Penyebab Kematian 330 Gajah di Botswana Diduga Karena Ganggang Cyanobacteria
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kematian 330 ekor gajah di Botswana, Afrika pada bulan Mei-Juni lalu, diketahui disebabkan oleh racun yang ditimbulkan oleh ganggang mikroskopis, cyanobacteria.
Cyanobacteria juga dikenal sebagai alga biru-hijau dan ditemukan di seluruh dunia terutama di perairan yang tenang dan kaya nutrisi. Beberapa spesies cyanobacteria menghasilkan racun yang mempengaruhi hewan dan manusia.
Manusia juga bisa terkena racun cyanobacterial dengan minum atau mandi di air yang terkontaminasi. Gejalanya berupa iritasi kulit, kram perut, muntah, mual, diare, demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala
Hewan, burung, dan ikan juga bisa teracuni oleh cyanobacteria penghasil toksin tingkat tinggi.
Penyebab kematian gajah-gajah itu diketahui setelah dilakukan tes berbulan-bulan di laboratorium khusus di Afrika Selatan, Kanada, Zimbabwe dan Amerika Serikat.
"Racun yang dibuat oleh ganggang mikroskopis di dalam air itu yang menyebabkan kematian ratusan gajah yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan di Botswana," kata pejabat satwa liar.
Otoritas satwa liar hingga kini meragukan penyebabnya karena bakteri tersebut bermekaran di tepi kolam dan gajah cenderung minum dari tengah. Sementara kebanyakan gajah yang mati itu dekat genangan air.
"Tes terbaru kami telah mendeteksi neurotoksin cyanobacterial sebagai penyebab kematian. Ini adalah bakteri yang ditemukan di dalam air," tegas Pejabat Kepala Hewan Departemen Satwa Liar dan Taman Nasional, Mmadi Reuben, dalam konferensi pers, Senin (21/9/2020).
Botswana adalah rumah bagi sepertiga populasi gajah Afrika yang mulai menurun. Pada bulan Mei-Juni, 330 ekor gajah ditemukan mati setelah bangkai-bangkainya terlihat dari udara. Penyebabnya baru diketahui karena ganggang mikroskopis, cyanobacteria. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |