Pendidikan

Tim FEB UB Malang Teliti Hubungan Jenggot Panjang dengan Radikalisme, Hasilnya Mengejutkan

Senin, 21 September 2020 - 09:32 | 133.02k
Tiga mahasiswa FEB UB Malang yang teliti persepsi simbol Islam dan radikalisme. (foto: FEB UB for TIMES Indonesia)
Tiga mahasiswa FEB UB Malang yang teliti persepsi simbol Islam dan radikalisme. (foto: FEB UB for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Kreativitas mahasiswa sekarang memang patut diacungi jempol. Tim PKM mahasiswa FEB UB Malang ini contohnya. Tak ingin larut dalam persepsi yang beragam, mereka sendiri terjun meneliti persepsi masyarakat terhadap simbol-simbol teroris dan simbol Islam.

"Riset ini didasari atas keprihatinan kami atas simbol-simbol Islam seperti cadar dan janggut panjang yang diidentikkan dengan radikalisme dan terorisme," terang Dini Intan Permatasari.

Tim ini sendiri beranggotakan Elok Riskika Putri, Dini Intan Permatasari, dan Firdaus Finuliyah. Dosen pendampingnya Yenny Kornitasari SE., ME. Mereka  melakukan penelitian yang berjudul "Analisa Presepsi Isu Simbolik Terorisme pada Kelompok Masyarakat". 

Diterangkan Dini, dari data Global Terorrism Index (GTI) 2019 jumlah korban jiwa akibat terorisme meningkat 39 jiwa dan penyumbang angka kematian akibat terorisme keenam di dunia. Rentetan aksi terorisme oleh gerakan radikal yang menggunakan simbolik Islam seperti cadar dan janggut, memberikan kecemasan tersendiri terhadap suatu oknum hingga disamaratakan secara general. Hal ini menimbulkan stigma negatif dan islamofobia bagi beberapa kelompok masyarakat (Moordiningsih, 2004). 

"Islamofobia ini semakin hangat sejak peristiwa 11 September 2001 di World Trade Center (WTC), pengeboman Bali I dan II, Hotel JW. Marriot dan Ritz Calten dan bom bunuh diri di Poso," terangnya.

Di pihak lain, Indonesia merupakan negara multikultural. Terdapat banyak akultrasi budaya yang menyebabkan keberagaman sosial. 

Tidak hanya pergerakan penduduk, namun juga masuknya ideologi dan komunitas baru yang masuk. Hal ini menyebabkan rentan akan penyebaran radikalisme atau aktivitas terorisme. 

Maraknya pergerakan ini, tak luput pula isu dari Islamofobia dan stigma negatif terhadap Islampun terbawa. Hal ini karena adanya masyarakat multikultural yang berdampak pada kadar toleransi masyarakat.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) dengan menggunakan data dari penelitian-penelitian terdahulu. 

Bagaimana persepsi masyarakat? "Sangat disayangkan hasil penelitian menyatakan benar adanya bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa simbol Islam seperti cadar dan jenggot panjang diidentikkan dengan terorisme dna radikalisme," terangnya.

Mengapa begitu? Menurut Intan, hal ini dikarenakan faktor dari pemberitaan media, pemahaman agama, dan juga faktor politik. Baik secara langsung maupun tidak menyudutkan Islam sebagai bagian dari aksi terorisme.

"Padahal sejatinya dalam setiap agama selalu mengajarkan kebaikan dan tidak ada satupun yang mengajarkan dan membenarkan tindakan radikalisme dan terorisme," ujar mahasiswa FEB UB Malang ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES