa alasan. Dengan geografi Banyuwangi yang memiliki lahan pertanian serta pantai yang luas, tentunya menjadi modal yang besar menjadikan sektor ini sebagai basis utama pembangunan.

Terlebih lagi sejarah membuktikan bahwa sektor pertanian dan kelautan  dapat meningkatkan posisi tawar Banyuwangi di mata nasional hingga dunia kita ingat Muncar dulu adalah kota nomor dua di Indonesia penghasil ikan. Kembali menjadi masyarakat dengan basis utama pertanian dan kelautan tentu adalah pilihan yang bijaksana. Dengan kondisi dan letak geografis yang memang sesuai, mengapa kita tak memanfaatkan kondisi ini sebaik mungkin. (*)

***

*) Oleh: Moh Nur Nawawi, ASN di Kementerian Kelautan dan perikanan serta sebagai Founder / Pembina yayasan Suren Untuk Indonesia sebuah lembaga pemberdayaan Masyarakat yang konsen pada pemberdayaan agribisnis masyarakat pedesaan.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES