Kopi TIMES

Membangun Optimisme di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi

Senin, 21 September 2020 - 15:12 | 84.25k
Dr. Tantri Bararoh (Dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Ketua DPC ISRI Kabupaten Malang, Anggota DPRD Kabupaten Malang)
Dr. Tantri Bararoh (Dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Ketua DPC ISRI Kabupaten Malang, Anggota DPRD Kabupaten Malang)

TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi Covid-19 benar-benar telah berdampak sangat luas di seluruh dunia. Dampak yang terlihat tidak hanya dalam sektor kesehatan saja, tetapi juga dalam sektor perekonomian negara. Bahkan, dapat dikatakan hampir seluruh negara-negara di dunia mengalami penurunan dalam sektor ekonomi akibat pandemi yang diakibatkan oleh virus Corona ini. Baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang melaporkan bahwa di negara mereka masing-masing mulai menunjukkan gejala terjadinya resesi ekonomi. Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak oleh pandemi Covid-19, juga mengalami penurunan dalam sektor perekonomiannya. Oleh karena itu, penting kiranya bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk bersiap menghadapi resesi ekonomi yang mulai terjadi di negeri ini.

Secara umum, resesi merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan yang sangat signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, bisa berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Indikator resesi dapat terlihat dari terjadinya penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi riil negatif, merosotnya jumlah lapangan pekerjaan, terpuruknya penjualan ritel dan industri manufaktur.

Menurut para ahli, sebagai bagian yang tidak dapat terhindarkan dalam suatu siklus bisnis, kondisi resesi perekonomian dalam suatu negara sangat mungkin terjadi. Selama kondisi resesi, seluruh pelaku dalam sektor perekonomian berjuang untuk survive di tengah kondisi sulit. Dampak yang terjadi adalah tingkat pengangguran dalam masyarakat yang semakin meningkat, daya beli konsumen/masyarakat semakin menurun, perusahaan mengalami lebih sedikit aktivitas penjualan yang dapat menyebabkan bisnis perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.    

Resesi ekonomi dalam suatu negara dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain guncangan ekonomi yang datang secara tiba-tiba, utang yang berlebihan, terjadinya inflasi dan deflasi yang tinggi atau berlebihan sehingga menyebabkan harga komoditas menurun yang kemudian mempengaruhi pendapatan atau laba perusahaan, serta adanya perubahan tekonologi.

 Kemunculan wabah Covid-19 yang terjadi secara tiba-tiba, jelas menyebabkan keguncangan dalam setiap sektor kehidupan masyarakat. Sektor yang sangat telak terguncang adalah sektor perekonomian. Hal ini tergambarkan dari kondisi perekonomian masyarakat yang begitu terpukul dengan adanya wabah Covid-19 ini. Banyaknya masyarakat yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaannya dan banyaknya usaha sektor informal yang gulung tikar adalah beberapa dampak yang sangat signifikan terjadi akibat adanya wabah Covid-19.

Lalu, jika kita berbicara secara nasional, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam Laporan Proyeksi Ekonomi Edisi Juni 2020, telah memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai angka minus 2,8 persen. Bahkan, dalam skenario yang paling buruk, perekonomian Indonesia diproyeksikan bisa menyentuh angka minus 3,9 persen tahun ini, jika terjadi gelombang kedua Covid-19. Senada dengan proyeksi tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2020 yang lalu merilis data bahwa angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II ini menyentuh angka minus 5,32 persen. Data ini jelas menunjukkan bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia harus bersiap menghadapi badai resesi yang sangat mungkin terjadi.

Selain guncangan ekonomi yang datang secara tiba-tiba, resesi juga dapat disebabkan oleh terjadinya inflasi dan deflasi yang terlalu banyak. Inflasi adalah tren harga yang stabil dan meningkat seiring waktu. Sementara, deflasi merupakan suatu kondisi dimana tren harga dari waktu ke waktu mengalami penurunan, yang lantas menyebabkan upah mengalami kontraksi dan selanjutnya menekan harga di pasaran. Jika inflasi yang tidak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi yang yang berlebihan justru akan menyebabkan efek yang lebih buruk. Ketika deflasi ini tidak dapat terkendali, masyarakat dan pelaku bisnis akan berhenti melakukan aktivitas belanja. Kondisi tersebut tentu akan menggerogoti perekonomian secara nasional menjadi lebih buruk.

Berbagai dampak buruk yang terjadi akibat adanya resesi ekonomi tentu mengharuskan kita melakukan langkah-langkah strategis untuk bersiap menghadapi kondisi resesi ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19 ini. Hal ini patut untuk dilakukan agar kondisi finansial kita sebagai masyarakat dan bahkan negara dapat kuat dan survive dalam menghadapi resesi ekonomi. Forbes dalam artikel yang dimuat dalam laman www.forbes.com pada Februari 2020 memaparkan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam rangka menghadapi situasi resesi ekonomi.

Langkah pertama, melunasi hutang. Memiliki tanggungan utang dalam jangka panjang yang menumpuk bukan pilihan yang bijak dalam kondisi resesi dan jelas akan memperburuk kondisi keuangan dan perekonomian kita. Oleh karena itu, penting untuk segera melunasi semua tanggungan utang yang kita miliki apabila memungkinkan. Jika tidak memungkinkan untuk melunasi seluruhnya, lunasi sebanyak mungkin utang yang dapat dijangkau. Utang yang patut untuk dilunasi antara lain kartu kredit, pinjaman bank, atau jenis pembiayaan lainnya. Melunasi berbagai tagihan utang tersebut dapat membantu meningkatkan tabungan kita.

Langkah kedua, mempersiapkan dana darurat dan memiliki uang tunai. Dana darurat berbentuk uang tunai sangat penting untuk dipersiapkan agar dapat mencegah masalah keuangan yang sebenarnya kecil menjadi masalah keuangan yang besar. Dana darurat sangat penting untuk dimiliki agar ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membutuhkan pembayaran yang tidak sedikit, seperti musibah kecelakaan atau sakit, kita tidak mengalami kebingungan dalam pembayarannya. Terlebih jika dalam kondisi resesi, uang tunai jelas sangat penting agar sirkulasi pembiayaan kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi. Meningkatkan intensitas menabung dana darurat di masa resesi adalah strategi yang dapat menyelamatkan kita pada saat terjadinya krisis.

Langkah ketiga, memulai untuk berinvestasi. Berinvestasi sama pentingnya dengan mempersiapkan dana darurat. Investasi merupakan tabungan jangka panjang. Jika dana darurat tidak bisa menutupi kekurangan keuangan, tabungan investasi dapat menjadi solusi alternatif dalam menyelesaikan permasalahan keuangan yang muncul. Tentu sangat banyak investasi yang dapat kita lakukan, diantaranya investasi tabungan di bank, properti, emas, dan lain sebagainya.

Langkah keempat, membangun aset intelektual. Setiap individu masyarakat tentu mempunyai kemampuan dan potensi masing-masing. Kemampuan tersebut dapat menjadi aset dan modal yang berguna dalam menghadapi situasi resesi ekonomi. Kemampuan tersebut harus terus diasah agar dapat menjadi modal yang dapat digunakan dalam menciptakan peluang-peluang kreatif dalam perekonomian untuk menghadapi kondisi resesi yang terjadi.

Langkah kelima, membuat bisnis sampingan. Memiliki bisnis sampingan, baik yang berbasis online maupun offline, dapat membantu kita untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Terlebih jika kita kehilangan pekerjaan saat terjadinya resesi, bisnis sampingan dapat menjadi pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, apabila memang harus menjadi pengangguran, kita masih memiliki tabungan tambahan dari bisnis sampingan yang kita miliki.

Langkah keenam, berhemat dan menunda pengeluaran besar. Menghadapi masa resesi, kita tidak bisa lagi bebas melakukan pengeluaran tanpa perhitungan yang matang. Kita harus bisa membuat skala prioritas pengeluaran yang lebih primer dan urgent untuk kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran sekunder yang tidak urgent sebisa mungkin diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Selain itu, jika kita memiliki rencana untuk membeli motor, mobil, atau rumah dalam masa resesi, sebaiknya ditunda dulu. Alihkan dana yang ada untuk persiapan tabungan menghadapi resesi.

Langkah ketujuh, meningkatkan kapasitas dan kualitas kita di tempat. Ketika resesi terjadi, pengurangan pegawai adalah situasi yang pasti terjadi. Maka, agar tidak terkena PHK, kita perlu untuk meningkatkan posisi tawar kita dalam perusahaan dengan meningkatkan kompetensi yang kita miliki. Misalnya saja dengan mengambil pelatihan yang bersertifikat. Jika kita memiliki kapasitas dan kualitas yang lebih, maka perushaan akan lebih memilih untuk mempertahankan kita sebagai peagwainya.

Terlepas dari semua strategi yang telah dijabarkan, satu hal yang tidak kalah penting bagi kita agar mampu menghadapi kondisi resesi yang terjadi adalah tetap menjaga pola pikir yang positif. Masa resesi tidak bisa dihadapi dengan rasa pesimistis. Hal itu justru akan semakin menggiring kita ke dalam jurang kesulitan. Memelihara rasa optimisme di tengah masa resesi sangat perlu untuk diterapkan agar kita selalu bekerja keras dan mampu melahirkan langkah-langkah kreatif yang dapat membuat kita bertahan dan keluar dari masa sulit yang terjadi.  

Selain mempersiapkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi kondisi resesi ekonomi, hal yang juga patut untuk kita persiapkan dan lakukan adalah upaya pencegahan agar resesi ekonomi tidak benar-benar terjadi di negara ini. Upaya-upaya tersebut dapat berupa, memperkuat sektor ekspor nasional, meminimalisir atau bahkan menghilangkan ketergantungan impor dari luar negeri, memperkuat sektor perbankan, dan memperkuat sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Agar tindakan pencegahan tersebut dapat terlaksana, tentu perlu adanya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan program-program yang mampu memperkuat sektor perekonomian masyarakat.

Akhirnya, seluruh elemen masyarakat Indonesia harus mempersiapkan diri untuk memasuki kondisi resesi ekonomi yang kini tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Penurunan dalam sektor perekonomian nasional jangan sampai membuat kondisi keuangan kita menjadi semakin memburuk. Jika kita mampu melakukan langkah-langkah persiapan yang matang, kita tentu akan mampu menghadapi situasi resesi ekonomi dengan kuat dan tangguh. Sehingga, meskipun tengah mengalami situasi sulit dalam perekonomian, kita tetap mampu bertahan dan bahkan mampu keluar untuk mewujudkan kesejahteraan yang kita harapkan.

*) Penulis: Dr. Tantri Bararoh, (Dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Ketua DPC ISRI Kabupaten Malang, Anggota DPRD Kabupaten Malang)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES