Gaya Hidup

Historia Cafe Hotel Surya Yudha Bangkitkan Semangat Musikus Banjarnegara

Jumat, 18 September 2020 - 10:05 | 175.96k
Kolaborasi seniman musik, Assik  Bara dan Art Bara di Historia Café Hotel Surya Yudha Banjarnegara (FOTO: M Prasetya for TIMES Indonesia)
Kolaborasi seniman musik, Assik Bara dan Art Bara di Historia Café Hotel Surya Yudha Banjarnegara (FOTO: M Prasetya for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARAHistoria Cafe di Hotel Surya Yudha Banjarnegara, Jawa Tengah, kerap menjadi saksi  pementasan musik berkelas di Kota Gilar Gilar ini.

Sebelum pandemi Covid - 19 di tempat ini pula, puluhan grup musik dari beragam genre seperti Top 40, jazzy, pop/rock alternative, golden memories  hingga Koes Plus Mania menyuguhkan lagu-lagu apik mengghibur penikmat musik.

Historia Cafe Hotel 2

Seperti pada Rabu malam lalu (16/9/2020). Pementasan life musik kali pertama dihelat pada masa transisi menuju new normal.

Ada yang berbeda dari suguhan Historia Café. Tampaknya manajemen kembali berbenah setelah sekian lama off karena Covid-19. Terlihat panggung semakin menarik dengan ornamen baru begitu pula dengan penataan alat musik dan sound system ciptakan suasana baru.

Endro Setiyoko, senior assisten manager entertainment yang mebawahi di Historia Cafe mengatakan, pentas kali pertama yang digelar ini untuk memberikan wadah dan sarana berkreasi komunitas-komunitas musik yang ada di Banjarnegara.

"Karena dalam masa pemulihan maka gelaran ini dilakukan dengan protokol kesehatan yang berlaku. Antara lain pengisi acara dan pengunjung wajib mengenakan masker," ucapnya, Jumat (18/9/2020).

Dua komunitas seniman musik yakni Assosiasi Single Keyboard Banjarnegara (Assik Bara) dan Insan Seni Banjarnegara (Art Bara), pentas bersama di Historia Café.

Assik Bara merupakan komunitas player single keyboard, sementara Art Bara merupakan wadah bagi singer atau penyanyi dari kota Gilar-Gilar ini.

Diawali lagu “Juwita Malam” yang dibawakan penyanyi muda Kamaratih Supabra, dengan iringan player senior Ignatius Hendro. Lagu karya komposer Ismail Marzuki ini terdengar syahdu dalam balutan swing jazz. Nuansa jazzy masih terasa ketika Anggita Rahma, singer ternama Kota Dawet Ayu mengusung Best Part diiringi musisi kawakan Hartono Jazzy, dengan memilih style unplugged yang renyah.

Berikutnya, tembang pop Indonesia serta nomor dangdut klasik silih berganti. Malam semakin hangat ketika genre dangdut kekinian giliran tampil. Lagu “Ditinggal Pas Sayang-Sayange” yang lagi trending, dibawakan dengan manja oleh Purni Santika iringan Joni.

Disusul  “Ninggal Tatu” yang melow duet Septi Permata dan player muda Bontot Arfanada, dengan sampler kendang yang yahud. Tampil juga pentolan Art Bara, Rini Geboy, yang sedang getol mempromosikan lagu “Banjarnegara Gilar-Gilar” karya Ijaz Music.

Ketua  Asosiasi Singgle Keyboard Banjarnegara (Assik Bara), Andy Magma, Kamis malam  (18/9/2020) merasa puas dengan pentas malam itu.

Baik tata panggung, sound system, dan atmosphere yang disediakan panitia. Panggung dan sound-nya mantap.

“Saya senang, rekan-rekan pekerja seni masih bisa berbuat positif dan kreatif selama pandemi Covid-19, semoga tetap semangat sehingga kita bisa bangkit lagi,” kata Andi Magma, ketua Assosiasi Single Keyboard Banjarnegara, usai tampil di Historia Cafe di Hotel Surya Yudha. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES