Kopi TIMES

Kids Zaman Now: Bertasawuf Secara Sederhana

Minggu, 20 September 2020 - 12:06 | 82.65k
Ashimuddin Musa, Pernah belajar di PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, Guru di Motivator Quran Ekselensia Indonesia.
Ashimuddin Musa, Pernah belajar di PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, Guru di Motivator Quran Ekselensia Indonesia.

TIMESINDONESIA, SUMENEPResensi Buku

Judul: Kids ZamanNow, Menemukan Kembali Islam
Penulis: Dr. Muhammad Nursamad Kamba
Penerbit: Pustaka Iman
Tebal: 304 halaman
ISBN: 978-602-8648-28-8

Bertasawuf dalam kehidupan umat Islam kekinian masih terlihat sangat minim. Seakan-akan implementasi nilai-nilai tasawuf kurang begitu diperhatikan. Sejatinya Islam dan tasawuf adalah merupakan satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan. Penulis mengilustrasikan bahwa tasawuf dan Islam sesuatu yang saling menyatu. Keduanya menyatu dan menunggal, tidak bisa dibedakan mana akar mana cabang.

Tasawuf menjadi pondasi dan prinsip dalam  Islam. Demikian mengutip pernyataan Prof. Dr. Husain Mu'nis dalam bukunya Dustur Umat Islam: Dirasat Fi Ushul al-Hukm wa al-Thabi'atihi wa Ghayatihi 'Inda al-Muslimin. Artinya, bahwa Islam hadir bersamaan dengan pendidikan tasawuf. Dalam hal ini, Islam tidak hanya berisi tentang seperangkat indoktrinasi dan teologis, akan tetapi jauh lebih penting dari itu adalah tentang adab, moral atau akhlak.

Buku ini dihadirkan untuk menjadi bahan evaluasi bagi kita semua. Terlebih bagi anak muda jaman sekarang, Kidz Jaman Now.

Melalui buku ini, penulis mengritik anak-anak muda jaman sekarang agar tidak terlalu bersemangat melembagakan Islam. Islam menurut penulis tidak perlu dilembagakan. Tidak perlu pula memaksakan kehendak kepada orang lain agar mengikuti atau bermakmum pada institusi apapun. Dengan melakukan pemaksaan kehendak terhadap orang lain pada dasarnya telah mengambil alih hak asasi Allah SWT itu sendiri. Allah adalah Dzat Yang Maha Tunggal, pemilik otoritas mutlak. Sementara Allah SWT sendiri tidak membenarkan adanya sikap pemaksaan tersebut.

Jiwa para pemuda memang penuh dengan gelora. Ketika semangatnya membara, maka dapat dipastikan dia akan berjuang dengan sepenuh hati untuk mewujudkan idealismenya menjadi konkret. Itulah darah para pemuda. Di era informasi ini banyak sekali para pemuda dengan semangatnya ikut serta melakukan pembumian ajaran-ajaran Islam. Semangat dakwah ini tentunya perlu diapresiasi. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga harus diantisipasi.

Perkembangan teknologi informasi yang serba canggih seperti saat ini telah membantu mengubah banyak hal; dari pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi tanpa batas; dari sesuatu yang awalnya sulit bertemu, sulit mengakses sesuatu menjadi mudah. Kemudahan ini tentu saja poin bagusnya. Namun begitu, di sisi lain, dengan kemudahan tersebut, anak muda yang suka malas-malasan belajar menyambung sanad keilmuan, yaitu dengan cara belajar langsung kepada salah seorang guru, memanfaatkan teknologi sebagai sarana mengambil pelajaran secara instan tanpa perlu mengkritisinya.

Teknologi informasi, selain diapresiasi juga harus diantisipasi. Banyak sekali orang-orang yang super sibuk memanfaatkan teknologi informasi ini sebagai sarana dakwah versi terbaru. Dikatakan versi terbaru, karena sebagian dari mereka memiliki maksud yang berbeda dari dakwahnya. Akibatnya, formalisme agama tidak bisa dihindarkan.

Tak pelak mereka melakukan pemelintiran data menjadikan beragama harus dengan cara administratif. Beragama Islam seharusnya tidak melalui administrasi golongan keagamaan. Tidak melalui prosedur madzhab atau aliran...Kids zaman now harus bisa terbang ke angkasa, melompat ke cakrawala, mengendarai frekuensi, untuk menemukan Maha Kekasih dengan cinta dan kemesraan (hlm. xvii).

Buku ini menawarkan pemikiran yang baru tapi menantang. Kita sebagai Kids Zaman Now harus siap menerima tantangan tersebut. Meskipun demikian, ada beberapa yang perlu digarisbawahi di dalam buku ini ketika penulis mengkritik pemikiran yang sifatnya prinsipil, lalu untuk mempertahankan argumentasinya kemudian ia menggunakan Sunnah sebagai bahan dakwah sebagai landasan hukum. 

Bagi penulis, Sirah Nabawiyah untuk kepentingan dakwah (sebagai pengajaran dan tabligh saja) bukan sebagai bahan pendidikan dan indoktrinasi. Di sinilah yang oleh sebagian orang dikatakan agak kontroversial. Di sisi lain ada benarnya juga.

Banyaknya aliran pemikiran, madzhab atau golongan tertentu yang mengaku paling beriman (menggunakan sunnah untuk alasan pragmatis) dengan mudah menyalahkan orang atau kelompok lain yang berbeda cara pandangnya. Sunnah, menurut penulis, yang seharusnya dijadikan bahan dakwah akibat kepentingan pragmatis sehingga terjadi generalisasi dimana dijadikan media utama penafsiran Al-Quran.

Mereka tidak peduli bahwa ia hadis Ahad atau bukan. Yang penting itu sudah Sunnah. Akibatnya, Sunnah mengalami bias manipulasi Sunnah (hlm. 44). Di sinilah kelemahan mereka, memfatwakan sesuatu sesuai selera penampilannya. Buku ini mengajak kita cara bertasawuf  dengan cara yang sederhana. Selamat membaca.

***

*)Oleh: Ashimuddin Musa, Pernah belajar di PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, Guru di Motivator Quran Ekselensia Indonesia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Judul: Kids ZamanNow, Menemukan Kembali Islam
Penulis: Dr. Muhammad Nursamad Kamba
Penerbit: Pustaka Iman
Tebal: 304 halaman
ISBN: 978-602-8648-28-8

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES