Peristiwa Daerah

Soal Nasib KPM BPNT, Kadinsos Banyuwangi Minta Bank BTN Segera Tambah Mesin EDC

Minggu, 20 September 2020 - 11:16 | 91.20k
Kadinsos Banyuwangi, Lukman Hakim (kiri) saat turun ke lapangan mengawal penyaluran bantuan sosial. (Foto : Dinsos Banyuwangi for TIMES Indonesia)
Kadinsos Banyuwangi, Lukman Hakim (kiri) saat turun ke lapangan mengawal penyaluran bantuan sosial. (Foto : Dinsos Banyuwangi for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kepala Dinas Sosial Banyuwangi (Kadinsos Banyuwangi), Lukman Hakim, meminta Bank Tabungan Negara (BTN) segera menambah jumlah mesin Electronic Data Capture (mesin EDC). Ketersediaan ideal mesin gesek Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) tersebut dinilai sangat vital demi optimalisasi penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

“Minimnya mesin EDC sepenuhnya kewengan pihak Bank BTN. Tetapi karena mesin tersebut amat sangat dibutuhkan oleh para agen tentunya kami hanya bisa menyarankan kepada Bank BTN untuk segera bisa mencukupi,” katanya, Minggu (20/9/2020).

Seperti diketahui, sesuai surat Bank BTN No 542/S/BWI.III/BCFU/IX/2020, tertanggal 11 September 2020, disebutkan bahwa mulai bulan September 2020 dan seterusnya penyaluran bahan pangan BPNT hanya bisa dilakukan melalui E Wallet dan mesin EDC Bank BTN.

Namun sampai saat ini, mesin EDC yang disalurkan Bank BTN di Banyuwangi, hanya berjumlah 237 saja. Atau per desa rata-rata hanya ada 1 mesin. Padahal jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) atau penerima bantuan BPNT ditiap desa, rata-rata antara 800–1500 orang. Dan idealnya, dalam kondisi normal, per 1 mesin EDC melayani 250 KPM BPNT.

Selain jumlahnya sedikit, kondisi mesin EDC Bank BTN di Banyuwangi, juga dinilai kualitasnya kurang bagus. Sering error dan kebanyakan hanya mampu melayani transaksi penyaluran bahan pangan BPNT maksimal 70 KPM saja perhari. Akibatnya, penyaluran BPNT di Banyuwangi, tersendat dan merugikan warga miskin penerima bantuan.

“Atau barang kali bisa, saya usul agar untuk sementara waktu, selama masa transisi ini, mesin EDC BTN, Bank BNI dan lainnya bisa sama-sama jalan,” cetus Kadinsos Lukman.

Namun lagi-lagi, terkait kebijakan mesin EDC, Dinsos Banyuwangi, selaku perwakilan pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan. Karena di sektor perbankan, penyaluran BPNT menjadi kewenangan penuh Bank BTN.

Tentang perekrutan Agen Batara, atau pemegang mesin EDC, Lukman juga meminta Bank BTN untuk mengevaluasi dan benar-benar melakukan survei lapangan. Karena berdasar laporan dan kroscek Dinsos Banyuwangi, banyak pemegang mesin EDC Bank BTN yang bukan tempat usaha, toko atau pun warung. Namun hanya rumah hunian tanpa sektor usaha.

Yang lebih parah, ada sejumlah Agen Batara yang merasa tidak pernah melakukan pengajuan. Namun tiba-tiba mendapat mesin EDC Bank BTN. Dan dalam pengoperasian, dilakukan oleh pihak lain yang disinyalir sebagai oknum yang bermain dalam pengondisian Agen Batara pemegang mesin Bank BTN.

“Terkait keagenan yang baru bila dirasa masih ada yang kurang pas sebaiknya segera di evaluasi, cek lagi di lapangan. Bila ditemukan agen yang merasa tidak mengajukan, saya kira lebih baik mesin EDC segera dikembalikan ke BTN,” ungkapnya.

Demi optimalisasi penyaluran BPNT dan terciptanya pertumbuhan ekonomi usaha mikro, Kadinsos berharap agar Kepala Desa (Kades) di Banyuwangi, segera berkirim surat ke Bank BTN. Untuk memberikan masukan terkait kondisi riil agen Batara pemegang mesin EDC diwilayah masing-masing. Bahwa benar tempat usaha atau hanya rumah hunian yang dilaporkan sebagai tempat usaha.

Namun sayang, terkait jumlah mesin EDC maupun prosedur perekrutan Agen Batara, hingga kini pihak Bank BTN Banyuwangi, belum memberikan penjelasan.

Untuk diketahui, sebelumnya bantuan bahan pangan BPNT, disalurkan melalui beberapa jenis E Warong. Ada KPM yang mencairkan lewat Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) atau oknum Bumdes. Ada yang belanja bahan pangan di Rumah Pangan Kita (RPK). Ada pula yang beli di agen perbankan. Ada juga KPM yang membentuk kelompok bersama dan bekerjasama dengan agen.

Banyaknya pilihan E Warong tempat pencairan BPNT ini berimbas pada persaingan yang sehat dan menguntungkan Wong Cilik penerima bantuan. Mereka bisa leluasa memilih, mana E Warong yang menyediakan bahan pangan sesuai dengan kebutuhan mereka.

KPM BPNT juga bisa memastikan bahan pangan yang mereka terima memiliki kualitas yang bagus. Karena dalam perjalanannya, penyaluran bantuan pangan BPNT di Banyuwangi, disinyalir kerap menjadi tempat bancakan sunat-menyunat dan permainan harga oleh oknum tertentu. Di mana selisih harga yang seharusnya dikelola kembali untuk peningkatan kualitas bantuan, malah dijadikan laba demi keuntungan pribadi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES